Koalisi Besar Masih Wacana, Pimpinan Parpol Gencarkan Komunikasi Politik
Sepanjang minggu pertama April 2023, pertemuan antarelite partai politik untuk membahas Pemilihan Presiden 2024 kian gencar. Komunikasi politik ini masih akan terus berlanjut dalam waktu dekat.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU
·3 menit baca
Sepanjang pekan lalu, rangkaian pertemuan di antara ketua umum partai berlangsung intensif untuk menjajaki koalisi.
Pekan ini, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto akan bertemu Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. Selain itu, Gerindra juga berencana bertemu dengan PDI-P
PDI-P mengaku berkomitmen bekerja sama dengan parpol-parpol lainnya dalam mengusung calon pemimpin nasional.
JAKARTA, KOMPAS — Setelah wacana pembentukan koalisi besar mengemuka, pertemuan antarelite partai politik untuk membahas Pemilihan Presiden 2024 kian intens. Selain untuk memastikan format koalisi, sejumlah pembicaraan dilakukan untuk memastikan sosok yang bakal diusung sebagai calon presiden dan wakil presiden. Langkah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai satu-satunya partai politik yang bisa mengusung calon presiden tanpa berkoalisi akan menjadi penentu.
Sepanjang minggu pertama April 2023, pertemuan antarelite partai politik (parpol) untuk membahas Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 kian gencar. Dalam sepekan, pimpinan dari tiga partai politik, yakni Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Persatuan Indonesia (Perindo), dan Partai Amanat Nasional (PAN), mengunjungi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Menurut rencana, Prabowo Subianto juga akan menerima kunjungan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, Senin (10/4/2023).
Tak berhenti di situ, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani akhir pekan lalu menyebut, pihaknya juga akan mengunjungi jajaran Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dalam waktu dekat. Hal ini merupakan bagian dari upaya mencari format koalisi terbaik jelang Pilpres 2024. Sebelumnya, pada awal April, mengemuka wacana pembentukan koalisi besar yang menggabungkan Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB (Partai Golkar, PAN, dan PPP) serta Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya atau KKIR (Partai Gerindra dan PKB). Selain itu, pihaknya juga berupaya mencari sosok pemimpin nasional yang bisa mencari jalan tengah untuk persoalan kebangsaan.
Ketua DPP PDI-P Said Abdullah dihubungi dari Jakarta, Minggu (9/4/2023), mengatakan, PDI-P membuka diri terhadap rencana kunjungan Gerindra. Merujuk pesan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, parpol pemenang Pemilu 2019 itu berkomitmen bekerja sama dengan parpol-parpol lainnya dalam mengusung calon pemimpin nasional.
”Walaupun PDI-P memiliki tiket sendiri untuk mengajukan pasangan calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres), komitmen PDI-P untuk bekerja sama dengan partai lain sudah bulat,” katanya.
Meski keterbukaan tak hanya untuk Gerindra, Said menambahkan, Gerindra memiliki sejumlah faktor yang bisa memperbesar peluang bekerja sama. Selain sesama parpol nasionalis dan anggota koalisi pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Megawati dan Prabowo telah berteman sejak lama. Bahkan, keduanya pernah berpasangan sebagai capres dan cawapres pada Pilpres 2009.
Di sisi lain, PDI-P juga tengah merumuskan langkah konkret dalam mewujudkan kerja sama politik tersebut. Upaya dimaksud dipimpin Puan Maharani, Ketua DPP Bidang Politik dan Pemerintahan PDI-P yang juga menjabat sebagai Ketua DPR. ”Jadi, rencana kunjungan Partai Gerindra itu pas momentumnya dengan agenda PDI-P,” kata Said.
Ia menambahkan, komunikasi kedua partai juga berlangsung secara intensif melalui berbagai jalur. Mulai dari komunikasi antarsekretaris jenderal partai hingga perbincangan antarkader yang menjadi pimpinan DPR, yakni Puan Maharani dan Sufmi Dasco Ahmad, Ketua Harian Gerindra yang juga Wakil Ketua DPR. ”Ini semua menjadi jembatan yang kuat antara PDI-P dan Partai Gerindra,” ujar Said.
Terpisah, Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid membenarkan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar akan menemui Prabowo di kediamannya di Jalan Kertanegara, Jakarta, Senin, pukul 16.30. Itu merupakan pertemuan rutin yang dilakukan kedua ketua umum parpol yang telah berkoalisi itu. Sejak pertengahan Agustus 2022, Gerindra dan PKB telah mendeklarasikan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Menunggu PDI-P
Wakil Sekretaris Jenderal PKB Syaiful Huda menambahkan, pertemuan rutin antara Muhaimin dan Prabowo dilaksanakan setiap dua pekan. Keduanya saling memperbarui informasi dan membahas hal-hal yang terkait dengan penguatan koalisi, serta langkah kerja yang telah dilakukan parpol masing-masing.
Kendati wacana pembentukan koalisi besar berembus sejak pekan lalu, Huda tidak bisa memastikan apakah ide tersebut akan dibahas Prabowo dan Muhaimin. Menurut dia, gagasan itu masih terlalu dini dibicarakan lebih lanjut. Sebab, belum pernah ada pembicaraan serius, baik di antara ketua umum lima parpol terkait maupun di antara Gerindra dan PKB.
”Koalisi besar itu opsi yang bersifat masih wacana, sebagai sebuah gagasan sifatnya juga masih sangat cair,” kata Huda.
Menurut Huda, salah satu yang dipertimbangkan KKIR dalam membuat keputusan strategis, termasuk melebur dalam koalisi besar, adalah langkah PDI-P. Sebagai satu-satunya parpol yang bisa mengajukan pasangan capres dan cawapres tanpa berkoalisi, PDI-P hingga saat ini belum memutuskan bekerja sama dengan parpol tertentu secara spesifik. PDI-P juga belum menentukan capres yang bakal diusung.
”Belum tahu (koalisi besar) arahnya akan ke mana, kami menunggu PDI-P,” kata Huda.
Peneliti Pusat Riset Politik, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, melihat wacana pembentukan koalisi besar rentan gagal. Sebab, tidak mudah menyesuaikan visi dan misi politik jangka panjang di antara kelima parpol. ”Egosentrisme parpol-parpol besar (yang menjadi bagian dari calon koalisi itu) juga kuat,” ujarnya.
Oleh karena itu, kata Wasisto, parpol-parpol terlihat sedang mempersiapkan rencana alternatif untuk mengantisipasi jika koalisi besar tidak terwujud. Hal itu dilakukan dengan menggencarkan komunikasi politik antarelite, tidak terkecuali Gerindra. Di tengah situasi itu, PDI-P yang sudah memiliki tiket pendaftaran capres dan cawapres juga cenderung masih memperhatikan dinamika yang berkembang. Ia memperkirakan kondisi itu juga masih akan berlangsung hingga ada keputusan capres yang akan diusung, baik oleh PDI-P maupun koalisi parpol yang terbentuk.