Jika ada permintaan agar Ridwan Kamil berpasangan dengan Ganjar, bagi Agung Laksono, merupakan sebuah kehormatan. Diyakini kerja sama politik menduetkan Ganjar dengan Kamil terbuka peluang besar.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO, IQBAL BASYARI
·3 menit baca
Agung Laksono menyebut bahwa Ridwan Kamil memiliki hak politik untuk memilih dan dipilih.
Golkar pernah mengalami tidak mengusung kader pada kontestasi pilpres, tetapi kader tersebut justru diminta sebagai pendamping bagi bakal capres di koalisi lain.
Peluang Ridwan Kamil diduetkan dengan Ganjar Pranowo sangat besar meskipun partai yang menaungi Kamil kini sudah memiliki koalisi lain.
JAKARTA, KOMPAS Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dikabarkan membuka komunikasi dengan partai pendukung bakal calon presiden Ganjar Pranowo. Kalangan pengurus Golkar pun mengungkap adanya permintaan agar Kamil berpasangan dengan Ganjar telah disampaikan ke pimpinan Golkar. Kondisi ini diprediksi bisa memengaruhi peta koalisi, mengingat Golkar telah bekerja sama dalam Koalisi Indonesia Maju mengusung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden.
Sebulan lagi pendaftaran pasangan calon presiden-wakil presiden, diperoleh informasi bahwa Kamil merupakan salah satu figur kandidat bakal calon wakil presiden (cawapres) yang menemui Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri. PDI-P merupakan parpol pengusung Ganjar sebagai bakal capres. Pertemuan yang antara lain membahas perkembangan pembangunan monumen Soekarno di Bandung, Jabar, terkonfirmasi dari pernyataan Kamil ketika ditemui seusai pelantikan sembilan penjabat gubernur di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Selasa (5/9/2023) lalu.
Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (8/9), mengatakan, Kamil merupakan salah satu kader Golkar yang mumpuni. Baginya, Kamil yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Golkar itu juga memiliki hak politik untuk memilih dan dipilih. “Kalau diminta berpasangan dengan Pak Ganjar, saya kira itu sebuah kehormatan dan bagi Golkar tentu tidak ada alasan untuk melarang karena saya yakin bahwa dia tetap sebagai salah satu Waketum DPP partai Golkar,” ujar Agung Laksono.
Ia meyakini, Kamil bakal tetap berada di Golkar meskipun menjajaki kemungkinan menjadi pendamping Ganjar pada Pemilihan Presiden 2024. Situasi semacam ini sudah pernah terjadi di mana Golkar tidak mengusung kader pada kontestasi pilpres, tetapi kader tersebut justru diminta sebagai pendamping bagi bakal capres di koalisi lain.
“Saya kira hak dia untuk menjalankannya. Walaupun demikian, dia tetap sebagai wakil ketua umum, tidak keluar dari Golkar,” kata Agung Laksono.
Agung Laksono pun mengaku, Kamil sebenarnya sudah mendiskusikan hal tersebut dengannya, dan membicarakannya dengan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto.
Agung Laksono pun mengaku, Kamil sebenarnya sudah mendiskusikan hal tersebut dengannya, dan membicarakannya dengan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto. Namun, ia enggan mengungkapkan hasil pertemuan tersebut. “Sekali lagi, saya katakan, saya berkeyakinan Pak Ridwan Kamil tetap menjadi Wakil Ketua Umum Partai Golkar karena Partai Golkar akan selalu membantu pemerintah yang sah, siapa pun itu,” ucapnya.
Sekretaris Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Ganjar, Deddy Sitorus mengatakan, saat ini Megawati sudah memegang sejumlah nama yang akan diduetkan dengan Ganjar pada Pilpres 2024. Ia tak memungkiri dalam proses penentuan bakal cawapres Ganjar, Megawati akan menemui calon-calon yang masuk radar untuk didalami seluruh aspek yang ada.
Namun demikian, menurut Deddy, jika melihat perjalanan sejarah, dalam menentukan sosok pemimpin negeri, Megawati selalu mempertimbangkan banyak hal, termasuk memberikan ujian kesejarahan dan ujian ideologi. “Dari situ, akan terlihat mana sosok pemimpin yang siap berkorban dan tanpa ambisi berlebihan,” ucapnya.
Hingga kini, untuk mengusung Ganjar, PDI-P telah bekerja sama dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Perindo, dan Hanura. Bahkan PPP telah mengajukan Ketua Badan Pemenangan Pemilu PPP Sandiaga Uno untuk disandingkan sebagai bakal cawapres Ganjar.
Dengan adanya kemungkinan Kamil ikut menjadi salah satu bakal cawapres Ganjar, Ketua DPP PPP Achmad Baidowi mengatakan, partainya tak pernah mempersoalkan jika ada nama-nama lain yang masuk dalam bursa bakal cawapres Ganjar. Itu merupakan hal yang wajar dan menjadi bagian dari dinamika politik. “PPP sesuai dengan keputusan rapat pimpinan nasional telah memutuskan Pak Sandiaga Uno sebagai bakal cawapresnya Pak Ganjar dan itu sudah disampaikan ke PDI-P,” kata Baidowi.
Ia meyakini, keputusan pemilihan bakal cawapres akan dibicarakan bersama antar-parpol pendukung Ganjar secara musyawarah mufakat. Dengan demikian, jika sudah ada nama yang diputuskan, tidak ada pihak yang merasa ditinggalkan.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Golkar Ahmad Doli Kurnia Tadjung meyakini bahwa digadang-gadangnya Kamil sebagai bakal cawapres Ganjar baru sebatas rumor. Menurutnya, sejauh ini keputusan Golkar untuk mengajukan Airlangga sebagai capres ataupun cawapres masih belum berubah. Golkar pun belum pernah membahas secara resmi capres maupun cawapres alternatif.
Menurutnya, belum ada pembicaraan resmi dari parpol lain yang meminta Kamil sebagai bakal cawapres. Sepanjang belum ada komunikasi secara formal, ia menilai rencana menjadikan Kamil sebagai cawapres masih sebatas rumor.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai, peluang Kamil diduetkan dengan Ganjar sangat besar meskipun partai yang menaungi Kamil kini sudah memiliki koalisi lain.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai, peluang Kamil diduetkan dengan Ganjar sangat besar meskipun partai yang menaungi Kamil kini sudah memiliki koalisi lain. Sebab, dalam politik Tanah Air, apa pun bisa terjadi.
Golkar, lanjut Adi, sangat terbiasa di mana hubungan politik pilpres secara kelembagaan berbeda dengan elite-elite lain di partainya. Contoh, pada Pilpres 2004, menurut hasil konvensi Golkar, partai berlambang pohon beringin itu memajukan pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid. Di waktu yang sama Jusuf Kalla yang saat itu kader Golkar justru berpasangan dengan Susilo Bambang Yudhoyono.