Pakar psikologi forensik yang dihadirkan sebagai saksi meringankan menyebut relasi positif Ricky Rizal dengan anak, istri, dan ibunya sebagai faktor protektif yang melindunginya untuk melakukan tindakan agresif.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Relasi positif dengan keluarga, terutama anak, istri dan ibunya, disebut sebagai salah satu faktor yang membuat Ricky Rizal berani menolak perintah Ferdy Sambo untuk menembak Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat. Faktor lain adalah Ricky merasa tidak punya kompetensi yang cukup dalam menembak.
”Ricky adalah ayah dari tiga anak yang masih berusia sekolah dan bahkan anak balita. Ia punya relasi positif dengan istrinya, keluarganya, ibunya. Ini, dalam psikologi, kami sebut sebagai faktor protektif yang melindunginya untuk melakukan tindakan agresif,” kata pakar psikologi forensik Nathanael Elnadus Johanes dalam sidang perkara pembunuhan berencana Nofriansyah dengan terdakwa Ricky Rizal di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (2/12/2023). Pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini didatangkan tim penasihat hukum terdakwa sebagai salah satu saksi yang meringankan (A de Charge).
Dalam sidang yang dipimpin ketua majelis hakim Wahyu Iman Santosa, Nathanael mengungkapkan pernah melakukan tes terhadap Ricky Rizal saat penyidikan, termasuk asesmen risiko. Dari hasil asesmen diketahui, Ricky memiliki relasi positif dengan keluarganya, baik dengan istri, ketiga anaknya, maupun dengan ibunya. Relasi itu dapat memengaruhi tindakannya, termasuk ketika menolak permintaan menembak Nofriansyah.
Nathanael menjelaskan, setiap individu memiliki potensi bertingkah laku agresif. Namun, selain faktor protektif, ada faktor risiko yang berpengaruh pada potensi bertingkah laku agresif.
Asesmen yang dilakukan kepada Ricky, lanjut Nathanael, membantunya melihat faktor risiko yang meningkatkan kerentanan seseorang untuk bertingkah laku agresif yang berkaitan dengan kriminal atau kekerasan. Caranya dengan melakukan tes serta wawancara mendalam, termasuk soal bagaimana Ricky dibesarkan, pengalaman hidup, dan tumbuh kembangnya sebagai individu.
Hasil asesmen menunjukkan, Ricky memiliki faktor protektif yang kuat dan faktor risiko yang minim. Faktor risiko terlihat dari Ricky yang tidak terpapar kekerasan sejak kecil. Ricky, misalnya, tidak punya pengalaman cukup sebagai korban kekerasan saat kecil. Ricky juga tidak mendapatkan kekerasan dari orangtua ataupun lingkungan. Akibatnya, ia tidak memiliki pemicu untuk melakukan tindakan agresif.
”Dari hal itu, saya menyimpulkan bahwa Ricky tidak memiliki cukup faktor yang meningkatkan kerentanannya sebagai seseorang untuk bertindak agresif atau untuk menjadi pelaku kekerasan,” tutur Nathanael.
Pengurus Pusat Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia ini menambahkan, penolakan tegas Ricky atas perintah Sambo untuk menembak Nofriansyah memang sesuai dengan profil psikologi Ricky tersebut. Menurut dia, Ricky merupakan tipe orang yang mampu untuk mengatakan ”tidak” pada pimpinan yang posisinya bahkan jauh lebih tinggi darinya.
Selain itu, latar belakang karier Ricky juga menjadi faktor yang membuatnya berani menolak perintah menembak. Sepengetahuan Nathanael, setelah lulus Sekolah Polisi Negara dan selain jadi ajudan Sambo, Ricky hanya pernah bertugas di satuan lalu lintas.
Infografik Peristiwa Kunci Peran Bharada E pada Kasus Pembunuhan Brigadir J
”Ini di luar kompetensinya, di luar repertoar tingkah laku yang bisa dia lakukan. Di satuan lalu lintas, saya memahami tugasnya ialah administrasi. Jadi, dalam pelatihan ataupun kesehariannya, ia bukan orang yang punya kemampuan untuk menggunakan senjata sehingga ia bisa menolak perintah tersebut,” ucap Nathanael.
Terindikasi ”shock”
Dalam sidang, ketua tim penasihat hukum Ricky, Emran Umar, menjelaskan, Ricky tidak menjawab pertanyaan Richard Eliezer Pudihang Lumiu ketika dipanggil Sambo sebelum pembunuhan Nofriansyah. Padahal, sebelum itu, Ricky sudah mengetahui niat Sambo menembak Nofriansyah. Ia juga tidak menjawab pertanyaan ajudan Sambo lain, Adzan Romer, yang ingin tahu alasan adanya suara tembakan di Duren Tiga.
Emran pun bertanya kepada Nathanael terkait kondisi psikologis Ricky ketika tidak memberi tahu Eliezer maupun Romer. Menurut Nathanael, ada beberapa faktor penyebab Ricky tidak memberi tahu Eliezer, salah satunya kebiasaan yang terbentuk dalam lingkungan kerja Ricky. Nathanael menilai ada suatu pemahaman bahwa setiap orang memiliki tugas masing-masing. Dengan demikian, ia hanya menyampaikan apa yang diperintahkan Sambo, yaitu memanggil Eliezer.
Adapun terkait sikap diam Ricky saat ditanya Romer, Nathanael menilai Ricky shock atau terguncang setelah menyaksikan peristiwa penembakan. Sebab, Ricky tidak memahami atau mengantisipasi apa yang akan terjadi dan pasca-kejadian. ”Penembakan itu, kan, sesuatu yang dahsyat, sesuatu yang bukan biasa-biasa saja. Selain shock, dua juga belum cukup mendapatkan makna atau pengetahuan untuk menilai peristiwa secara masuk akal,” ujarnya.
Rasa shock tersebut, kata Nathanael, dapat ditunjukkan dengan sikap diam atau mematung. Pada kondisi tersebut, individu dipenuhi emosi negatif yang intens. Alhasil, kapasitas dan fungsi pemikirannya menjadi berkurang atau bahkan menurun. Dengan demikian, ketika ditanya ada apa dan sebagainya, Nathanel menilai bisa dipahami apabila Ricky tidak mampu memberikan keterangan atau informasi.
Anggota tim jaksa penuntut umum (JPU), Shandy Handika, menyoroti tentang coaching witness atau tindakan melatih seseorang untuk membuat pernyataan palsu yang mengelabui psikolog. Ia menanyakan probabilitas Ricky memberikan keterangan seragam karena telah dilatih sebelumnya.
Menurut Nathanael, kemungkinan seseorang dilatih atau diberi semacam skenario saat memberikan kesaksian itu selalu ada. Untuk itu, saat pemeriksaan, Nathanael mengklaim timnya menaruh perhatian pada adanya kemungkinan tersebut. Misalnya dengan mengajukan pertanyaan probing atau pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban yang lebih lanjut. ”Selalu ada kemungkinan untuk itu sehingga kami juga melakukan evaluasi terus,” tuturnya.
Adapun sidang berakhir setelah Ricky mengapresiasi kesaksian Nathanael dan kerjanya dalam dunia psikologi forensik. Sidang dengan terdakwa Ricky selanjutnya dijadwalkan pada Rabu (4/1/2023) dengan agenda pemeriksaan dua saksi yang meringankan.