Itulah Batutulis, tanah dimana raja-raja pernah dinobatkan dan berdiam. Di tanah itu pula, Ganjar Pranowo diumumkan sebagai calon Presiden RI.
Oleh
HARYO DAMARDONO
·4 menit baca
Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri akhirnya mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden dari partai banteng bermoncong putih, Jumat (21/4/2023) siang. Hadir berambut putih, Ganjar yang kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, menerima penugasannya untuk berlaga pada Pemilihan Presiden di bulan Februari 2024.
Megawati merilis penugasan baru bagi Ganjar di Istana Batutulis, Bogor, Jawa Barat. Istana yang pernah menjadi rumah peristirahatan bagi Bung Karno itu terletak sekitar enam kilometer di selatan Istana Kepresidenan Bogor.
”Pada jam 13.45, dengan mengucapkan bismillahir-rahmanir-rahim, menetapkan Ganjar Pranowo, sekarang adalah Gubernur Jawa Tengah, sebagai kader dan petugas partai untuk ditingkatkan penugasannya sebagai calon presiden RI dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P),” ujar Megawati, di hadapan seluruh kader PDI-P, yang juga menyimak secara daring.
Dari Istana Batutulis, Megawati kerap mengambil keputusan penting. Setidaknya, dalam tiga pemilihan presiden, yakni pada 2009, 2014, dan 2019, Megawati menyiapkan keputusan-keputusan pentingnya di istana yang berada di tepi Sungai Cisadane itu.
Sebelum kembali digunakan oleh Megawati, Istana Batutulis pernah selama puluhan tahun nyaris tidak terurus oleh karena dalam penguasaan pemerintah Orde Baru. Hari Kamis (17/8/2000), pada peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan, Presiden Abdurrahman Wahid menyerahkan sertifikat tanah bangunan Istana Batutulis itu kepada keluarga mantan Presiden Soekarno.
Menurut Sekretaris Negara Alamsjah, yang dikutip dari harian Kompas, 25 September 1970, rumah Bung Karno memang hanya yang berada di Jalan Batutulis itu.
Megawati, yang ketika itu menjabat Wakil Presiden RI, kemudian hampir tiap akhir pekan berkunjung ke Batutulis. Tulisan Hing Puri Bima Sakti lalu terpampang pada tembok bagian depan dari lahan Istana Batutulis. (Kompas, Minggu 20 Agustus 2000).
Setelah tidak lagi menjabat sebagai Presiden, Soekarno pindah dari Istana Merdeka, Jakarta. Bung Karno kemudian tinggal di Wisma Yaso di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, atau beristirahat di Istana Batutulis, Bogor.
Namun kemudian, ada keputusan dari Pelaksana Khusus Kopkamtibda Jawa Barat Mayjen HR Dharsono, yang juga Panglima Kodam Siliwangi, seperti disampaikan Kapendam Siliwangi Mayor Endang Rusman di Bandung, 14 Januari 1969. (Kompas, 15 Januari 1969).
Keputusan itu melarang Soekarno memasuki dan meninggalkan daerah Jawa Barat kecuali atas izin tertulis Laksus Kopkamtibda Jabar. Keputusan itu juga melarang setiap orang di Jabar untuk mengunjungi Bung Karno, kecuali keluarga atau petugas resmi yang dipekerjakan mengurus Bung Karno.
Bung Karno seolah menjadi tahanan di Batutulis, di rumahnya sendiri. Di rumah yang mewarisi motif-motif teratai menjadi penanda dari kehadirannya. Sebagai arsitek, Soekarno memang mempunyai kekhasan-kekhasan pada bangunan yang pernah dihuninya atau berbagai monumen yang pernah diinisasi pembuatannya.
Setelah setahun di Batutulis, setelah kesehatannya makin menurun, Bung Karno menulis surat kepada Soeharto agar diperkenankan kembali ke Wisma Yaso. Bung Karno pun menetap di Wisma Yaso hingga hari-hari terakhirnya.
Lahan Istana Batutulis dibeli sendiri oleh Bung Karno dari seorang Belanda. Berada di tepi sungai, dari belakang istana itu dapat dilihat langsung kemegahan Gunung Salak. Dari sejak dibeli hingga saat ini, lahan itu pun cukup teduh oleh karena pohon-pohon besar yang tumbuh di tanah itu.
Bung Karno juga memilih lokasi Batutulis oleh karena mengetahui lokasinya tidak jauh dari prasasti Batutulis. Istana Batutulis hanya berada di seberang jalan dari prasasti Batutulis. "Sejak dulu sebetulnya Bung Karno sudah berpesan agar tempat peninggalan bersejarah yang sudah menjadi kawasan cagar budaya ini jangan diganggu," ujar Maimunah, juru kunci prasasti Batutulis, yang diwawancarai Kompas di tahun 2002.
Maimunah pun pernah mengungkapkan, ”Presiden Soekarno katanya dulu sering tirakat di sini (lokasi prasasti Batutulis)”.
Sejak ratusan tahun silam, Batutulis telah ambil bagian dalam perjalanan bangsa ini. Prasasti Batutulis misalnya, berisikan pujian Surawisesa (1521-1535) untuk memuliakan Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja Ratu Haji. Siliwangi merupakan raja termasyhur yang menyatukan Sunda dan Galuh menjadi Pajajaran, salah satu kerajaan terkemuka di Nusantara.
Dalam kompleks Batutulis itu masih terdapat 15 batu terasit yang diyakini berasal dari Sungai Cisadane. Terdapat pula lingga atau lambang kesuburan yang juga dipercaya Surawisesa sebagai tempat bersemayamnya jiwa Siliwangi.
Sejak ratusan tahun silam, Batutulis telah ambil bagian dalam perjalanan bangsa ini.
Pada salah satu bagian kompleks, terdapat sepasang telapak kaki yang diyakini sebagai kaki putra Prabu Siliwangi Surawisesa. Seluruh peninggalan itu diduga dibuat pada tahun 1533. Di sudut lain, ditemukan batu yang diduga batu gigilang atau tempat penobatan raja-raja Pajajaran.
Ringkas cerita, itulah Batutulis, tanah dimana raja-raja pernah dinobatkan dan berdiam. Di tanah itu pula, Ganjar Pranowo diumumkan sebagai calon Presiden RI.