Boeing semakin serius dengan niatnya berbisnis di Indonesia dengan mengangkat seorang ”country managing director”. Intensi Boeing ini perlu disambut industri di Indonesia dengan meyakinkan Boeing akan kualitas mereka.
Oleh
EDNA CAROLINE PATTISINA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Peluang industri pertahanan di Indonesia untuk kerja sama dengan perusahaan global, yaitu Boeing, semakin terbuka. Namun, Indonesia perlu meyakinkan Boeing tentang kapabilitasnya untuk dapat bekerja sama.
Hal ini disampaikan Yono Reksoprodjo, Kepala Divisi Transfer Teknologi dan Ofset Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), Senin (19/12/2022), di Jakarta.
Boeing yang merupakan perusahaan global dalam dirgantara untuk pertama kalinya mengumumkan country managing director untuk Indonesia menyusul keberadaan kantor Boeing yang dibuka pada tahun 2021. Zaid Alami, yang sebelumya menjadi Kepala Global Support Center Boeing di Jakarta, ditunjuk menduduki jabatan terbarunya itu pada 16 Desember lalu.
”Indonesia, dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan segera akan menjadi pasar penerbangan keempat terbesar di dunia sangatlah penting artinya bagi Boeing. Kami gembira dengan adanya Zaid untuk memimpin operasi Boeing di Indonesia dan meningkatkan hubungan kami selama 73 tahun di negara ini,” kata Alexander Feldman.
Indonesia, dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan segera akan menjadi pasar penerbangan keempat terbesar di dunia, sangatlah penting artinya bagi Boeing. Kami gembira dengan adanya Zaid untuk memimpin operasi Boeing di Indonesia dan meningkatkan hubungan kami selama 73 tahun di negara ini.
Menurut Yono, industri pertahanan di Indonesia, baik BUMN maupun swasta, perlu memanfaatkan peluang tersebut. Pasalnya, Boeing seperti juga Turkish Aerspace melihat kompetensi SDM Indonesia yang dianggap cukup mumpuni.
SDM dirgantara, tambah Yono, sudah mampu untuk mendesain. Yono memperkirakan, Boeing ingin membangun semacam pusat rekayasa sebagai jembatan untuk bisa bekerja sama dengan industri di Indonesia.
Sejarah panjang
Lebih jauh Yono membenarkan sejarah panjang Boeing di Indonesia. Ia mengingat, di masa BJ Habibie menjadi Menristek dan Presiden, banyak tenaga ahli dari Boeing yang aktif di PT Dirgantara Indonesia. Mereka membantu proses transfer pengetahuan tentang manajemen industri pesawat terbang. Hal ini membuat Boeing sebenarnya memiliki gambaran yang cukup komprehensif tentang PT Dirgantara Indonesia.
”Tentu ini selain ada kepentingan bisnis Boeing juga di Indonesia yang ingin memasarkan Apache, F15, dan kelanjutan pesawat-pesawat Boeing lainnya, seperti 737-Max yang sempat bermasalah,” kata Yono.
Tentu ini selain ada kepentingan bisnis Boeing juga di Indonesia yang ingin memasarkan Apache, F15, dan kelanjutan pesawat-pesawat Boeing lainnya, seperti 737-Max yang sempat bermasalah.
Alexander menyebut Zaid sebagai orang yang tepat untuk mendorong pertumbuhan Boeing di Indonesia. Ia disebut mempunyai keahlian teknik dirgantara dan mempunyai pengalaman berinteraksi dengan pelanggan di Indonesia. Tugas Zaid sebagai Kepala Global Support Center Boeing di Jakarta sebelumnya adalah menyediakan produk dan dukungan teknis untuk 787 dan 737 MAX.
”Indonesia merupakan negara dengan peranan penting yang strategis untuk Boeing di seluruh lini bisnis pesawat komersial, pertahanan, dan jasa,” kata lulusan Teknik Aeronautika dan Astronautika (Teknik Penerbangan) di Purdue University, AS ini.
Yono mengatakan, menurut dia, tidak saja PT Dirgantara Indonesia, tetapi juga industri-industri yang lain perlu menyambut serius kehadiran Boeing ini. Ia mengatakan, ada industri tingkat 2 -3 terutama swasta yang bisa mengambil peluang. Namun, Yono mengatakan, PT DI tentunya juga harus bisa meyakinkan Boeing tentang kesiapan kultur perusahaan dan industri. ”Perkiraan saya, Boeing dan perusahaan dirgantara global lain seperti Airbus akan melihat proses mulai dari gaya kerja mekanik hingga dirutnya. Baru mereka akan memberikan kontrak-kontrak kalau ada kultur yang bagus,” katanya.
Salah satu peluang PT DI adalah keterbatasan Boeing di bidang sarana manufaktur komponen aerostruktur. Hal ini yang membuat PT DI menarik bagi Boeing karena sebagian fasilitas yang dicari ada di PT DI. Akan tetapi, tentu ada kekhawatirkan karena banyak orang yang paham pengoperasian alat dan proses industri sudah tidak ada di PT DI dan alat-alat itu sudah lama tidak digunakan.