Akhir pekan Wakil Presiden Ma’ruf Amin dilakukan di dua negara. Setidaknya dua museum dan dua makam disambangi.
Oleh
NINA SUSILO
·4 menit baca
Kerangka manusia menyambut saat memasuki Museum Nasional Peradaban Mesir di Kairo. Sosok ini adalah seorang pekerja dari masa prasejarah Mesir. Di sekitarnya, alat pahat dari batu yang kemudian semakin halus, seperti kapak batu, disusun berjajar.
Di maket lainnya, terlihat patung-patung mini manusia sedang menguleni adonan gandum, membuat roti, disertai beragam alat yang digunakan di dapur 5.000 tahun lalu ditata dengan menarik. Seorang pemandu menjelaskan sebuah alat yang digunakan untuk menggiling gandum menjadi tepung dan kemudian diolah menjadi roti. Wakil Presiden Ma’ruf Amin pun penasaran. ”Itu benar asli dari 5.000 tahun lalu atau enggak,” ujarnya.
Antusias dan penasaran besar tampak saat Wapres Amin dan Nyonya Wury mengunjungi Museum Nasional Peradaban Mesir, Minggu (6/11/2022) pagi. Tak hanya miniatur, dipamerkan pula kiswah Ka’bah terakhir yang dibuat Mesir. Saat Arab Saudi belum bisa membuat kiswah, semua kiswah dibuat di Mesir. Kiswah besar ini pun dibawa menggunakan sebuah tandu bertutup dan sangat indah.
Kemunculan Kristen Koptik yang berkembang di Mesir ataupun beragam perkembangan peradaban ditampilkan pula di sana. Namun, daya tarik utama museum ini pada mumi-mumi yang juga dipamerkan di ruang bawah. Dalam ruang-ruang yang diatur suhu dan kelembabannya itu, mumi-mumi dari penguasa Dinasti ke-17 Seqenenre Taa II sampai Ramses IX yang berkuasa di abad ke-12 sebelum masehi ditampilkan.
Kunjungan ke Museum Nasional Peradaban Mesir seakan menutup akhir pekan Wapres Amin di Timur Tengah. Minggu sore, perjalanan berlanjut ke kota resor di tepi Laut Merah, Sharm el Sheikh. Pada Senin (7/11) pagi sampai Selasa, Wapres Amin akan menghadiri sesi-sesi KTT Perubahan Iklim di Sharm el Sheikh International Convention Center.
Namun, sebelum dua hari sibuk dengan isu perubahan iklim dan kerja sama multilateral, Wapres Amin sempat menikmati akhir pekan bersama keluarganya. Sabtu (5/11), Wapres Amin berziarah ke makam Syekh Ibnu Athaillah As Sakandari, penulis kitab Al Hikam yang berada di Kairo. Kitab Al Hikam sangat populer di dunia Islam selama berabad-abad hingga saat ini. Buku ini juga menjadi bacaan utama di hampir seluruh pesantren di Nusantara.
Wapres kerap mengutip pendapat Ibnu Athaillah. Salah satunya saat memberikan arahan pada Milad Majelis Ulama Indonesia (MUI) ke-47 di Hotel Sultan Jakarta, Selasa (26/7). Misalnya, segala perbedaan di dunia ini tidak perlu menjadi kekhawatiran, tetapi yang perlu dikhawatirkan adalah dorongan hawa nafsu yang tidak terkendali. Adapun relevansi pendapat Ibnu Athaillah dengan kehidupan berbangsa adalah tidak boleh ada ego kelompok yang dapat merusak persatuan.
Ibnu Athaillah merupakan seorang sufi terkemuka di dunia yang mempunyai nama lengkap Syekh Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Athaillah As-Sakandari. Dia lahir di Iskandariah (Mesir) pada 648 H/1250 M dan wafat di Kairo pada 709 H/1309 M. Julukan As-Sakandari merujuk kota kelahirannya, Iskandariah.
Ibnu Athaillah tergolong ulama yang produktif. Tak kurang dari 20 tulisan telah dihasilkannya, mencakup bidang tasawuf, tafsir, hadits, akidah, nahwu, dan usul fikih. Beberapa di antaranya adalah Kitab Al-Hikam (Kebijaksanaan) dan Al-Lathai’f Manaqib Abil al-Abbas al-Mursi wa Syekh Abi al-Hasan (Berkah dalam Kehidupan Abu Abbas al-Mursi dan Gurunya Abu Hasan).
Di makam Ibnu Athaillah, Wapres Amin berdoa bersama Nyonya Wury serta putri dan menantu mereka, Siti Marifah, Siti Hannah, Eno Syafrudien, Muhamad Syahied, dan Najla. Seusai berdoa, Wapres sempat berfoto dengan pengurus masjid di makam tersebut serta bertemu beberapa mahasiswa Indonesia di Mesir.
Setelahnya, Wapres mengunjungi situs piramida Giza Necropolis. Mengamati sembari mendengarkan penjelasan mengenai piramida dari pemandu wisata, Wapres Amin dan Nyonya Wury tampak mengangguk beberapa kali.
Secara umum, piramida menjadi tempat menyimpan mumi para firaun berikut harta benda dan pengikut mereka. Di dinding-dinding dalam piramida pun digambarkan kehidupan para firaun dan masyarakat di masa itu.
Piramida paling besar di Giza disebut piramida Khufu yang menjadi proyek pertama dibangun pada 2550 sebelum masehi. Piramida Khufu atau Piramida Agung ini setinggi 147 meter dari permukaan tanah. Diperkirakaan ada 2,3 juta blok batu seberat 2,5 sampai 15 ton yang digunakan untuk pembangunannya.
Adapun piramida berikutnya dibangun Pharaoh Kafre sekitar 2520 SM. Nekropolisnya termasuk Sphinx, patung makhluk berbadan singa dan berkepala pharaoh. Piramida ketiga yang lebih kecil lagi dibangun Pharaoh Menkaure sekitar tahun 2490 SM.
Wapres Amin dan Nyonya Wury tak lupa berfoto di sini, baik bersama keluarganya maupun rombongan. Di deretan keluarganya, tampak Siti Marifah, Siti Hannah, Muhamad Syahid, Eno Syafrudien, dan Najla.
Rombongan yang mengenakan batik ini pun mewarnai kompleks Piramida Giza. Siti Hannah lalu berujar, ”Giza jadi mendadak batik, ya.”
Wapres Amin dan Nyonya Wury juga sabar melayani anggota rombongan yang ingin berfoto bersama. Hal serupa pun terjadi ketika sebelumnya mereka mengunjungi Museum of Future di Dubai, Uni Emirat Arab. Di dek gedung museum yang bernaungkan kaligrafi puisi berbahasa Arab, foto bersama dilakukan.
”Banyak sekali yang mau berfoto, tetapi Pak Wapres dan Ibu Wury itu sabar sekali mau membiarkan semua berfoto,” tutur Fajar Yusuf penerjemah dari Kementerian Luar Negeri.
Dari beberapa hari lawatan ke Uni Emirat Arab dan Mesir, Wapres Amin melewatkan akhir pekan dengan dua museum dan dua makam dari dua zaman di dua negara.