Sandiaga: Mimpi Indonesia Spektakuler
Sandiaga Uno meyakini Indonesia memiliki semua kriteria dan bahan yang diperlukan untuk menjadi negara yang spektakuler. Apa dan bagaimana pandangannya soal Indonesia spektakuler itu?
Waktu menunjukkan pukul 20.45 ketika Sandiaga Salahuddin Uno bergegas masuk ke bagian dalam rumahnya di bilangan Selong, Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (21/7/2023). Meski baru saja selesai berbincang sekitar satu jam dengan Kompas setelah perjalanan dinas ke kawasan Borobudur, Jawa Tengah, malam itu ia masih akan merekam video untuk mempromosikan sejumlah usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Hari itu, tercatat ada 15 UMKM yang akan dibuatkan konten promosi berdurasi sekitar tiga menit per jenis usaha untuk diunggah di akun media sosialnya.
Seusai membuat konten, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu bergegas menuju ke Gelora Bung Karno (GBK) yang berjarak tak sampai 4 kilometer dari kediamannya. Sandiaga menghadiri hari pertama festival musik, seni, fashion, dan kuliner, We the Fest 2023. Di sela-sela kunjungan, ia menyapa para pelaku UMKM dan membeli produk mereka.
Geliat UMKM memang menjadi perhatian Sandiaga, pengusaha yang masuk ke gelanggang politik dengan menjadi anggota Partai Gerindra pada 2014. Saat diusung Gerindra menjadi calon wakil gubernur DKI Jakarta mendampingi Anies Baswedan pada Pilkada DKI 2017, program pemberdayaan UMKM yang dikenal dengan nama ”Oke Oce” jadi andalan saat berkampanye. Program itu juga jadi salah satu agenda utama Pemerintah Provinsi DKI ketika pasangan Anies-Sandiaga terpilih memimpin Ibu Kota.
Pemberdayaan UMKM tetap menjadi fokus Sandiaga ketika melaju ke pentas politik nasional, yakni mengikuti Pilpres 2019. Saat itu, Sandiaga menjadi calon wakil presiden yang mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berkontestasi dengan pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Kini, setelah berpindah ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP), lalu mendapatkan tugas sebagai ketua badan pemenangan pemilu sekaligus bakal cawapres dari partai berlambang Kabah itu, Sandiaga konsisten membawa gagasan tersebut sebagai bekal menuju Pilpres 2024.
Konsistensi memberdayakan UMKM sebagai bagian dari gagasan besar pembangunan ekonomi tidak lepas dari refleksi Sandiaga seusai berkeliling ke 1.600 lokasi di Indonesia pada 2019. Ia melihat, Indonesia memiliki berbagai potensi, tetapi pembangunan negara harus difokuskan pada bidang ekonomi, terutama penciptaan lapangan kerja untuk anak muda.
”Karena salah satu yang menjadi tantangan itu adalah peningkatan kesejahteraan dan memastikan generasi muda kita memiliki keterampilan yang cocok dengan tantangan zaman. Saya mendorongnya dengan upskilling (peningkatan keterampilan), reskilling (pelatihan ulang keterampilan), dan new skilling (keterampilan baru),” ujarnya.
Tanpa itu, bonus demografi di Indonesia yang terjadi dalam beberapa tahun ke depan justru bisa menjadi bencana demografi karena para pemuda usia produktif tak mendapatkan lapangan kerja. Indonesia bisa terancam gagal naik kelas menjadi negara maju, lalu terjerembap dalam jebakan negara berpendapatan menengah seperti terjadi di Amerika Latin dan sejumlah negara di Asia.
Selama ini, menurut Sandiaga, pemerintah masih melihat bahwa penciptaan lapangan kerja merupakan domain industri-industri besar. Padahal, berdasarkan studi dan pengamatannya, 97 persen lapangan kerja di Indonesia diciptakan oleh UMKM. Berkaca dari pengalaman profesionalnya yang memulai bisnis setelah dipecat dari perusahaan pada 1998, UMKM yang didirikan pun bisa mempekerjakan lebih dari 30.000 orang setelah berjalan 25 tahun.
”Belajar dari pengalaman saya sebagai profesional dulu, di mana perusahaan saya memberdayakan lebih dari 60.000 UMKM, ini akan saya bawa menjadi konsep bagaimana UMKM itu menjadi lokomotif pembangunan bangsa,” katanya.
