SUKOHARJO, KOMPAS-Muhammadiyah dan Aisyiyah berkomitmen untuk terus menyebarkan pandangan Islam berkemajuan. Tidak hanya di kalangan internal, pandangan itu juga akan disebarluaskan kepada berbagai kalangan di Tanah Air dan dunia. Harapannya, gagasan Islam yang memajukan, membangun optimisme, dan membawa perdamaian dapat menjadi pedoman hidup umat manusia.
Risalah Islam berkemajuan menjadi salah satu rumusan yang dihasilkan dalam Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu-Minggu (19-20/11/2022). Menyebarluaskan pandangan Islam berkemajuan menjadi salah satu mandat yang diberikan para peserta muktamar kepada Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan Aisyiyah periode 2022-2027.
”Kami mengemban tugas menyosialisasikan serta menjadikan pandangan Islam berkemajuan yang termuat dalam risalah Islam berkemajuan untuk terus didialogkan dengan berbagai kalangan di dalam dan di luar negeri. Ini agar pandangan Islam yang maju dan membawa rahmat bagi semesta alam menjadi alam pikiran yang menyebar, meluas, dan terimplementasi dengan semakin baik di persyarikatan,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah 2022-2027 Haedar Nashir seusai pleno penetapan ketua umum dan anggota PP Muhammadiyah, Minggu siang.
Haedar kembali dipercaya memimpin Muhammadiyah setelah mendapat persetujuan dalam musyawarah mufakat yang melibatkan 13 anggota PP Muhammadiyah.
Selain Haedar, Abdul Mu’ti juga kembali dipercaya menjadi Sekretaris Umum PP Muhammadiyah 2022-2027.
Adapun anggota PP Muhammadiyah selain Haedar dan Mu’ti adalah Anwar Abbas, Busyro Muqoddas, Hilman Latief, Muhadjir Effendy, Syamsul Anwar, Agung Danarto, Saad Ibrahim, Syafiq A Mughni, Dadang Kahmad, Ahmad Dahlan Rais, dan Irwan Akib.
Sementara Muktamar Aisyiyah menetapkan Salmah Orbayinah sebagai Ketua Umum dan Tri Hastuti Nur Rochimah sebagai Sekretaris Umum PP Aisyiyah.
Selain itu, ditetapkan pula anggota PP Aisyiyah, yakni Siti Noordjannah Djohantini, Siti Aisyah, Rohimi Zam Zam, Masyitoh, Latifah Iskandar, Atiyatul Ulya, Evi Sofia Inayati, Rita Pranawati, Diyah Suminar, Siti Muslimah Widyastuti, dan Diyah Puspitarini.
Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ditutup oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Minggu malam. Dalam sambutannya, Wapres mengingatkan pentingnya komitmen untuk menjaga pandangan Islam moderat. Sebab, hal itu sudah menjadi identitas bangsa.
Selama ini, praktik Islam moderat yang berjalan di Indonesia telah menjadi contoh bagi negara-negara lain karena praktik beragama yang dijalankan masyarakat mengedepankan semangat toleransi.
Wapres juga menyatakan, muktamar telah meneguhkan peran Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk berkontribusi memajukan bangsa. Hasil muktamar diharapkan bisa diimplementasikan secara riil. Salah satunya melalui lembaga pendidikan Muhammadiyah dan Aisyiyah.
”Saya yakin, ’Sang Surya’ akan terus mampu menjadi cahaya pencerah atas tantangan dan permasalahan bagi keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan,” kata Wapres.
Haedar menjelaskan, Islam berkemajuan itu terkait dengan pandangan Islam yang membawa kedamaian, menyatukan, dan dapat membangun optimisme. Selain itu, juga Islam yang menghadirkan kemajuan hidup seluruh masyarakat, bangsa, negara, dan kemanusiaan universal.
Muktamar juga memberikan mandat kepada para pemimpin untuk terus mendiskusikan isu-isu strategis keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan universal ke semua elemen bangsa sesuai dengan peran dan posisi masing-masing. ”Karena itu, hasil muktamar ini akan terus kami jadikan masukan penting bagi berbagai pihak, seperti pemerintah, DPR, penegak hukum, dan lembaga lain,” ujar Haedar.
Salmah Orbayinah menambahkan, Aisyiyah berpengalaman panjang dalam melakukan peran kebangsaan, di antaranya mempromosikan perdamaian, meningkatkan kesejahteraan perempuan di berbagai bidang, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui lembaga-lembaga pendidikan.
Dalam muktamar ini, Aisyiyah juga menghasilkan risalah perempuan berkemajuan. Risalah ini ditujukan untuk menegaskan komitmen kader Aisyiyah menyelesaikan berbagai permasalahan dengan landasan Islam berkemajuan.