Cerita Paskibraka, dari Sepatu Lepas hingga Hidup Tanpa HP
Menjadi anggota Paskibraka berarti menjalani latihan panjang. Semua belajar menjadi pemimpin ataupun orang yang dipimpin. Lebih penting lagi, belajar menjadi satu tim yang kompak.
Lily Indriani Suparman Wenda menjadi pembawa baki bendera Merah Putih pada peringatan detik-detik proklamasi, Kamis (17/8/2023), di Istana Merdeka, Jakarta. Namun, seusai bendera terkibar dengan baik, sepatu Lily terlepas, padahal pasukan 17, 8, dan 45 masih akan menyelesaikan formasi barisan.
Siswa SMA Negeri 1 Wamena, Papua Pegunungan, ini tak terganggu. Dia terus menunaikan tugas bersama rekan-rekannya sesama Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) kendati sebelah kakinya hanya beralas kaus kaki putih.
Setelah upacara penaikan dan penurunan bendera, Lily bercerita, sepatu itu entah terkait apa sehingga terlepas dari kakinya. Namun, dia tak panik. Lily tetap tenang dan percaya diri terus melangkah bersama teman-temannya, tim Indonesia Maju, Paskibraka yang bertugas dalam upacara penaikan bendera Merah Putih.
”Bunda (Deputi Pengendalian dan Evaluasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Rima Agristina, yang juga menjadi pembina Paskibraka 2023) dan kakak (pengasuh) bilang harus percaya diri. Jadi, tetap percaya diri dan fokus, jangan dengarkan orang lain,” kata Lily.
Lily tampak ceria dan tanpa beban, baik ketika menunaikan tugas maupun saat ditemui seusai bertugas. Muh Wardiyanto, salah seorang pengasuh Paskibraka, menyebut karakter Lily memang ceria sejak awal tiba di Jakarta untuk latihan. Selain itu, latihan Paskibraka diharapkan tetap menjaga kegembiraan dan keceriaan anak-anak muda kendati menerapkan disiplin tinggi.
Tim Indonesia Jaya, Paskibraka yang bertugas dalam upacara penurunan bendera Merah Putih Kamis sore, juga percaya diri dan sangat baik menunaikan tugas mereka.
Ini semua hasil dari pelatihan selama 40 hari di Cibubur, Jakarta. Sebanyak 76 siswa SMA kelas X yang merupakan perwakilan 38 provinsi dikumpulkan dan berlatih bersama. Perbedaan latar belakang adat istiadat, budaya, agama, dan kebiasaan tentu menjadi kendala. Latihan menyatukan mereka semua.
Ketua Duta Pancasila Paskibraka Indonesia (DPPI) yang juga pengasuh Paskibraka putri, Yuslihayanti, mengakui, menyatukan hati semua anggota Paskibraka tak mudah. Namun, diskusi bersama agar Paskibraka bisa konsisten dan berkomitmen dengan kerja tim terus dilakukan. ”Karena yang bekerja kan satu tim, tidak perorangan. Ini yang kami perlu jaga. Agar sama-sama bisa, tidak ada yang menonjol sendiri,” ujarnya.
Kendati tak ada yang sampai bertengkar, ada saja yang mengadu karena tak paham dengan budaya temannya. ”Kak Yus, kenapa dia itu marah-marah sama saya terus, Kak?” Yuslihayanti mencontohkan perbedaan aksen dan cara berbicara yang bisa disalahpahami warga dari daerah lain.
Penjelasan mengenai aksen dan cara berbicara warga daerah tersebut kembali mencairkan segalanya. Lily yang tinggal sekamar dengan siswa asal DKI Jakarta juga awalnya tak terbiasa dengan penggunaan kata ganti ”aku” dan ”kamu”. Di Papua, biasanya kata ganti yang digunakan ”ko” dan ”sa”. Setelah beberapa hari, dia pun terbiasa dengan segala perbedaan budaya dan karakter teman-temannya.
