Lobi-lobi Gencar di Balik Perjodohan Anies-Muhaimin
Pengusungan Anies Rasyid Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai pasangan bakal calon presiden dan calon wakil presiden tidak serta-merta terjadi dalam semalam. Ada jalur komunikasi yang sudah terbuka cukup panjang.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO, IQBAL BASYARI, WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·5 menit baca
Di sebuah restoran Jepang di Wisma Nusantara, Jakarta, Selasa (29/8/2023) malam, Ketua Umum Nasdem Surya Paloh dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar memutuskan bertemu. Pertemuan itu digelar sehari lebih cepat dari agenda awal, Rabu (30/8/2023) pagi di kediaman Surya. Sebab, pucuk pimpinan Nasdem itu sudah diagendakan bertolak ke Eropa selama beberapa hari mendatang.
Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam itu, keduanya membawa orang-orang kepercayaan masing-masing. Surya didampingi mantan Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Laiskodat dan Wakil Ketua Umum Nasdem Ahmad Ali. Sedangkan Muhaimin ditemani Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid.
Dalam pertemuan yang diikuti lima orang tersebut, hanya ada satu agenda yakni menanyakan kesediaan Muhaimin untuk menjadi bakal calon wakil presiden mendampingi Anies Baswedan pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Kala itu, Surya meminta jawaban Muhaimin seketika itu juga. Padahal, PKB masih berkoalisi dengan Partai Gerindra, Partai Golkar, dan Partai Amanat Nasional (PAN).
"Malam itu, secara pribadi, (Muhaimin) sepakat. Tetapi, kan, dia (Muhaimin) harus minta persetujuan, kembali ke DPP (Dewan Pengurus Pusat) PKB dulu,” ujar Ahmad Ali saat dihubungi Kompas, Selasa (5/9/2023).
Usai pertemuan, Muhaimin langsung “tancap gas” ke kantor DPP PKB, Jakarta yang berjarak sekitar 3,8 kilometer dari tempat pertemuan. Tawaran dari Nasdem tersebut kemudian disampaikan ke sejumlah pejabat teras PKB dan pengurus Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKB yang kala itu sedang menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pemilu 2024.
Sementara itu, Surya dan beberapa elite Nasdem menunggu kepastian Muhaimin di Nasdem Tower, Jakarta. Hampir dua jam, PKB tak memberi kabar sedikit pun kepada Nasdem. Terlebih, sejumlah elite PKB tidak mengangkat panggilan telepon. Situasi tersebut menimbulkan keraguan di pihak Nasdem.
Namun, tiba-tiba, sekitar pukul 23.00, PKB akhirnya memberi kabar dan menyampaikan permohonan maaf karena rapat pleno baru selesai. Diakui, seluruh elite PKB tidak bisa dihubungi karena seluruh ponsel tidak boleh dibawa masuk ke dalam ruangan rapat.
Sekira pukul 23.30, Jazilul datang ke Nasdem Tower dan sudah membawa dokumen yang berisikan kesepakatan PKB untuk bekerja sama dengan Nasdem untuk mengusung pasangan Anies-Muhaimin. Menurut sumber Kompas, dokumen itu sudah diketik rapih dan dilengkapi tanda tangan Muhaimin beserta Sekretaris Jenderal PKB, juga bermaterai.
“Isi proposal belum sampai power sharing. Hanya kerja sama politik mencalonkan Anies-Muhaimin sebagai pasangan capres-cawapres dan dilanjutkan dengan deklarasi segera. Poin terakhir, hal-hal lain didiskusikan,” kata sumber tersebut.
Surya membaca isi dokumen itu sebentar lalu menandatanganinya. Setelah itu, dibahas mengenai teknis deklarasi pasangan Anies-Muhaimin. Diputuskanlah, PKB menjadi tuan rumah dan mengundang Nasdem beserta PKS.
Setelah pertemuan itu, Surya mengundang Anies untuk datang ke Nasdem Tower. Anies pun bersedia hadir malam itu juga. Lebih dari satu jam, keduanya mengobrol secara tertutup. Beberapa hari kemudian, pada Sabtu (2/9/2023) pasangan Anies-Muhaimin resmi dideklarasikan di Surabaya, Jawa Timur.
Intens berkomunikasi
Jauh-jauh hari sebelum terjadinya pertemuan Surya dan Muhaimin, sebenarnya komunikasi antara PKB dan Nasdem tak pernah putus, meskipun keduanya sudah menyepakati berkoalisi dengan partai lain. Sebagaimana diketahui, Nasdem juga sudah berkoalisi dengan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dinamakan Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
Memang, komunikasi itu bukan terjalin antara Surya dan Muhaimin, melainkan antara Jazilul dan Ahmad Ali. Keduanya intens berkomunikasi, baik melalui telepon, maupun pertemuan langsung. Semua itu dilakukan bahkan sebelum Golkar dan PAN memutuskan bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju. Saat dimintai konfirmasi, Jazilul dan Ahmad Ali tak membantah adanya komunikasi di antara mereka berdua.
