Kapal Pemburu Ranjau dan Super Hercules yang Memperkuat TNI
Postur kekuatan TNI diperkuat dengan hadirnya berturut-turut dua kapal pemburu ranjau dan sebuah pesawat angkut yang baru datang dari pabriknya.
Oleh
EDNA CAROLINE PATTISINA
·3 menit baca
Kementerian Pertahanan menyerahkan dua kapal perang RI (KRI), yaitu KRI Pulau Fani-731 dan KRI Pulau Fanildo-732, untuk menambah kekuatan TNI AL, Senin (14/8/2023), serta satu pesawat C-130 J Super Hercules untuk TNI AU, Selasa (15/8/2023), yang merupakan unit ketiga dari lima unit yang dipesan.
KRI diserahkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto kepada Panglima TNI Laksamana Yudo Margono dan KSAL Laksamana TNI Muhammad Ali, sementara pesawat dengan nomor A-1343 diserahkan Wakil Menteri Pertahanan Muhammad Herindra kepada Wakil KSAU Mersekal Madya A Gustaf Brugman.
”Pada hari ini Indonesia kedatangan alutsista baru dan modern hasil kerja sama Indonesia dengan pemerintah federasi Jerman,” kata Prabowo.
Kedatangan alutsista ini merupakan salah satu bukti erat kerja sama kedua negara dan Kementerian Pertahanan pada khususnya. Prabowo menekankan, sebagai negara kepulauan, Indonesia perlu kekuatan militer yang tangguh.
Serah terima KRI itu dilanjutkan dengan sailing pass di Dermaga Madura Ujung, Koarmada II Surabaya. Delapan kapal yang tampil pada sailing pass tersebut ialah KRI Pulau Fani-731, KRI Pulau Fanildo-732, KRI Kapak-625, KRI Panah-626, KRI Halasan-630, KRI Tombak-629, KRI Sampari-628, dan KRI Golok-688.
Komandan pertama KRI Pulau Fani-731 dipercayakan kepada Letkol Laut (P) Mufianto Machfud, sementara Komandan KRI Pulau Fanildo-732 dipercayakan kepada Letkol Laut (P) Slamet Ariyadi.
Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Laksamana Muda Julius Widjojono mengatakan, kedua kapal canggih tersebut rencana pembeliannya dicetuskan oleh KSAL Laksamana TNI Ade Supandi tahun 2015. Kapal yang dibangun di Galangan Abeking and Resmussen, Lamwerder, Bremen, Jerman, itu berjenis kapal pemburu ranjau yang, menurut rencana, akan memperkuat jajaran Satuan Kapal Ranjau (Satran) Koarmada II.
Kapal jenis Mine Counter Meassure Vessel (MCMV) ini memiliki spesifikasi panjang 61,4 meter, lebar 11,1 meter, bobot 1.444 ton dengan kecepatan maksimal 18 knot dan kecepatan jelajah 10 knot serta kecepatan ekonomis 10 knot. Kapal ini juga dilengkapi dengan empat unit lift craft dan dua unit Rigid Hull Inflatable Boat (RHIB).
Kapal pabrikan Jerman ini berbahan dasar baja non-magnetik, memiliki degaussing system untuk mengurangi kemagnetan kapal, dilengkapi penggerak motor mesin elektrik yang mampu meminimalisasi kebisingan. Kapal ini juga dilengkapi dengan Autonomous Underwater Vehicle (UAV) yang berguna untuk membantu mendeteksi dan mengidentifikasi kontak di dalam air.
Kelebihan lain dari kapal ini juga mempunyai Unmanned Surface Vessel (USV) yang berfungsi sebagai kapal tanpa awak yang membersihkan dan menyapu ranjau dari permukaan laut, dan juga terdapat Platform Remotely Operated Vehicle (ROV) dan peralatan sonar bawah air untuk mendeteksi ancaman dari perairan dalam.
”Keberadaan kedua KRI tersebut tidak lepas dari masih banyaknya ranjau laut peninggalan perang dunia kedua di laut Indonesia, dan juga dinamisnya perkembangan teknologi persenjataan ranjau saat ini,” kata Julius.
Menurut Prabowo, kekuatan militer merupakan kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi suatu negara dalam rangka menjaga kedaulatannya. Keberhasilan pembangunan kapal ini, menurut dia, adalah bukti pemerintah sungguh-sungguh dalam menjamin kedaulatan bangsa dan negara.
Dalam kesempatan berbeda, penyerahan pesawat Super Hercules secara simbolis ditandai dengan pembukaan selubung logo Skadron Udara 31, pemecahan kendi dan penyiraman bunga di roda depan pesawat dilakukan Baseops Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (15/8/3023). Sesaat setelah itu, Wamenhan RI Muhammad Herindra juga menyerahkan simbol kunci pesawat kepada Wakasau.
Herindra mengatakan, kegiatan pengadaan pesawat angkut canggih ini merupakan wujud nyata komitmen Menhan Prabowo dalam rangka modernisasi alutsista TNI, khususnya TNI AU, agar semakin tangguh dalam menjaga keutuhan NKRI.
”Ke depannya kita akan terus memperbaiki, memodernisasi pesawat-pesawat yang sudah usang,” ujar Herindra.
Pesawat A-1343 yang dibeli pemerintah (Kemhan RI) dari pabrik Lokcheed Martim Amerika Serikat merupakan unit ketiga dari lima unit yang sudah dipesan. Sebelumnya, TNI AU sudah menerima dua unit C-130 J Super Hercules dari Kemenhan RI, yang masing-masing mempunyai tail number A-1339 dan A-1340. Tail number A-1341 sudah dimiliki sebuah Hercules VVIP tipe H, dan nomor A-1342 masih dalam penyelesaian akhir di pabrik pesawat Locheed Martin di Marietta Georgia, AS.
Jadi, pesawat A-1343 sebetulnya pesawat C-130J-30 keempat, tetapi karena sudah lebih dahulu selesai proses pembuatan dan uji coba, maka dikirim ke Indonesia mendahului pesawat A-1342 dan A-1344 yang, menurut rencana, akan tiba pada bulan Januari dan Februari tahun depan.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Agung Sasongkojati mengatakan, pengiriman pesawat dari pabriknya, Lokcheed Martin Marietta, Georgia, Amerika Serikat, ke Indonesia dilakukan secara ferry flight, selama 33 jam lebih. Rute pengiriman melewati Marrieta, San Diego, Honolulu, Kwajalein, Guam, dan Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.