Ketua DPP PDI-P Puan Maharani menyampaikan PDI-P mendukung wacana pembentukan koalisi besar yang dikemukakan lima ketua umum parpol di Kantor DPP PAN pekan lalu. Apalagi, wacana itu dipandang positif Presiden Jokowi.
Ketua DPR yang juga Ketua DPP PDI-P Puan Maharani menyebut PDI-P menyambut positif wacana pembentukan koalisi besar.
Puan mempersilakan jika nantinya ada kesempatan bagi PDI-P atau Megawati Soekarnoputri yang menjadi tuan rumah pertemuan ketua umum parpol.
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto juga menyampaikan peluang bagi parpol-parpol lain yang ingin bergabung masih terbuka.
JAKARTA, KOMPAS — Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI-P mendukung ide pembentukan koalisi besar yang dikemukakan Ketua Umum Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, dan Partai Persatuan Pembangunan. Tidak tertutup kemungkinan PDI-P akan bergabung dengan kelima partai politik tersebut dalam menghadapi Pemilihan Presiden 2024 karena sudah ada titik temu secara ideologis.
Ide pembentukan koalisi besar yang terdiri dari banyak parpol diakui telah lama berkembang, baik di internal maupun dalam pertemuan dengan elite parpol lainnya. Kian banyak anggota koalisi dipandang kian baik karena bisa meringankan tugas dan tantangan dalam pembangunan bangsa.
”PDI Perjuangan itu (mengusung capres) sendiri bisa. Tetapi kami yang selalu berteriak membangun bangsa dengan cara gotong royong. Itu artinya, PDI Perjuangan tidak mau sendirian, kami akan bekerja sama,” kata Ketua DPP PDI-P Said Abdullah saat ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (4/4/2023).
Dalam konteks tersebut, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri telah menugasi Ketua DPP PDI-P yang juga menjabat sebagai Ketua DPR Puan Maharani untuk membangun komunikasi dengan parpol lain. Komunikasi dimaksud diperkuat oleh peran Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto. Meski jarang terekspos di media, penjajakan itu disebut semakin intens seiring dengan waktu penyelenggaraan pilpres yang semakin dekat.
”Karena memang waktu semakin dekat, intensitas komunikasi dengan berbagai pihak terus dilakukan,” ujar Said.
Ia tidak memungkiri, penjajakan di antaranya dilakukan ke Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang akhir pekan lalu mewacanakan pembentukan koalisi besar. PDI-P akan memperhatikan sejauh mana konsep yang tengah digagas itu. Namun, sejauh ini PDI-P merasa sudah ada titik temu dengan kelima parpol tersebut secara ideologis.
Kendati tak menutup kerja sama dengan parpol lain, Said menegaskan bahwa sebagai partai pemenang Pemilu 2019, PDI-P akan mengusung kadernya sebagai capres 2024. Hal itu juga telah dikemukakan Megawati Soekarnoputri dalam pidato perayaan Hari Ulang Tahun ke-50 PDI-P di Jakarta, Januari lalu. ”Positioning PDI-P adalah pemenang Pemilu 2019, basis pencalonan 2024, kan, hasil Pemilu 2019. Pada titik itu, kalau PDI-P mengambil posisi capres, ya, wajar-wajar saja, make sense-lah,” kata Said.
Terpisah, Puan Maharani menuturkan, PDI-P mendukung wacana pembentukan koalisi besar yang dikemukakan lima ketua umum parpol di Kantor DPP PAN, akhir pekan lalu. Apalagi, wacana itu dipandang positif Presiden Joko Widodo yang hadir dalam kesempatan yang sama. Menurut Puan, koalisi bisa terbentuk ketika ada kesamaan visi, misi, cita-cita, serta kesepakatan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
Karena itu, ia sepakat dengan pembentukan gabungan parpol jika telah mencapai kesamaan tersebut. ”Yang terbaik untuk bangsa dan negara, yang terbaik untuk rakyat, PDI Perjuangan pasti akan mendukung hal tersebut,” katanya.
Meski tidak bisa datang, Puan mengaku menerima undangan untuk menghadiri acara di Kantor DPP PAN. Jika ada forum serupa di waktu berikutnya, ia menjamin akan turut hadir. Bahkan, ia juga mempersilakan jika nantinya ada kesempatan bagi PDI-P atau Megawati Soekarnoputri yang menjadi tuan rumah. ”Yang pasti di bulan Ramadhan ini kita jalankan dulu ibadah dengan sebaik-baiknya, masih ada waktu lain, masih ada kesempatan lain untuk bisa menjajaki atau melakukan pertemuan terkait dengan politik ke depan,” tutur Puan.
Tahap awal
Ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengatakan, fondasi koalisi besar sudah dibahas. Komunikasi intensif di antara kelima parpol akan dilanjutkan agar koalisi menemukan bentuknya. Peluang bagi parpol-parpol lain yang ingin bergabung pun masih terbuka.