Sandiaga menambahkan, konsep itu bisa diwujudkan dengan mengedepankan inovasi, adaptasi, dan kolaborasi. Tiga hal tersebut tidak asing bagi masyarakat karena merupakan bagian dari jati diri bangsa. ”Bangsa kita adalah bangsa yang (suka) bergotong royong, (dengan itu) kita bisa mengambil peluang walaupun (sulit di masa) pascapandemi. Peluang masih tetap ada jika kita berinovasi, beradaptasi, dan terus berkolaborasi,” ujarnya.
Mengacu pada hasil diskusi di sentra-sentra ekonomi kreatif dan survei internal yang dilakukan secara berkala, warga juga masih terbebani dengan harga bahan pokok yang fluktuatif. Umumnya, masyarakat mengalami siklus permasalahan berulang, yakni saat hasil panen petani melimpah, harga jual bahan pokok turun karena hasil panen tidak terserap. Sementara ketika pasokan bahan pokok kurang karena distribusinya tak lancar, harga akan meningkat tajam sehingga membebani rakyat.
Menurut dia, persoalan itu bisa diselesaikan dengan menjaga stabilitas harga bahan pokok melalui konsep ”kegerus”, akronim dari keroyok, gerilya, dan urai satu per satu. Saat masih menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI, ia menerapkannya dengan mengoptimalkan kerja sama dengan badan usaha milik daerah, menciptakan lapangan kerja melalui pemberdayaan UMKM, serta fokus pada sejumlah komoditas utama. Sejumlah langkah itu terbukti dapat menggerakkan ekonomi dengan cara meningkatkan konsumsi masyarakat.
”Karena ekonomi di Jakarta dan Indonesia itu masih bergantung pada konsumsi, cara terbaik untuk memicunya adalah dengan memberikan insentif-insentif agar ekonomi kita bisa terus bergerak,” kata Sandiaga.
Pemerintahan bersih
Selain masalah ekonomi, persoalan yang terus bergaung di Indonesia pascareformasi adalah menghadirkan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi. Menurut Sandiaga, Indonesia berpeluang untuk mewujudkannya dengan konsep ”3G”. Pertama, gercep atau gerak cepat untuk menentukan langka jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang untuk memberantas korupsi. Kedua, geber atau gerak bersama karena pemerintah tak bisa bergerak sendiri, tetapi membutuhkan peran masyarakat, salah satunya dengan aktif melaporkan indikasi korupsi. Ketiga, gaspol atau menggarap semua potensi untuk mencegah tindak pidana korupsi.
”Salah satu yang menurut saya efektif (untuk memberantas korupsi) adalah penindakan. Penindakan itu harus bisa menciptakan efek jera, tetapi juga harus diimbangi dengan sistem yang terkait transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi, dan keadilan. Jadi, itu adalah konsep good governance,” katanya.
Mengenai penindakan, Sandiaga meyakini bahwa operasi tangkap tangan (OTT), salah satu metode penindakan yang belakangan kontroversial karena dikritik pejabat, masih diperlukan. Hanya, hal itu sebaiknya tidak dilakukan setiap hari dengan ekspose besar-besaran. Pemberitaan terlalu banyak dinilai bakal berimbas pada hilangnya sanksi sosial kepada koruptor karena kejenuhan publik pada kasus-kasus korupsi.
Salah satu yang menurut saya efektif (untuk memberantas korupsi) adalah penindakan. Penindakan itu harus bisa menciptakan efek jera, tetapi juga harus diimbangi dengan sistem yang terkait transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi, dan keadilan. Jadi, itu adalah konsep good governance.
Indonesia spektakuler
Setelah pembangunan ekonomi dan pemerintahan bersih terwujud, Sandiaga membayangkan Indonesia bisa menjadi negara yang spektakuler. Target Indonesia Emas yang ingin dicapai dengan menjadi negara maju ketika bangsa ini berusia 100 tahun merupakan awal menuju Indonesia spektakuler. ”Indonesia spektakuler, jadi kita sering menyebut Indonesia Emas, tetapi saya melihat bahwa dari seluruh sumber daya yang kita miliki, kita ini spektakuler,” ujarnya.
