Haedar Nashir dipilih melalui musyawarah mufakat oleh 13 anggota PP Muhammadiyah yang lebih dulu terpilih. Apa saja program Haedar untuk Muhammadiyah selama lima tahun ke depan?
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU, ANITA YOSSIHARA
·3 menit baca
SUKOHARJO, KOMPAS-Haedar Nashir kembali dipercaya untuk memimpin Persyarikatan Muhammadiyah selama lima tahun ke depan. Selain menjalankan transformasi organisasi yang lebih dinamis, Haedar juga akan menyebarluaskan pandangan Islam berkemajuan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Haedar Nashir ditetapkan sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2022-2027 pada sidang pleno Muktamar Ke-48 Muhammadiyah, di Sukoharjo, Jawa Tengah, Minggu (20/11/2022) siang. Ia dipilih melalui musyawarah mufakat oleh 13 anggota PP Muhammadiyah yang terpilih sebelumnya.
Selain ketua umum, musyawarah juga kembali menetapkan Abdul Mu'ti sebagai Sekretaris Umum PP Muhammadiyah 2022-2027.
Adapun anggota PP Muhammadiyah selain Haedar dan Mu'ti adalah Anwar Abbas, Busyro Muqoddas, Hilman Latief, Muhadjir Effendy, Syamsul Anwar, Agung Danarto, Saad Ibrahim, Syafiq A Mughni, Dadang Kahmad, Ahmad Dahlan Rais, dan Irwan Akib.
Seusai ditetapkan sebagai ketum, Haedar mengatakan bahwa ia dan 12 pimpinan lainnya mengemban amanah kepemimpinan secara kolektif dan kolegial serta tersistem. Sebagai ketum, posisinya hanya sejengkal lebih depan dan seinci lebih tinggi dibanding pimpinan lainnya. Namun, prinsip kepemimpinan kolektif akan tetap diterapkan.
Ke depan, pihaknya akan menjalankan program yang mengarah pada transformasi yang dinamis. Tujuannya agar Muhammadiyah menjadi persyarikatan yang unggul dan berkemajuan dalam berbagai aspek kehidupan.
Tak hanya itu, kata Haedar, Muhammadiyah juga akan menyebarluaskan pandangan Islam berkemajuan ke berbagai kalangan, baik di dalam maupun di luar negeri.
“Agar pandangan Islam yang maju dan membawa rahmat bagi semesta alam menjadi alam pikiran yang menyebar dan meluas, serta terimplementasikan dengan semakin baik,” kata Haedar.
Ia menambahkan, Islam berkemajuan itu terkait dengan pandangan Islam yang membawa kedamaian, menyatukan, dan membangun optimisme. Juga Islam yang dapat menghadirkan kemajuan hidup seluruh masyarakat, bangsa, negara, dan kemanusiaan global.
Terkait dengan keorganisasian, kepemimpinan Muhammadiyah merupakan satu mata rantai terstruktur baik dari pusat, wilayah, daerah, maupun luar negeri. Oleh karena itu, kepemimpinan periode 2022-2027 ini, harus bisa memobilisasi dan mendinamiskan seluruh gerak kepemimpinan secara nasional.
“Untuk itu, setelah muktamar akan ada musyawarah wilayah, daerah, cabang, dan ranting. Tiga bulan ke depan, semua permusyawaratan sudah selesai,” kata Haedar.
Komposisi kepemimpinan
Sesuai dengan anggaran dasar/anggaran rumah tangga Muhammadiyah, 13 pimpinan pusat dapat menambah jumlah anggotanya maksimal setengah dari jumlah pimpinan yang terpilih. Terkait dengan hal itu, Haedar mengatakan, seluruh pimpinan terpilih akan mengadakan sidang pleno untuk memutuskan apakah hak tersebut akan digunakan.
“Kami tidak bisa mendahului hasil pleno, itu akan tergantung pada keputusan pleno nanti,” ujarnya.
Sebelumnya, pimpinan terpilih, Ahmad Dahlan Rais mengatakan, PP Muhammadiyah membutuhkan tambahan pimpinan untuk menjawab kebutuhan organisasi. Salah satunya pimpinan yang berlatar belakang di bidang kesehatan. Sebab, dari 13 pimpinan terpilih, belum ada yang berprofesi sebagai dokter.
Tak hanya itu, menurut Dahlan, komposisi PP juga membutuhkan lebih banyak generasi muda. Dari mereka yang terpilih, hanya tiga wajah baru. Sementara 10 pimpinan lainnya berasal dari periode sebelumnya.
Menanggapi hal itu, Abdul Mu’ti mengatakan, komposisi kepemimpinan yang terpilih merupakan wujud keinginan para muktamirin. Pihaknya hanya mengikuti apa yang menjadi keputusan muktamar.