Presiden Jokowi: Kemitraan ASEAN-UE Harus Didasarkan pada Prinsip Kesetaraan
Jika ingin membangun sebuah kemitraan yang baik, maka kemitraan harus didasarkan pada kesetaraan. Tidak boleh ada pemaksaan dan tidak boleh lagi ada pihak yang selalu mendikte.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menghadiri penyambutan resmi, sesi pembukaan, sesi foto bersama, dan juga sesi pertemuan dalam rangkaian KTT Peringatan 45 Tahun ASEAN-Uni Eropa di Justus Lipsius Atrium, Brussels, Belgia. Ketika memberikan pandangannya, Presiden Jokowi menegaskan ingin membangun kemitraan ASEAN-Uni Eropa yang lebih baik dan harus didasarkan pada kesetaraan.
”Tahun ini, kita memperingati 45 tahun kemitraan antara ASEAN dan Uni Eropa. Kita telah melalui banyak tantangan bersama, kemitraan kita juga mempertahankan banyak hasil yang baik. Namun, saya harus mengatakan bahwa kemitraan kita tidak semuanya mulus. Banyak perbedaan yang harus kita atasi,” ujar Presiden Jokowi di KTT ASEAN-Uni Eropa, Rabu (14/12/2022).
Presiden Jokowi menegaskan bahwa tidak boleh ada pemaksaan pandangan dalam kemitraan ASEAN-Uni Eropa. ”Jika kita ingin membangun sebuah kemitraan yang baik, maka kemitraan harus didasarkan pada kesetaraan, tidak boleh ada pemaksaan. Tidak boleh lagi ada pihak yang selalu mendikte dan beranggapan bahwa my standard is better than yours,” kata Presiden Jokowi.
Menurut Presiden Jokowi, Asia Tenggara telah menjadi kekuatan ekonomi selama beberapa dekade. Asia Tenggara telah menjadi economic powerhouse. Oleh karena itu, kemitraan dengan ASEAN akan menjadi kerja sama yang menguntungkan.
Pada bulan September tahun ini ASEAN-Uni Eropa Business Council telah mengeluarkan hasil survei mengenai persepsi bisnis di ASEAN. Sebanyak 63 persen responden melihat ASEAN sebagai kawasan dengan peluang ekonomi terbaik.
Tahun ini, kita memperingati 45 tahun kemitraan antara ASEAN dan Uni Eropa. Kita telah melalui banyak tantangan bersama, kemitraan kita juga mempertahankan banyak hasil yang baik. Namun, saya harus mengatakan bahwa kemitraan kita tidak semuanya mulus. Banyak perbedaan yang harus kita atasi.
”Enam puluh sembilan persen responden mengharapkan pasar ASEAN menjadi lebih penting dari aspek pendapatan global dalam 2 tahun ke depan dan 97 persen responden berharap adanya percepatan perundingan FTA ASEAN-UE dan anggotanya,” ujar Presiden.
Untuk itu, Presiden Jokowi mendorong kemitraan yang setara dan saling menguntungkan. ”Dari pandemi dan krisis multidimensi yang kita hadapi saat ini, kita petik pelajaran penting bahwa tumbuh dan makmur bersama adalah satu-satunya pilihan. Kita tidak hanya harus maju bersama, tetapi juga harus maju setara,” tutur Presiden Jokowi.
Sebagai Ketua ASEAN 2023, Presiden Jokowi merupakan satu dari enam pemimpin yang diminta menyampaikan pandangan di acara pembukaan KTT. Sebelumnya, Indonesia telah menerima estafet keketuaan ASEAN tersebut dari Kamboja.
Penghargaan tulus
Sesuai tradisi kami, ini adalah momen yang tepat bagi kami untuk melihat kembali ke kerja sama kita yang telah lampau, serta untuk bertukar pandangan dan membicarakan relasi di masa mendatang.
Dalam sambutannya di KTT ASEAN-Uni Eropa, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen yang saat ini memegang keketuaan ASEAN menyampaikan penghargaan tulus kepada kepemimpinan Uni Eropa yang telah memprakarsai peringatan 45 Tahun ASEAN-Uni Eropa.
Peringatan tersebut dinilai menjadi tonggak penting dari hubungan selama empat setengah dekade. ”Sesuai tradisi kami, ini adalah momen yang tepat bagi kami untuk melihat kembali ke kerja sama kita yang telah lampau, serta untuk bertukar pandangan dan membicarakan relasi di masa mendatang,” kata Hun Sen.
Menurut Hun Sen, kesepakatan bersama untuk mewujudkan perdamaian dan kemakmuran telah berhasil membangun kemitraan strategis antara ASEAN dan Uni Eropa. Hal ini diperkuat dengan rencana aksi yang jelas pada 2023-2027. Rencana aksi ini mencakup berbagai bidang kerja sama. ”Saya melihat kemajuan yang baik dari implementasi rencana aksi sebelumnya, 2018-2022,” ujarnya.
Hun Sen juga menegaskan bahwa perdamaian global masih terancam oleh tindakan negara yang terang-terangan melanggar norma dan prinsip hukum internasional yang diakui secara universal. ASEAN dan Uni Eropa harus bekerja sama untuk memastikan kerja sama internasional berlandaskan inklusivitas, keterbukaan, transparan, dan saling menguntungkan. ”Saya tidak pernah percaya bahwa kita dapat mencapai kedamaian melalui tindakan perang,” ujarnya.