Sandiaga meyakini, Indonesia memiliki semua kriteria dan bahan yang diperlukan untuk menjadi negara spektakuler. Mulai dari pendapatan per kapita yang diupayakan mencapai di atas 30.000 dollar AS, generasi muda yang produktif, kepulauan dengan keindahan alam yang memukau, serta kekayaan budaya yang beragam. Tak hanya itu, konsep ekonomi masa depan adalah ekonomi hijau atau peningkatan kesejahteraan sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan, yang jelas bisa dikembangkan di Indonesia.
Untuk menggapai mimpi itu, Sandiaga siap jika dipercaya parpol untuk berkontestasi di Pilpres 2024. Selain telah mendapatkan mandat untuk menjadi bakal cawapres hasil dari rapat pimpinan nasional PPP, Juni lalu, kini ia tengah diusulkan agar bisa menjadi pendamping Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah yang juga bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Kendati tidak menampik bahwa dirinya merupakan sosok yang juga didukung Presiden Joko Widodo untuk menjadi bakal cawapres, ia menegaskan tidak ingin terlalu percaya diri dan akan memercayakan penuh proses komunikasi politik kepada pimpinan parpol hingga ada keputusan ia diterima sebagai bakal cawapres atau tidak.
Meski hasil survei sejumlah lembaga memotret Sandiaga sebagai salah satu tokoh cawapres pilihan publik dengan tingkat elektabilitas tertinggi, ia juga menyadari hal itu bukan satu-satunya yang bakal jadi pertimbangan. Parpol diyakini juga mempertimbangkan kecocokan antartokoh, aspirasi masyarakat, dan potensi lawan yang akan dihadapi. Oleh karena itu, ia memprediksi, keputusan baru akan diambil jelang waktu pendaftaran capres dan cawapres pada Oktober mendatang.
”Politik Indonesia ini always last minutes (selalu di menit-menit terakhir), walaupun saya mengurus masyarakat itu minute to minute (dari menit ke menit) ya. Kelihatannya pimpinan parpol selalu menimbang-nimbang sampai saat terakhir,” ujarnya.
Sandiaga sadar harus bersaing dengan sejumlah tokoh lain yang juga dipertimbangkan dan diusulkan untuk menjadi pendamping Ganjar. Salah satunya adalah sahabat karibnya sejak masa sekolah, yakni Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir yang diusulkan oleh Partai Amanat Nasional (PAN). Walaupun tengah bersaing, Sandiaga mengakui, kompetitornya adalah para tokoh terbaik bangsa yang juga bersahabat dengan dirinya.
Tidak hanya dengan tokoh bakal cawapres, persahabatan juga terjalin antara dirinya dan para bakal capres. Sandiaga pernah bermitra dengan Prabowo Subianto, Menteri Pertahanan yang kini kembali menjadi bakal capres dari Gerindra. Ia juga menganggap Prabowo sebagai pemimpin yang tegas dan berpengalaman berkali-kali mengikuti pilpres. Sama halnya dengan Anies yang juga pernah menjadi pasangan Sandiaga saat memimpin DKI Jakarta.
”Hubungan kami sangat harmonis, saya kemarin rapat kabinet say hi (menyapa Prabowo). Dengan Pak Anies juga selalu Whatsapp-an. Jadi, kami hubungannya sangat baik walaupun ada perbedaan sikap politik,” ungkapnya.
Adapun dengan Ganjar, sosok yang tengah diupayakan untuk menjadi pasangannya, Sandiaga mengaku sudah merasa cocok. Ia pun berharap Ganjar merasakan hal yang sama. ”Saya merasa chemistry-nya dapat,” ujarnya.
Di tengah nuansa persahabatan itu, ia optimistis Pilpres 2024 akan menjadi ajang yang damai dan tidak berimbas pada perpecahan masyarakat. Apalagi setelah Pilpres 2019, dua kubu yang bersaing bisa bergabung menjadi satu di pemerintahan. Persatuan ini disebut mampu menghadirkan pemerintahan yang efektif, terbukti dari tingginya tingkat kepuasan publik terhadap kinerja pemerintah hingga setahun jelang masa pemerintahan berakhir.
”Apa yang ditunjukkan Pak Jokowi, bertanding untuk bersanding, berkompetisi pada saat kontestasi, tetapi bisa berkolaborasi pascakontestasi. Menurut saya, itu yang membuka (potensi) bahwa nanti persaingan atau rivalitas ini hanya sampai bulan Februari (hari pemungutan suara 14 Februari 2024),” tutup Sandiaga.