Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri mengungkapkan rasa bangga dan berterima kasih atas kesediaan Presiden Joko Widodo memenuhi undangan Rakernas III PDI-P di Jakarta.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU, NIKOLAUS HARBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menggandeng erat tangan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri seusai pembukaan Rapat Kerja Nasional III PDI-P di Jakarta, Selasa (6/6/2023). Keduanya tampil akrab di tengah spekulasi keretakan hubungan terkait arah dukungan pada Pemilihan Presiden 2024. Bukan hanya itu, keduanya menunjukkan kesamaan pemikiran dalam pembangunan bangsa.
Jokowi bergegas menghampiri Megawati yang berjalan di depannya seusai foto bersama di panggung Rakernas III di Aula Sekolah Partai PDI-P, Lenteng Agung, Jakarta. Fungsionaris PDI-P itu lantas menggamit tangan Megawati berjalan menuruni tangga sambil bergandengan tangan. Keduanya saling melempar senyum.
Para peserta rakernas sontak bertepuk tangan melihat adegan tersebut. Di belakang Megawati dan Jokowi, ada Ketua DPP PDI-P Puan Maharani dan Prananda Prabowo serta bakal calon presiden dari PDI-P, Ganjar Pranowo, yang berjalan mengikuti.
Megawati mengungkapkan rasa bangga dan berterima kasih atas kesediaan Jokowi memenuhi undangan pembukaan rakernas yang bertepatan dengan hari lahir Bung Karno, Presiden pertama RI. Kehadiran dan arahan yang disampaikan Presiden akan dijadikan bagian dari pembahasan dalam sejumlah persidangan rakernas yang berlangsung dalam tiga hari ke depan.
”Kali ini rakernas jadi sangat penting karena kami sedang bekerja dalam rangka konsolidasi partai, dari jajaran paling tinggi sampai ke anak ranting, untuk mulai memproses hal-hal terkait Pemilu 2024,” kata Megawati saat memberikan keterangan pers seusai pembukaan rakernas.
Meski tidak ada koordinasi sebelumnya, tambahnya, tema Rakernas III PDI-P, yakni ”Fakir Miskin dan Anak Telantar Dipelihara Negara”, sejalan dengan kebijakan penanggulangan kemiskinan yang tengah digencarkan Presiden. Bagi Megawati, hal itu menunjukkan kekompakan di antara keduanya.
”Saya sama Pak Jokowi tidak janjian, tetapi hal itu mengekspresikan bahwa saya dan Pak Jokowi itu sering, bukan sering, (melainkan) acap kali satu tujuan di dalam membangun bangsa dan negara ini,” ujar Megawati.
Nuansa kekompakan
Nuansa kekompakan, menurut sejumlah kader PDI-P, sudah terasa sejak pembukaan rakernas yang berlangsung tertutup. Megawati dan Jokowi menyampaikan pidato politik di hadapan para peserta rakernas. Adapun rakernas diikuti jajaran pengurus DPP, dewan pimpinan daerah (DPD), dewan pimpinan cabang (DPC), dan organisasi sayap partai.
Saya sama Pak Jokowi tidak janjian, tetapi hal itu mengekspresikan bahwa saya dan Pak Jokowi itu sering, bukan sering, (melainkan) acap kali satu tujuan di dalam membangun bangsa dan negara ini
Ketua DPC PDI-P Kota Semarang, Jawa Tengah, Hendrar Prihadi mengungkapkan, tidak ada pertentangan dalam pidato yang disampaikan Jokowi dan Megawati. Keduanya kompak menyampaikan arahan mengenai konsolidasi persiapan Pilpres 2024 dalam nuansa kekeluargaan.
Sekretaris DPD PDI-P Kepulauan Riau Lis Darmansyah menambahkan, alih-alih menegur Jokowi terkait isu yang beredar mengenai dukungan terhadap bakal capres dari partai politik (parpol) lain, Megawati justru banyak bersenda gurau. Megawati disebut meminta Ganjar menyinergikan penanganan kemiskinan yang digagas partai dengan program pemerintah nantinya.
