Perang Rusia-Ukraina adalah soal kedaulatan negara. Dalam perspektif intelijen strategis, perang itu adalah perang antara Barat dan Rusia menggunakan proksi Ukraina.
Oleh
EDNA CAROLINE PATTISINA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Perang Rusia-Ukraina yang dilihat dalam kacamata intelijen strategis adalah pelajaran penting dalam mempertahankan kedaulatan. TNI membuat buku Perang Rusia vs Ukraina: Perspektif Intelijen Strategis Februari-September 2022 agar banyak pihak baik sipil maupun militer bisa belajar dan mengantisipasi ancaman yang lebih luas.
Hal ini disampaikan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, Selasa (25/7/2023) ,saat meluncurkan buku tersebut di Perpustakaan Nasional, Jakarta. Ia mengatakan, merujuk pernyataan Presiden Joko Widodo, kondisi dunia sedang tidak baik-baik saja. Yudo mengatakan, oleh karena itu buku ini diluncurkan sebagai kontribusi TNI bagi negara sebagai bahan acuan dan pengetahuan bagi seluruh bangsa. Dengan demikian, bangsa Indonesia bisa bersiap menghadapi ancaman yang lebih besar.
"Peluncuran buku perang Rusia vs Ukraina ini merupakan sumbangsih TNI kepada bangsa. Saya berharap pengetahuan yang disajikan dalam ulasan-ulasan analisis dan sintesis di dalam buku ini dapat bermanfaat guna menjadi bahan acuan dan pembelajaran bagi segenap bangsa Indonesia," katanya.
Ancaman terhadap kedaulatan negara tidak bisa dihadapi sendiri-sendiri. Perlu ada kerja sama antar lembaga dan komponen bangsa.
Yudo mengatakan, ancaman terhadap kedaulatan negara tidak bisa dihadapi sendiri-sendiri. Perlu ada kerja sama antar lembaga dan komponen bangsa. “Kerja sama antar lembaga dan komponen bangsa menjadi kunci untuk mengatasi tantangan keamanan bersama," katanya.
Acara peluncuran buku yang dibuat oleh Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI dan diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas (PBK) ini dihadiri antara lain Ketua MPR Bambang Soesatyo, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Andi Widjajanto, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Donny Ermawan, Kepala Staf TNI AL Laksamana Muhammad Ali, Wakil KSAD Letjen Agus Subiyanto, Pangkoopsudnas Marsekal Madya Tonny Harjono, dan Kepala Bais Letjen Rudianto.
Hadir pula Rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani Hikmahanto Juwana, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran Popy Rufaidah, serta CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama.
Bambang Soesatyo mengatakan, perang Rusia-Ukraina tidak hanya perang militer, tetapi juga perang ekonomi. Ia mengatakan, terjadi disrupsi pada rantai pasok global, sehingga menimbulkan krisis pangan dan krisis energi. Rusia dan Ukraina adalah produsen gandum utama dunia dengan Rusia yang menguasai sepertiga pasokan gandum global.
“Dari sektor energi, Rusia adalah pengekspor minyak terbesar dunia. Lebih dari 40 persen kebutuhan bahan bakar negara-negara Eropa bergantung pada pasokan dari Rusia,” kata Bambang. Beberapa negara Eropa yang tergantung pada energi Rusia adalah Jerman, Italia, Belanda, Perancis, Polandia, dan Hongaria.
Kol Inf Hendri yang menjadi salah satu tim penulis mengatakan, ada dua pertanyaan yang harus dijawab. Pertama, kenapa Rusia mengadakan Operasi Militer Khusus. Kedua, bagaimana Ukraina masih bisa bertahan. Ia bercerita, buku ini menggunakan kerangka sudut pandang intelijen strategis.
Buku ini melihat, konflik antara Rusia dan Ukraina sebenarnya merupakan konflik antara Rusia dan Barat. Ukraina menjadi proksi tunggangan negara-negara Barat.
Beberapa aspek yang dianalisis adalah tren, informasi, sudut pandang pemikiran, ketahanan nasional, proses terjadinya perang, dan pengetahuan geopolitik. Ia menandaskan, buku ini perlu banyak dibaca oleh masyarakat sipil agar mengerti aspek-aspek militer.
Buku ini melihat, konflik antara Rusia dan Ukraina sebenarnya merupakan konflik antara Rusia dan Barat. Ukraina menjadi proksi tunggangan negara-negara Barat. Negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat sangat menghendaki Rusia lemah dan tidak berdaya daya dalam percaturan dunia.
Serangan militer Rusia ke Ukraina membuat perkembangan geopolitik dunia semakin dinamis. Ketegangan hubungan antara negara-negara barat yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO dan Rusia mengarah pada konflik yang semakin meluas.
Perang Rusia-Ukraina tidak sesederhana yang tampak di permukaan. Propaganda kedua belah pihak membuat kebanyakan orang tidak memahami masalah sebenarnya dalam konflik ini. Buku ini mencoba untuk mengupas tuntas Perang Rusia-Ukraina dan faktor-faktor penyebabnya.
Selain membahas front militer secara detail dari hari ke hari, buku ini juga membahas pertempuran di front-front lain serta kemajuan teknologi yang digunakan kedua belah pihak dalam perang ini. Buku ini ditutup dengan beberapa prediksi skenario yang mungkin terjadi pada perang yang berlarut-larut hingga hari ini.
Andi menyoroti beberapa fakta yang menjurus pada kesimpulan bahwa Rusia tidak bertujuan untuk mengokupasi Ukraina.
Gubernur Lemhanas Andi Widjajanto mengatakan, buku ini menarik karena dibuat dengan kerangka analisis intelijen strategis. Proses itu membuat data yang tidak diketahui menjadi diketahui dengan data-data yang terstruktur dan penjelasan geografi serta berbagai aspek lingkungan strategis yang statis dan dinamis.
Andi menyoroti beberapa fakta yang menjurus pada kesimpulan bahwa Rusia tidak bertujuan untuk mengokupasi Ukraina. “Serangan ke Odessa, Pelabuhan paling strategis Ukraina itu hanya satu kali. Padahal, penguasaan Odessa, akan langsung melumpuhkan Ukraina,” katanya memberi contoh.