300 unit kendaraan listrik untuk KTT G20 disiapkan bagi tamu negara. Pengaturan lebih detail dilakukan untuk memastikan kelancaran pengisian daya saat pelaksanaan pada November mendatang.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Persiapan penyelenggaraan KTT G20 terus dimatangkan, termasuk iringan kendaraan yang akan digunakan para pemimpin negara yang hadir. Simulasi pengisian daya listrik pada kendaraan-kendaraan tersebut dilakukan untuk memastikan kecukupan waktu saat acara.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menjelaskan, untuk pengisian daya 616 kendaraan listrik para pemimpin G20 ditambah 300 kendaraan listrik operasional serta kendaraan roda dua listrik untuk pengamanan, sudah disiapkan stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).
Terdapat 66 unit SPKLU PLN untuk pengisian daya cepat (fast charging) yang masing-masing berkapasitas 200 kW. Selain itu, masih ada 200 fasilitas pengisian daya rumahan (home charging).
”Penyelesaian sudah lebih dari 90 persen. Pada akhir bulan September semua sudah kelar,” tuturnya kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (6/9/2022).
Penyelesaian sudah lebih dari 90 persen. Pada akhir bulan September semua sudah kelar.
Kendaraan yang akan digunakan para pimpinan negara peserta KTT G20 terdiri dari 123 unit Genesis G80 untuk tamu VVIP, 246 unit Hyundai Ioniq 5 untuk delegasi, 124 unit Hyundai Ioniq untuk leadcar, dan 123 unit Lexus UX300e untuk pengamanan. Selain itu, masih ada 300 unit Wuling Air EV untuk kendaraan operasional.
Kendaraan bermotor roda dua untuk pengawalan juga disiapkan. Kendati bertenaga listrik, kecepatan sepeda motor ini bisa mencapai 140-150 km per jam.
Pengisian daya mobil listrik dari nol sampai 90 persen hanya memerlukan waktu 40 menit di SPKLU fast charging. Selain itu, keta Darmawan, jarak tempuh lokasi-lokasi di KTT G20 tidak terlalu jauh. Pengurangan daya listrik di kendaraan diperkirakan hanya sekitar 15 persen.
Karena itu, pengisian daya listrik hanya memerlukan waktu sekitar 10 menit selama para pemimpin negara di dalam ruangan dan menghadiri KTT.
”Kami sudah siapkan. Kami sudah melakukan simulasi dan bahkan saat simulasi dengan Paspampres kemarin kita memutuskan untuk tidak lagi charging di malam hari. hanya di siang hari atau top up saja sudah cukup. Malam hari kegiatan sudah selesai, diamankan,” tuturnya.
Bergantian pemakaiannya
Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono menambahkan, pada hari pertama KTT, kegiatan para pemimpin negara dari pagi sampai sore di tempat acara di Hotel Apurva Kempinski, Badung, Bali. Karena itu, kendaraan-kendaraan tersebut bisa ditambah daya secara bergantian. Pengaturan giliran penambahan daya juga diatur.
Penurunan emisinya akan lebih drastis sejalan proses dan waktu (penguatan energi baru terbarukan di Indonesia).
Karena setiap hari daya baterai kendaraan hanya berkurang sekitar 15 persen, lanjut Darmawan, secara teoretis, kendaraan tetap cukup daya untuk beroperasi selama tiga hari tanpa penambahan daya (top up). Namun, antisipasi tetap dilakukan dengan penambahan daya setiap siang dan sore.
Adapun listrik yang disiapkan untuk pengisian daya kendaraan pengangkut para peserta KTT G20 dan delegasinya berasal dari energi baru terbarukan serta listrik dari pembangkit listrik tenaga uap yang berbahan bakar batubara.
Meski demikian, kendaraan listrik ini tetap diklaim jauh lebih hemat dan mengurangi emisi karbon. Biaya bahan bakar minyak saat ini sekitar Rp 15.000 per liter. Untuk daya yang dihasilkan setara dengan 1 liter BBM, biaya listrik yang diperlukan hanya Rp 2.000.
Emisi karbon setiap liter BBM berkisar 2,4 kg. Adapun emisi yang dihasilkan listrik berbasis batubara sekalipun untuk menghasilkan daya setara satu liter BBM sekitar 1,2 kg.
”Penurunan emisinya akan lebih drastis sejalan proses dan waktu (penguatan energi baru terbarukan di Indonesia),” kata Darmawan.