Hal itu disambut oleh Jokowi dengan menyatakan bahwa dirinya percaya Ganjar bisa mempercepat pencapaian tujuan berbagai program yang telah ia lakukan. ”Kenapa, karena Ganjar disebut sebagai sosok yang lebih komunikatif dibandingkan dirinya (Jokowi),” ujarnya.
Lis tak memungkiri isu yang beredar mengenai sinyal dukungan Jokowi terhadap bakal capres dari parpol lain sempat memunculkan keraguan di antara para kader PDI-P. Kendati demikian, kehadiran dan pidato Jokowi meneguhkan kembali keyakinan para kader akan dukungan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
”Pak Jokowi bicaranya sudah tidak ragu-ragu lagi. Artinya, sosok Ganjar itu sudah disebutkan beliau sebagai sosok yang ideal untuk memimpin ke depan,” katanya.
Di akhir forum, Megawati memberikan hadiah untuk Jokowi, yakni foto bersama saat deklarasi Ganjar di Istana Batutulis, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, 21 April. Dalam foto tersebut, tampak Jokowi bersama dengan Megawati, Puan, Prananda, dan Ganjar tengah berpose salam tiga jari khas PDI-P.
Jokowi membenarkan, dalam forum tertutup pembukaan Rakernas III PDI-P, dirinya menyampaikan sejumlah tantangan yang akan dihadapi Indonesia terkait dengan dinamika dalam konteks global. Untuk menghadapi situasi itu, karakter pemimpin yang berani dan bernyali menjadi prioritas. Keduanya ada pada diri Ganjar. ”Berani itu nomor satu. Berani dan punya nyali. Saya lihat Pak Ganjar punya,” kata Jokowi.
Soliditas partai
Kekompakan antara Megawati, Jokowi, dan seluruh peserta rakernas terjadi di tengah maraknya spekulasi bahwa Presiden mengambil sikap yang tak sejalan dengan PDI-P dalam menghadapi Pilpres 2024. Sejumlah pihak melihat, sejak akhir 2022, Jokowi berulang kali memberikan sinyal dukungan terhadap Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk menjadi capres 2024.
Hal itu didasarkan pada banyaknya momen kebersamaan dan sejumlah pernyataan yang disampaikan Presiden untuk Prabowo, baik dalam agenda kabinet maupun parpol.
Ketua DPP PDI-P Eriko Sotarduga mengungkapkan, momen Jokowi menggandeng tangan Megawati bermakna penting bagi soliditas partai. Hal itu menunjukkan keduanya benar-benar bersatu. ”Kami melihat memang betul-betul bersatu dan terlihat Pak Jokowi mendukung Ibu Mega serta Pak Ganjar seperti itu tadi,” ujarnya.
Secara terpisah, peneliti senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Firman Noor, melihat, kekompakan yang ditunjukkan Jokowi dan Megawati merupakan dramaturgi panggung depan politisi yang bisa saja berbeda dengan situasi di belakangnya. Sebagai sesama politisi kawakan, Jokowi dan Megawati sama-sama memiliki perhitungan tak sederhana yang mungkin tak bertemu satu sama lain. Akan tetapi, keduanya masih bisa bersatu ketika melihat ada potensi untuk bekerja bersama.
”Selain itu, keduanya juga cenderung bersikap jangan sampai menambah jumlah kalangan yang berseberangan dengan mereka,” katanya.
Ia menyebutkan, gimik yang ditunjukkan selama pembukaan rakernas tidak serta-merta bisa diubah menjadi soliditas yang riil. Untuk mengubah gimik itu menjadi soliditas riil, dibutuhkan lebih banyak aksi konkret. Misalnya, menciptakan momen-momen kerja bersama antara Presiden dan PDI-P yang membuahkan hasil signifikan.
”Bukan aktivitas yang dilakukan sambil lalu, sekadar berfoto, tetapi harus ada pembangunan soliditas dengan hasil yang lebih konkret,” katanya.
Menurut Firman, soliditas yang riil itu harus segera dibangun. Jika masih ada keterpecahan dukungan, hal itu akan berdampak pada capaian elektoral Ganjar.