“Dibilang intens (komunikasi) juga enggak, cuma nanya kabar. Saya tanya, gimana kabar koalisi di sana? Lalu dia (Ahmad Ali) balik nanya. Saya bilang, akhir-akhir ini kami hampir patah hati. (Ahmad Ali) juga sampaikan, ‘yang di sini (Koalisi Perubahan untuk Persatuan), kami didesak terus’. Ya, sekadar berbagai informasi,” ungkap Jazilul.
Jazilul tak menampik, kegelisahan PKB semakin memuncak setelah Golkar dan PAN bergabung bersama koalisi Gerindra-PKB di 13 Agustus 2023. Menurutnya, dengan bergabungnya kedua partai itu, peluang Muhaimin untuk menjadi bakal cawapres dari Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, semakin tipis.
Ditambah lagi, dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-25 PAN di Hotel Sultan, Jakarta, Prabowo secara mendadak menetapkan nama koalisi baru, Koalisi Indonesia Maju, tanpa mengajak diskusi terlebih dahulu dengan PKB yang sudah berkoalisi selama sekitar satu tahun.
“Ya kalau kami, secara matematika politik biasa saja, tidak usah tingkat tinggi, posisi kami sudah di pojok. Jadi, komunikasi saya dengan Pak Ahmad Ali karena memang saya punya semacam feeling. Jika suatu saat terjadi sesuatu, saya punya pangkalan komunikasi. Kami tidak berharap ini-itu karena semua keputusan ada di mekanisme partai,” kata Jazilul.
Ahmad Ali
Ahmad Ali juga mengakui tak pernah ada mandat khusus kepada dirinya dari Surya untuk membangun komunikasi dengan PKB. Ia menganggap, komunikasi antara dirinya dengan Jazilul adalah hal yang lumrah. “Elite partai lain, kan, pasti juga membangun komunikasi dengan elite partai yang lainnya lagi,” katanya.
Namun, diakui, dalam komunikasi itu keduanya mengungkapkan kegelisahan yang sama. Nasdem merasa gelisah karena tak kunjung didapati titik temu terkait bakal cawapres Anies. Dalam pertemuan antara Tim 8, tim yang ditugasi menggodok bakal cawapres Anies, hingga Selasa (29/8/2023) sore, menemui jalan buntu. Jika hingga 3 September 2023 tak ada deklarasi Anies dan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, kata dia, Demokrat akan hengkang dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan.
“Perhitungan kami, kalau Demokrat check out, Anies tidak bisa maju. Alternatif harus disiapkan dong. Nah, ketika Pak Surya mempunyai insting politik dan Cak Imin memiliki perasaan yang sama, sehingga terjadilah di antara mereka diskusi yang menarik pada Selasa malam (29/8/2023) itu,” tutur Ahmad Ali.
Sinyal kuat merapat
Sementara itu, terkait posisi PKS, Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini mengatakan, nama Muhaimin sampai saat ini masih akan dibahas terlebih dahulu dalam Musyawarah Majelis Syuro PKS. PKS juga tengah menunggu kunjungan Muhaimin ke PKS. “Kami dalam pencapresan tidak sekadar yang penting mencalonkan, tetapi juga menang. Karena itu, calon-calon yang diusulkan harus punya potensi menang,” ucapnya.
Sekretaris Jenderal Nasdem Hermawi Taslim optimistis PKS akan merapat ke koalisi Nasdem-PKB. Ini didasari beberapa hal. Pertama, PKS diyakini akan tetap bersama Anies pada Pilpres 2024. Kedua, penentuan cawapres juga diserahkan kepada Anies.
“Tetapi mungkin nama Muhaimin belum tersosialisasi ke Dewan Syuro. Mereka mungkin perlu waktu. Tetapi, saya optimistis dalam waktu yang tidak terlalu lama, PKS akan menetapkan dukungan definitifnya kepada Anies dan Muhaimin,” kata Hermawi.
Wakil Sekjen PKB Syaiful Huda juga menghormati tahapan yang tengah dilalui PKS untuk bisa menjadi bagian dari koalisinya. “Kami menunggu itu, insya Allah, beberapa informasi, relatif enggak ada masalah,” ujarnya.
Dalam waktu dekat, Muhaimin juga tengah mengagendakan pertemuan dengan jajaran PKS. “Sudah teragendakan setahu saya. Tinggal cocokin waktu saja,” katanya.