KSAD Jenderal Dudung Abdurachman menyatakan lapang dada menerima permintaan maaf anggota Komisi I DPR, Effendi Simbolon. Ia pun memastikan tugas-tugas dari Panglima TNI dilaksanakan dengan baik.
Oleh
NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR, NIKOLAUS HARBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah kemarin anggota Komisi I dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Effendi Simbolon, menyampaikan permintaan maaf, kini giliran Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Dudung Abdurachman menyampaikan penerimaan maaf itu. Dudung juga menyatakan siap kapan pun jika Effendi berniat untuk menemuinya.
”Permintaan maaf Pak Effendi dengan lapang dada saya menyatakan dapat menerimanya. Dan, saya sampaikan kepada seluruh jajaran agar menghentikan kegiatan-kegiatan menyampaikan secara perorangan dan sebagainya, itu cukup. Beliau sudah minta maaf. Kita harus lebih dewasa, kita harus lebih legowo ya,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Dudung Abdurachman, dalam jumpa pers, Kamis (15/9/2022).
Sebelumnya, dalam rapat Komisi I DPR dengan Kementerian Pertahanan dan TNI, Senin (5/9/2022), Effendi mempertanyakan isu ketidakharmonisan Dudung dengan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. Effendi juga menyoroti soal Dudung yang tidak hadir di rapat itu. Padahal, Panglima TNI serta dua kepala staf yang lain hadir memenuhi panggilan Komisi I DPR. Kemudian, Effendi menyebut TNI seperti gerombolan.
Dudung mengatakan, pada dasarnya manusia tidak lepas dari kekhilafan atau kesalahan. Yang penting, lanjutnya, peristiwa tersebut menjadi pelajaran bersama untuk berhati-hati dalam menyampaikan pendapat mengenai TNI agar didasari dengan fakta yang akurat. Jika tidak, akibatnya akan tidak baik bagi TNI.
Menurut Dudung, pernyataan semacam itu akan berpengaruh bagi prajurit, terutama bagi mereka yang menjalankan tugas di daerah perbatasan dan terpencil. Sebab, di daerah penugasan, mereka menghadapi banyak kesulitan dan tantangan. Dengan demikian, muncul reaksi dari mereka terhadap pernyataan Effendi.
Meski demikian, Dudung meminta agar masalah tersebut tidak dibesar-besarkan. Sebab, masih banyak persoalan yang lebih besar yang perlu dihadapi bersama sebagai bangsa Indonesia. ”TNI Angkatan Darat di lapangan sudah terbiasa menghadapi risiko-risiko itu. Jadi, kalau menghadapi yang begini-begini, biasa-biasa saja enggak usah dibesar-besarkan,” kata Dudung.
Kondisi para prajurit TNI AD di lapangan sudah kondusif. Ia sudah memerintahkan agar tidak ada lagi pernyataan liar sebagaimana beredar di media sosial.
Terkait dengan permintaan Effendi Simbolon untuk bertemu, Dudung mengaku siap kapan pun. Menurut dia, hingga saat ini dirinya belum menerima permintaan untuk bertemu. ”Di HP (telepon seluler) saya belum ada SMS, belum ada telepon. Kalau beliau mau datang, saya terima dengan baik. Tidak masalah,” ujar Dudung.
Terkait persoalan itu, lanjut Dudung, kondisi para prajurit TNI AD di lapangan sudah kondusif. Ia sudah memerintahkan agar tidak ada lagi pernyataan liar sebagaimana beredar di media sosial. Meski demikian, Dudung juga mengingatkan agar jangan sampai ada kalimat atau pernyataan yang tidak bisa dipertangungjawabkan dan bisa melukai TNI AD.
Dudung juga menegaskan bahwa dirinya loyal terhadap Panglima Tertinggi, yakni Presiden Joko Widodo. Untuk itu, lanjut Dudung, TNI AD berupaya menjalankan tugas yang diberikan Presiden kepadanya, yakni membantu pemerintah daerah pasca-pandemi Covid-19 dan menjalankan program air bersih di daerah yang membutuhkan.
Selain itu, Dudung menyampaikan, TNI AD saat ini dalam kondisi yang solid dan tidak ada hal-hal yang memprihatinkan. Terkait isu hubungan yang tidak baik antara ia dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, menurut Dudung, itu adalah hal biasa.
Namun, Dudung memastikan bahwa tugas-tugas yang diberikan Panglima TNI kepadanya akan dilaksanakan dengan baik. ”Jadi, tidak benar kalau ada hal-hal terjadi gesekan dan sebagainya,” ujar Dudung.
Sementara itu, seusai mengikuti sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), Effendi mengatakan, dirinya tidak bermaksud untuk memberikan stigma gerombolan kepada TNI meski memang ia mengatakan kata ”gerombolan” dan kata ”ormas”. Pasca-pernyataannya itu viral, lanjut Effendi, terdapat upaya intimidasi terhadap dirinya, seperti menghubungi telepon genggamnya secara terus-menerus.
Effendi mengaku sudah menghubungi Dudung melalui pesan singkat, tetapi belum direspons. Effendi pun menyatakan bahwa dirinya tidak ada masalah dengan Dudung dan ia memang berharap agar dapat bertemu langsung.
Terkait dengan pengaduan dugaan pelanggaran kode etik oleh Effendi, MKD DPR memutuskan tidak menindaklanjutinya.
Terkait dengan pengaduan dugaan pelanggaran kode etik oleh Effendi, MKD DPR memutuskan tidak menindaklanjutinya. Effendi disebut telah meminta maaf secara terbuka pada 14 September kemarin serta meminta maaf kepada MKD DPR saat dipanggil MKD. Selain itu, pernyataan Effendi tersebut mempunyai hak impunitas karena menjalankan tugasnya sesuai undang-undang.