”Terkait dengan kepemimpinannya (akan dibahas) di chapter berikutnya,” kata Airlangga.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia menambahkan, dalam situasi politik yang masih dinamis, semua parpol tengah mencari format terbaik untuk menghadapi pilpres. Pencarian format dilakukan bersama pihak yang bersedia diajak bekerja sama. Sejauh ini, intensi untuk bekerja sama muncul dari lima parpol yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB (Golkar, PAN, PPP) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya atau KKIR (Gerindra dan PKB).
Ia menambahkan, pembicaraan di Kantor DPP PAN masih tahap awal dalam ide pembentukan koalisi besar. Berkaca dari proses pembentukan KIB, pembicaraan antarelite di awal akan dilanjutkan dengan pembentukan tim dan pertemuan antarketua umum.
”Perjalanan berikutnya adalah kita lihat apakah kita bisa mengonkretkan pandangan awal yang sama ini menjadi pandangan yang lebih terkristalisasi dengan agenda politik yang sama dan rumusan Indonesia ke depan seperti apa,” kata Doli.
Meski masih harus menunggu dinamika ke depan, Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi berharap pembentukan koalisi besar berjalan mulus. Sebab, terobosan ini bisa memberikan keuntungan elektoral, yakni memperluas basis konstituen karena setiap parpol memiliki basis sosial yang berbeda. Jika digabungkan, akan menambah potensi kemenangan pasangan capres dan cawapres yang akan diusung.
Pasangan yang akan diusung juga diyakini memiliki peluang kemenangan lebih terukur. Sebab, telah dikompromikan di antara seluruh parpol. ”Figur yang menjadi pasangan calon adalah hasil dari keputusan dan kompromi seluruh parpol yang tentu memiliki akseptabilitas, popularitas, dan elektabilitas yang terukur dan memiliki peluang menang di Pilpres,” katanya.
Faktor kemenangan
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno berpandangan, tujuan sejumlah parpol mewacanakan pembentukan koalisi besar karena ingin menyamakan visi dan misi, platform, serta kepentingan politik. Dengan membentuk koalisi besar, mereka ingin menyelamatkan warisan politik yang sudah dilakukan Presiden Joko Widodo dalam dua periode, juga melanjutkan hal-hal yang saat ini belum selesai.
”Jadi wajar saja kalau kemudian dalam konteks itu, publik bersepakat bahwa koalisi besar ini akan terwujud dengan mudah karena yang bergabung adalah semua partai politik pendukung Jokowi,” ujar Adi.
Namun, sejumlah partai itu tentu bukan hanya ingin menyamakan platform dan visi-misi, melainkan juga mengonsolidasikan banyak kekuatan politik. Dengan gabungan lima parpol, bahkan kemungkinan PDI-P juga ikut di dalamnya, mereka berharap kekuatan politik yang besar itu semakin terkonsolidasi sehingga nantinya bisa memenangi pertarungan pilpres dengan mudah.
Ia juga melihat, wacana pembentukan koalisi besar tidak terlepas dari upaya untuk membendung kekuatan Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang sudah memutuskan akan mengusung Anies Baswedan sebagai bakal capres 2024. Sebagaimana diketahui, KPP terdiri dari Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
”Maka, kalau mau disimplifikasi, sebenarnya poros ini adalah antitesis atau sebagai persiapan besar bahwa kalau Anies mendapat tiket pencapresan akan dilawan dengan poros koalisi besar itu dengan kekuatan politik yang besar. Dengan harapan, poros koalisi besar ini nanti akan memenangi pertarungan dengan mudah,” tutur Adi.
Namun, ia mengingatkan, pembentukan koalisi besar tidaklah menjamin kemenangan dalam kontestasi pilpres. Koalisi besar harus memikirkan pula faktor penentu kemenangan lain, yakni pasangan capres dan cawapres yang akan mereka usung. Pasangan tersebut tentu harus memiliki nama besar, elektabilitas yang tinggi, serta basis massa yang solid.
Belajar dari Pilpres 2014, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa diusung sebagai capres dan cawapres oleh Koalisi Merah Putih (KMP) yang merupakan koalisi besar yang dominan di parlemen. KMP terdiri dari Partai Gerindra, PAN, PPP, PKS, Partai Bulan Bintang, dan Partai Golkar. Meski diusung koalisi besar, pasangan itu kalah dari pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla yang diusung oleh Koalisi Indonesia Hebat yang kalah dominan dari KMP.
”Jadi, catatan pentingnya adalah capres dan cawapres yang diusung, haruslah mereka yang punya elektabilitas tinggi. Percuma koalisi besar kalau, jagoan yang diusung itu, nama-nama capres dan cawapresnya yang tidak memiliki dukungan politik yang kuat dan tidak memiliki elektabilitas tinggi,” tutur Adi.