PT PAL Luncurkan Rencana Kapal Induk di Tahun 2023
Dalam perbincangan dengan ”Kompas”, Direktur Utama PT PAL Indonesia Kaharuddin Djenod menuturkan, PT PAL memulai transformasinya dengan mengubah pola pikir dan sistem internal. Kepercayaan harus direbut.
Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero) Dr Kaharuddin Djenod MEng lama belajar kemudian bekerja di Jepang. Lahir di Surabaya, Jawa Timur, 14 Maret 1971, Kaharuddin mendapat beasiswa pendidikan sarjana di Nagasaki Institute of Applied Science kemudian master di Hirosima University. Dia juga mendapat beasiswa untuk menempuh program doktoral di universitas yang sama.
Tidak saja mengamati etos kerja orang Jepang, Kaharuddin juga melihat digdayanya industri maritim. Industri maritim menjadi induk berbagai turunan teknologi di Jepang karena lebarnya rentang keilmuan industri maritim. Oleh karena itu, Kaharuddin punya cita-cita. ”Paling tidak, ada 10 PT PAL di Indonesia,” kata pria yang dengan bangga menyebut dirinya ”anak kolong” ini.
Kompas mewawancarai Kaharuddin yang sejak 2021 menjadi Dirut PT PAL pada akhir September 2022. Dia bercerita soal transformasi sumber daya manusia di dalam PT PAL, upaya memperbaiki keuangan, dan rencananya untuk membuka cabang di Batam, Kepulauan Riau. Berikut petikan wawancaranya.
PT PAL telah beberapa kali mengekspor kapal. Bagaimana strateginya agar membaik?
BUMN sekelas PT PAL harus lakukan perubahan total, masif, dan mendasar. Tidak bisa perubahan parsial. Kita saat ini sedang mejalankan Program Transformasi Maritim 4.0. Mulai dari software, desain, supply chain, dan produksi kita ubah. Sejak tahun lalu, semua software kita ganti. Tadinya semua software beli dari luar dan ada banyak, dan ada antar-software yang tidak nyambung. Sambungannya manual. Sekarang diganti dengan produk sendiri, kita kumpulkan ahli dan konsultan untuk bangun software dari nol. Sekarang semua sudah sinkron.
Kedua, kita lakukan pembaruan di semua alat produksi. Selama ini PMN (penyertaan modal negara) kita lempar ke vendor. Kini, dengan PMN Rp 1,28 triliun, saya ingin swakelola supaya lebih efisien. Misalnya, tadinya kita mau beli satu ship lift Rp 700 miliar dengan daya angkut 6.000 ton. Tapi lalu saya dorong untuk bikin sendiri. Buat saya bukan soal keuangannya, melainkan juga membangun skill dari pegawai di PT PAL dengan kita membangun teknologi sendiri.
Bagaimana kemampuan SDM PT PAL?
Sudah mampu kalau secara personal. Tapi sekarang gimana caranya dijahit jadi satu kekuatan besar. Saat saya masuk, saya beri pandangan, PT PAL sudah mampu bangun kapal cepat rudal (KCR) dan landing platform deck (LPD) yang lebih besar dan lebih sulit dari ship lift. Tapi mindset-nya, kami belum pengalaman jadi tidak berani. PAL itu gajah. Tapi orang-orang itu selalu mengatakan, kalau PAL itu kambing. Orang PAL jadi percaya dia kambing sehingga bertindak seperti kambing. Banyak sekali suara dari luar untuk menjatuhkan mental. Ini yang saya bangun. Awalnya kita bangun kepercayaan diri. Akhirnya kita bisa bangun kepercayaan luar negeri juga.
Sebenarnya setelah di Filipina kita menang tender, kita sudah yakin ada kemampuan. Kita tidak bisa berharap pada transfer teknologi. Tidak ada negara yang mau memberi teknologinya. Waktu membuat kapal selam yang ketiga, PT PAL zero defect, SDM dan alat tidak lengkap, tapi kita bisa inovasi. Oleh karena itu, strateginya sekarang kita minta kapal dibangun 100 persen di PT PAL.
Kapan realisasi pembangunan shif lift?
PT PAL kerja sama dengan Pindad. Sekarang baru ada desainnya. Dengan tidak sampai Rp 300 miliar dan SDM merah putih. Awal 2024 kita harapkan akan jadi. Dari sisi keekonomian, kita hemat Rp 400 miliar dan bisa membangun kemampuan. Tentu kita komunikasikan ke BPK dengan sisa yang ada. Selama ini, kalau PMN tidak terserap 100 persen jadi preseden buruk untuk manajemen. Padahal, ini, kan, efisiensi dan membangun kemandirian teknologi. BPK sudah setuju.
Jadi, transformasi mulai dari internal, khususnya SDM?
Iya. Kita survei internal tahun lalu, haters BOD itu bisa 60 persen. Sekarang terbalik. Haters sisa 4 persen, yang loyal 59 persen. Jadi, moral pasukan harus dinaikkan dulu dan mengganti infrastruktur, sistem dan pastinya budaya kerja. Sedikit lagi saya akan bagikan gadget ke seluruh pegawai, ada 1.600. Di dalam gadget itu ada aplikasi OS IM4, Industri Maritim 4.0.
Di aplikasi itu, tiap orang bisa melihat key performance indicator-nya per hari. Dengan gadget ini, kita bangun budaya kerja. Orang ambil alat, dia colokkan, langsung tercatat. Kalau tidak register dulu, ya tidak jalan. Kalau kita enggak bisa bangun budaya kerja, mau berapa tahun juga hasilnya begini.