Tantangan lain bagi anggota Paskibraka 2023 ini adalah hidup tanpa telepon seluler (HP). Sejak tiba di Jakarta, HP setiap anggota Paskibraka diserahkan kepada pengasuh. Berpuluh hari, generasi Z ini hidup tanpa gawai, tanpa unggahan ke media sosial. HP baru diserahkan kembali menjelang kepulangan ke daerah masing-masing, 23 Agustus.
Hidup tanpa gawai andalan ini, menurut Lily, awalnya membosankan. Tapi, banyaknya teman dan kegiatan menghalau itu semua. ”Lama-lama, karena ada teman-teman, jadi terbiasa,” ujar siswa yang bercita-cita masuk Akademi Kepolisian itu.
Di peringatan Kemerdekaan RI, orangtua anggota Paskibraka ini pun diundang hadir di Istana Merdeka. Seusai tugas, pertemuan penuh rindu terjadi. Peluk cium dalam suasana haru pun mewarnai Wisma Negara, selain kelegaan di wajah masing-masing.
Yuslihayanti juga merasa terharu seusai merayakan keberhasilan tugas anggota Paskibraka 2023. Mengasuh 76 anggota Paskibraka selama 40 hari membentuk kedekatan tersendiri. Semua merasa sebagai satu keluarga besar.
Sejak para anggota Paskibraka 2023 ini bangun pagi pukul 04.00 sampai tidur sekitar pukul 21.00, para pengasuh dan pelatih mendampingi. Bahkan, lanjutnya, setelah adik-adiknya tidur, evaluasi dan diskusi masih dilakukan. Rima menambahkan, para penyelenggara, pengasuh, dan tenaga medis memang tinggal bersama anggota Paskibraka selama 40 hari. Sebab, semua bagian tim yang mendukung program Paskibraka.
Pelatihannya pun, menurut Rima, tak hanya urusan baris-berbaris. Pembekalan mengenai ideologi Pancasila, pemahaman tentang nilai kebangsaan, serta menjaga bangsa dan negara ini tetap merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur juga diberikan. Untuk itu, penyelenggara bekerja sama dengan BPIP dan Lemhannas. Beragam tugas, kegiatan, permainan, dan diskusi dilakukan.
Yuslihayanti mengaku sangat puas dengan hasil latihan anggota Paskibraka 2023. Dia berharap anggota Paskibraka 2023 tetap membumi, mengamalkan nilai-nilai Pancasila, serta menjadi duta-duta Pancasila berikutnya.
Baca juga : Paskibraka Dikukuhkan Setelah 40 Hari Latihan
Rima juga mengingatkan, kerap kali siswa-siswi ini dibebani dengan harapan tinggi ketika dikirim dari daerah masing-masing. Harapan dan pesan supaya terpilih menjadi pembawa baki bendera atau pengibar bendera dinilai hanya menjadi beban bagi anak-anak muda ini dan tidak mendukung pembentukan pasukan.
”Mereka itu sedang kami bina sebagai satu pasukan yang sama-sama memiliki satu kesempatan sama, kemampuan sama, dan satu hati, satu jiwa. Jadi, kalau diberikan beban-beban seperti itu malah memberikan tambahan beban bagi kami,” tambahnya.
Untuk melepas beban, semua diingatkan sebagai pilihan terbaik dari provinsi masing-masing dan akan bertugas sebagai satu tim. Pengumuman sebagai pembawa baki dan pengibar bendera pun dilakukan pagi hari menjelang upacara.
Sebelum upacara 17 Agustus, semua bergantian berlatih untuk peran apa pun. Lily juga mengatakan tak tahu jika dia dipilih sebagai pembawa baki bendera di upacara peringatan detik-detik proklamasi. Demikian pula teman-temannya yang bertugas sebagai pengibar bendera.
Semua ini, lanjut Rima, merupakan bagian dari belajar memimpin dan belajar dipimpin. Setelah selesai latihan Paskibraka, semua menjadi calon pemimpin masa depan. Untuk itu, mereka harus mempunyai kemampuan memimpin.
”Dan pemimpin yang baik itu adalah pernah menjadi bawahan yang baik. Ya, mereka belajar bagaimana dipimpin, patuh pada komando. Nah, ini bagian terbesar yang dipelajari dalam pemusatan di Paskibraka,” tuturnya.