Moeldoko Apresiasi Efektivitas Konservasi Orangutan di Ketapang
Secara simbolis, Moeldoko pun melepasliarkan kembali empat orangutan ke habitat alam di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Moeldoko sekaligus menjadi pengadopsi orangutan Gatot yang dirawat di pusat rehabilitasi YIARI
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko berkeliling melihat lebih dekat tempat dan proses rehabilitasi orangutan di Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia atau YIARI di Ketapang, Kalimantan Barat. Proses konservasi orangutan dinilai sangat efektif karena tidak hanya fokus pada penyelamatan, rehabilitasi, dan pelepasliaran, tetapi melibatkan edukasi dan pemberdayaan kepada masyarakat.
Masyarakat dilibatkan untuk turut serta dalam menjaga keselamatan hutan. “Yang bikin saya kagum, di sini banyak anak muda yang mau merelakan hidupnya menjaga orangutan dan kawasan hutan,” ujar Moeldoko ketika melakukan kunjungan kerja ke pusat penyelamatan dan konservasi orangutan YIARI, di Ketapang, Kalimantan Barat, Jumat (21/7/2023).
Dalam kunjungannya di YIARI, Moeldoko menyambangi satu persatu kandang orangutan sembari mendengarkan penjelasan tentang tahapan-tahapan konservasi dari salah satu anggota YIARI. “Saya menaruh hormat kepada kalian semua, karena telah bekerja di luar panggilan tugas,” tambah Moeldoko.
Kehadiran Moeldoko di YIARI disambut sekitar 1.500 orang dari kelompok dan komunitas dampingan YIARI yang selama ini bekerja dan berkegiatan di ranah konservasi, pertanian berkelanjutan, dan pendidikan berwawasan lingkungan. Di antaranya kelompok The Power of Mama, Zwagery Generation, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH).
“Yang bikin saya kagum, di sini banyak anak muda yang mau merelakan hidupnya menjaga orangutan dan kawasan hutan”
Turut hadir pula komunitas dan kelompok-kelompok etnis dan budaya lokal di Ketapang sebagai bagian dari mitra strategis YIARI dalam menggerakkan semangat menjaga hutan dan keanekaragaman hayati di Kabupaten Ketapang. Moeldoko mengapresiasi sekelompok ibu-ibu yang merupakan relawan pemadam kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang merupakan anggota The Power of Mama.
The Power of Mama merupakan sebuah komunitas peduli lingkungan hidup. Dibentuk pada 6 Juni 2022, komunitas tersebut beranggotakan perempuan lintas generasi yang melakukan sejumlah kegiatan lingkungan. ”Sama api aja berani, apalagi sama lainnya. Ini mengejutkan sekali,” ucap Moeldoko.
Salah satu kegiatan yang mereka lakukan adalah menjaga hutan dari risiko kebakaran. “Kita harus belajar dengan Ketapang. Tempat lain membakar hutan, di sini bersiaga menghadapi kebakaran. Apalagi Ini ibu-ibu. Saya tekankan, satuan kebakaran itu menempati tempat terhormat,” kata Moeldoko.
Dalam kesempatan tersebut, Moeldoko juga melakukan penanaman pohon. Secara simbolis, Moeldoko pun melepasliarkan kembali empat orangutan ke habitat alam di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR). Moeldoko sekaligus menjadi pengadopsi orangutan Gatot yang dirawat di pusat rehabilitasi YIARI sejak ia masih bayi dari tahun 2016.
“Apa yang diprogramkan YIARi ini tentu akan terus kita dorong agar berhasil baik. Mari bergerak bersama selamatkan orangutan Kalimantan”
“Apa yang diprogramkan YIARi ini tentu akan terus kita dorong agar berhasil baik. Mari bergerak bersama selamatkan orangutan Kalimantan,” ujar Moeldoko.
Moeldoko juga mendorong keterlibatan YIARI untuk membantu program-program pemerintah terutama untuk menyelaraskan antara pembangunan kota-kota masa depan yang berwawasan lingkungan. Selama ini, Pemerintah telah memiliki program menuju zero emission, yaitu tidak ada lagi polutan-polutan dan polusi yang berkembang di dunia.
“Indonesia mengikuti protokol Paris, komitmen Presiden sangat jelas, kita menuju ke sana agar kelangsungan hidup anak cucu kita ke depan semakin baik. Kita sekarang menghadapi lingkungan yang luar biasa, untuk itu ada program dengan nama transisi energi yang merupakan salah satu tema besar yang dibicarakan ketika G20 kemarin dan diikuti lagi di pertemuan KTT ASEAN”
“Indonesia mengikuti protokol Paris, komitmen Presiden sangat jelas, kita menuju ke sana agar kelangsungan hidup anak cucu kita ke depan semakin baik. Kita sekarang menghadapi lingkungan yang luar biasa, untuk itu ada program dengan nama transisi energi yang merupakan salah satu tema besar yang dibicarakan ketika G20 kemarin dan diikuti lagi di pertemuan KTT ASEAN,” ucapnya.
Moeldoko pun kagum karena di tengah-tengah kota Ketapang, ada 200 hektar hutan yang terlindungi dengan baik dan terjaga dengan baik. “Mohon ini nanti terjaga sampai selamanya. Karena dari hutan banyak yang kita dapatkan, salah satunya kelangsungan air. Air sudah menjadi isu global, krisis air sudah mulai di mana-mana, jadi ini harus terjaga dengan baik,” ujar Moeldoko
Suntikan moral
Sekretaris YIARI, Marius Marcellus TJ turut menyampaikan apresiasi atas kunjungan Moeldoko. Ia menilai, kunjungan tersebut memberikan suntikan moril kepada YIARI untuk terus berkomitmen menjaga kelangsungan hidup orangutan. “Selain konservasi, kami juga sudah bertahun-tahun melakukan edukasi dan pendampingan kepada masyarakat. Mohon dukungan bapak,” tutur Marius.
YIARI merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang pelestarian primata Indonesia. Pelestarian ini berbasis pada upaya penyelamatan, pemulihan, pelepasliaran, dan pemantauan pasca pelepasliar. Selain konservasi Kukang dan Orangutan, YIARI juga melakukan edukasi dan pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan.
“Kami terus berjuang bersama masyarakat untuk bisa menjadi salah satu paru-paru bagi Indonesia. Kami siap mendukung pemerintah dalam setiap programnya, terutama dalam hal menjaga cakupan hutan dan isinya,” ujar Marius. (WKM)