Koalisi Perubahan Tak Terpengaruh Manuver PPP Usung Ganjar
Manuver PPP yang mengusung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai bakal capresnya tidak memengaruhi Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Walakin, mereka membuka komunikasi untuk partai lain yang ingin bergabung.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Koalisi Perubahan untuk Persatuan mengaku tidak terpengaruh dengan manuver Partai Persatuan Pembangunan yang dalam rapat pimpinan nasionalnya resmi memilih Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presidennya.
”Segala manuver pencalonan yang kini terjadi, kami selaku Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) tidak masalah dengan hal itu. Yang penting, itu terjadi karena otoritas masing-masing partai politik,” ujar Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Nasdem Sugeng Suparwoto saat dihubungi di Jakarta, Rabu (26/4/2023).
Sugeng mengatakan, biarlah koalisi terbentuk secara alamiah tanpa ada pengaruh dari pihak luar partai politik (parpol). Hingga kini, KPP masih kukuh untuk mengusung Anies Baswedan sebagai bakal capresnya. Adapun KPP beranggotakan Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Selain itu, KPP juga masih rutin berkomunikasi, baik dengan parpol maupun tokoh masyarakat. Menurut Sugeng, KPP membuka ruang untuk parpol lain bergabung dan berdinamika bersama.
”Kami inklusif, dengan tokoh PDI-P, Golkar, Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), kami berkomunikasi. Bahkan intens dan saya sendiri yang melakukan,” kata Sugeng.
Meski tidak disebutkan secara langsung, KPP masih memantau dinamika ataupun manuver yang kini terjadi di koalisi pendukung pemerintah. Ini berdasarkan ucapan Sugeng yang menyinggung dukungan PPP untuk Ganjar dan potensi PAN juga terlihat sama. Kedua parpol itu tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Golkar.
Tantangan terbesar KPP terletak pada penentuan bakal cawapres. Penentuan ini kian alot yang terlihat dari narasi perubahan yang digaungkan juga belum terlihat.
”Namun, kami tidak ingin berandai-andai. Yang tahu apa yang terjadi itu, kan, mereka (KIB),” ucap Sugeng.
Belum terlihat
Menurut Direktur Eksekutif Populi Center Rafif Pamenang, tantangan terbesar KPP terletak pada penentuan bakal cawapres. Penentuan ini kian alot. Hal itu terlihat dari narasi perubahan yang digaungkan hingga kini juga belum terlihat.
Meski dinilai solid, dinamika internal yang berpotensi terjadi dapat memecah belah KPP. PKS, misalnya, tidak terdapat tokoh yang menonjol untuk tetap mendukung Anies. Walakin, langkah itu tergolong sangat berani.
Sementara itu, Partai Nasdem, misalnya, tidak ada pilihan lain selain mendukung Anies dan tetap dalam KPP. ”Jadi, tulang belakang KPP terletak di Demokrat dan PKS. Dua partai ini yang akan menentukan nasib dari KPP,” tuturnya.
Di sisi lain, manuver yang kini terjadi juga memungkinkan membuka potensi tiga pasangan calon dalam pemilu mendatang. Walakin, hal ini juga riskan bagi KPP karena basis pemilih mereka bersinggungan dengan koalisi lain.
”Ini seperti sebagian ada yang mendukung Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Jadi, KPP butuh upaya ekstra atau strategi komprehensif untuk mengarahkan basis suara mereka ke Anies,” kata Rafif.