Tahun 2023 TNI Tingkatkan Kemampuan Operasi Gabungan
Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menegaskan, Doktrin Operasi Gabungan masih relevan untuk digunakan, apalagi mengingat konstelasi geografi dan kemungkinan ancaman yang timbul.
Oleh
EDNA CAROLINE PATTISINA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Doktrin Operasi Gabungan TNI yang telah disusun dinilai masih relevan dan akan diuji dalam Latihan Gabungan TNI tahun 2023. Dalam latihan tersebut, tiga Komando Gabungan Wilayah Pertahanan atau Kogabwilhan akan serentak menghadapi tiga titik konflik.
Hal ini disampaikan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, Kamis (9/2/2023), saat Rapat Pimpinan TNI 2023 di Museum Satria Mandala di Jakarta. Tahun ini, katanya, akan ada beberapa penguatan operasi gabungan. Tidak saja dalam bentuk latihan gabungan, tetapi juga di tingkat pendidikan dan sistem komunikasi elektronik (siskomlek).
Dalam bidang pendidikan, direncanakan pendidikan terintegrasi taruna kembali menjadi empat bulan. Sementara Pendidikan Sesko TNI kembali ke delapan bulan. Dalam bidang sistem komunikasi dan elekronik, TNI juga berencana membangun interoperabilitas siskomlek TNI dan kemampuan siber yang terpadu.
Terkait Latgab 2023, Yudo mengatakan, dalam sistem pembinaan TNI, latihan terdiri dari latihan perorangan, satuan, antarsatuan matra dan latihan gabungan dalam satu matra. Tahun ini, bertepatan dengan rencana implementasi Doktrin Operasi Gabungan TNI, rangkaian latihan itu akan ditutup dengan Latihan Gabungan TNI. ”Rencana bulan Juni atau Juli, kita cek dulu cuacanya,” kata Yudo.
Latihan gabungan, menurut rencana, akan dilakukan serentak oleh tiga Kogabwilhan dan satuan komando utama di bawahnya. Harapannya, dari latihan tersebut akan terlihat di mana kekurangan, baik personel, sistem, maupun alutsista.
Latihan itu, menurut rencana, akan dilakukan serentak oleh tiga Kogabwilhan dan satuan komando utama di bawahnya. Harapannya, dari latihan tersebut akan terlihat di mana kekurangan, baik personel, sistem, maupun alutsista. Tujuannya, agar Indonesia bisa mengatasi tiga krisis di tiga tempat berbeda pada saat yang sama. ”Jadi, nanti kebutuhannya bisa kita ajukan dalam tahun anggaran berikutnya,” kata Yudo.
Menurut Yudo, Doktrin Operasi Gabungan masih relevan untuk digunakan, apalagi mengingat konstelasi geografi dan kemungkinan ancaman yang timbul. TNI telah memiliki Keputusan Panglima TNI tentang Operasi Gabungan, termasuk standar operasi, seperti alat komunikasi. Dalam latihan Operasi Gabungan, komunikasi menjadi salah satu aspek yang dilatih mulai dari uji jaring pada kapal, pesawat dan darat. ”Setelah clear, baru ada latihan dilaksanakan,” kata Yudo.
Iis Gindarsah, selaku Koordinator Lab 45, mengatakan, secara konseptual, Mabes TNI hendaknya mengombinasikan dua model gelar kekuatan terpadu, yaitu operasi lintas matra dan operasi persenjataan gabungan. Menurut Iis, walaupun telah ada Doktrin Operasi Gabungan, TNI memiliki dua tantangan utama. Pertama soal materiil, di mana perkembangan lingkungan strategis cenderung menciptakan pasar senjata yang kompetitif bagi negara pembeli. Faktor kedua terkait dengan budaya militer.
”Seluruh personel TNI perlu mulai membiasakan diri dan lincah beradaptasi dengan dinamika geopolitik yang cepat,” kata Iis.