Contohnya, sejak Mei lalu IM4 diluncurkan, waktu bulan Juninya 92 persen eselon 1 di PT PAL bisa di-refresh karena ada datanya. Sekitar 19 orang diganti. Sebelumnya, untuk ganti 1-2 orang bisa masalah. Saya harus refresh. Selama ini karena ada gap senior dan yunior, seniornya tetap diperpanjang kontraknya bisa bisa mengajar yunior. Kenyataannya, tidak kunjung mengajar dan terus diperpanjang.
Tantangan apa yang terbesar, terutama terkait swakelola ?
Tantangan terbesar adalah mindset karyawan. Mereka ada ilmu, tetapi mereka enggak sadar ilmu lebih besar manfaatnya kalau digabungkan, bisa di dalam PT PAL, atau antara BUMN. Contoh ship lift.
Termasuk gaji juga ada perubahan?
Dari gadget itu nanti kita bisa hitung kontribusi tiap orang ke berbagai proyek, bahkan sampai tukang sapu pun. BOD PT PAL sudah memutuskan bahwa setiap profit dari satu proyek kapal, lebih dari 20 persen, langsung dibagikan ke karyawan. Kita akan perjuangkan hak ini ke karyawan, bukan kenaikan gaji. Kami juga adakan PT PAL Goes to Campus untuk jaring lulusan-lulusan baru.
Banyak juga yang menyoroti selama ini di PT PAL banyak perusahaan dalam perusahaan. Apakah itu betul?
Selama ini ada kemudahan bagi sebagian kecil orang. Profit gelap berputar di sekitar segelintir orang saja. Makanya vendor kocok ulang bulan depan. Saya pengin tahu siapa di belakang mereka. Ada sekitar 1.500 vendor dan supplier. Saya juga buka jendela ke vendor-vendor baru. Untuk bersihkan BUMN harus berani. Saya berani karena ada data. Sebelum itu, saya juga tidak berani apa-apa.
Ada wacana, mekanisme penugasan sesuai UU BUMN bisa membuat industri pertahanan lebih kuat?
Ini realistis. Tanpa ada penugasan itu berat. Proyek pemerintah itu dagingnya enggak banyak. Tapi wacana itu memang belum diimplementasikan karena masih banyak sudut pandang lain yang belum sinkron. Salah satunya tentu berat dari sisi keuangan karena wajib untuk beri pinjaman ke BUMN. Sekarang saja utang PT PAL hampir Rp 3 triliun. Sekarang ada beberapa penugasan dari Kemenhan kita urus penjaminan dari pemerintah. BUMN enggak bisa lakukan penjaminan sendiri.
Selama ini ada user yang apresiasi, tapi juga ada yang mengkritik PT PAL seperti produk yang banyak masalah dan keterlambatan pengiriman. Sementara mereka kan juga ada kebutuhan operasional?
Memang masih banyak yang tidak percaya kepada PT PAL. Tapi PT PAL kan juga harus berusaha menunjukkan performanya agar dipercaya. Tidak bisa serta-merta. Kepercayaan itu enggak bisa kan ujug-ujug. Dan kepercayaan itu juga datang dari pengalaman langsung. Setahun terakhir ini, tamu-tamu PT PAL bukan hanya dari galangan kapal, melainkan ada sejumlah menhan, menlu dan dubes. Mereka lihat sendiri karena saya ajak ke kapal rumah sakit, misalnya. Saya memang tidak bisa menuntut mereka untuk langsung percaya. Tapi ada juga negara yang sebelumnya pesan kapal perang di Eropa, untuk pertama kali pesan kapal ukuran 163 meter di PT PAL.
Kalau di pameran seperti Indo Defence pada 2-5 November 2022 bisa tunjukkan miniatur aja ya?
Iya. Kalau Pindad kan rantisnya bisa dibawa langsung. Kalau kita bawa kapal, semua Kemayoran ketutup. Ha-ha-ha.
Bagaimana strategi PT PAL menggandeng swasta agar ekosistem industri maritim terbentuk?
Indhan swasta kan ada yang di tier 1,2,3. PT PAL dapat amanah sebagai lead integrator untuk seluruh industri maritim. Saya umumkan kalau PT PAL itu bukan kompetitor, melainkan bapak asuh indhan-indhan swasta. Selama ini banyak yang menganggap begitu sehingga main ini itu biar proyeknya enggak ke PT PAL.
Saya tawarkan sistem yang terintegrasi. Dengan aplikasi IM 4 itu, semua bisa ikut karena di situ proses bisnisnya terlihat. Saat ini, PT PAL telah mendapat proyek untuk perbaikan 41 kapal perang. Nilainya 1,1 miliar dollar AS. Sebagian bisa dikasih ke swasta, benefit untuk semua pihak. Untuk ciptakan 10 PT PAL, kita harus bangun sistem. Tahun depan PT PAL 42 tahun, akan pertama kali ekspansi ke Batam.
Dalam waktu dekat, apa rencana PT PAL?
Tahun depan kita akan first steel cut untuk frigate. Pembangunannya 5-6 tahun. Terus kita juga akan meluncurkan desain kapal induk. Dari sisi geografis, Indonesia tidak membutuhkan kapal induk. Apalagi, pertahanan Indonesia menganut prinsip defensif, bukan ofensif. Tapi ini penting untuk menunjukkan kemampuan PT PAL. Kita sudah adakan persiapan untuk bangun kapal selam, LHD dan kapal induk.