Peringati Hari Lahir Pancasila, Presiden Ajak Tolak Politisasi Identitas
Presiden Joko Widodo yang mengenakan pakaian adat Kesultanan Deli tiba di lapangan upacara pukul 07.58 bersama Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang memakai pakaian adat Melayu.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pada upacara peringatan Hari Lahir Pancasila tahun 2023 yang digelar di Lapangan Monumen Nasional atau Monas, Jakarta, Kamis (1/6/2023), Presiden Joko Widodo mengajak masyarakat untuk menolak ekstremisme, politisasi identitas, dan politisasi agama. Masyarakat diajak menyambut pesta demokrasi Pemilu 2024 dengan kedewasaan, sukacita, dan memegang teguh nilai Pancasila untuk memperjuangkan Indonesia maju yang adil dan sejahtera.
”Toleransi, persatuan, dan gotong royong adalah kunci membangun bangsa yang kokoh. Oleh sebab itu, saya ajak kita semua untuk menolak ekstremisme, menolak politisasi identitas, menolak politisasi agama,” ujar Presiden Jokowi ketika memimpin upacara peringatan Hari Lahir Pancasila yang digelar di sisi selatan Monas, Jakarta.
Presiden Jokowi yang mengenakan pakaian adat Kesultanan Deli tiba di lapangan upacara pukul 07.58 bersama Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang memakai pakaian adat Melayu. Tepat pukul 08.00, rangkaian upacara dimulai dan diawali dengan laporan komandan upacara, Komisaris Besar Alfian Nurrizal, kepada Presiden sebagai inspektur upacara. Kombes Alfian Nurrizal yang lahir di Sumenep, 10 Februari 1978, merupakan lulusan Akademi Kepolisian tahun 2000 dan saat ini menjabat sebagai Direktur Lalu Lintas Polda DIY.
Berperan sebagai perwira upacara ialah Kepala Staf Komando Garnisun Tetap I/Jakarta Brigjen Arkamelvi Karmani. Pria yang lahir di Jakarta, 10 Februari 1967, tersebut merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1989.
Upacara bendera juga dihadiri Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden ke-9 Hamzah Haz, Wapres ke-11 Boediono, pimpinan lembaga, dan para menteri Kabinet Indonesia Maju. Hadir pula pimpinan lembaga pemerintah non-kementerian, para anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Ketua BPIP Yudian Wahyudi, dan Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.
Peringatan Hari Lahir Pancasila tahun 2023 mengusung tema ”Gotong Royong Membangun Peradaban dan Pertumbuhan Global”. Ketua MPR Bambang Soesatyo membacakan naskah Pancasila, sedangkan Ketua DPR Puan Maharani membacakan naskah Pembukaan UUD 1945. Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman memimpin pembacaan doa.
Stabilitas
Dalam amanatnya saat memimpin upacara, Presiden menegaskan bahwa Indonesia adalah satu dari sedikit negara yang berhasil menjaga stabilitas ekonomi, sosial, dan politik; menjaga inflasi; serta menumbuhkan investasi dan lapangan kerja. Keberhasilan tersebut adalah sumbangsih semua anak bangsa dengan ideologi Pancasila sebagai fondasi dasarnya.
”Semua itu fondasinya adalah ideologi Pancasila yang diwariskan Presiden pertama Republik Indonesia Ir Soekarno. Ideologi yang harus terus kita pegang teguh untuk memperkokoh kemajuan bangsa. Saat ini, kita masih terus berjuang untuk menghadirkan pembangunan yang adil dan merata,” ujar Presiden.
Keadilan, pemerataan, dan kesejahteraan tersebut diupayakan melalui reformasi struktural, peningkatan kualitas sumber daya manusia, hilirisasi industri, dan pembangunan Ibu Kota Nusantara. ”Kita ingin kekayaan alam negeri ini bermanfaat maksimal bagi kesejahteraan rakyat. Kita ingin rakyat di luar Jawa juga merasakan manfaat yang signifikan dari pembangunan,” ucapnya.
Sebagai negara besar, Indonesia harus duduk sejajar dengan bangsa-bangsa lain dan tidak didikte oleh siapa pun. Indonesia siap memimpin, bekerja sama, dan berkolaborasi dengan negara mana pun dan menjadi titik temu serta jembatan dari perbedaan-perbedaan yang ada di dunia.
”Ideologi Pancasila membuat kepemimpinan Indonesia diterima dan diakui dunia. Presidensi G20 yang telah sukses dilaksanakan, keketuaan ASEAN tahun ini merupakan bukti nyata bahwa Pancasila bukan hanya utama untuk Indonesia, tetapi juga sangat relevan untuk dunia,” ungkapnya.
Seusai upacara, Ketua BPIP Yudian Wahyudi menegaskan bahwa gotong royong merupakan kunci keberhasilan bangsa Indonesia pada masa proklamasi kemerdekaan. ”Semua segmen masyarakat Indonesia bersatu. Oleh karena itu, kita berhasil. Proklamasi yang saya katakan proklamasi terbaik dan terhebat di muka bumi. Karena tanpa teknologi militer,” ucap Yudian.
Yudian mengatakan, Pancasila berhasil memerdekakan bangsa Indonesia. ”Baru saja kita menghadapi gelombang. Kalau bahasa saya, perang dunia ke-3, Covid-19, seperti yang sudah disampaikan (Presiden) Jokowi. Kita termasuk satu dari sedikit negara yang berhasil melewati ini dengan baik,” tambahnya.