Menggali Inspirasi dari Pameran Arsip dan Mobil Kepresidenan
Hingga 22 Agustus 2022, masyarakat umum diajak menyaksikan mobil kepresidenan dari masa ke masa dan melihat arsip bersejarah di Sarinah. Tidak hanya melihat benda bersejarah, tetapi juga menyelami perjalanan bangsa ini.
Jajaran mobil kepresidenan dari masa Bung Karno hingga Presiden Joko Widodo yang berada dalam satu lokasi di kurun waktu tertentu bukan pemandangan sehari-hari. Kali ini publik dapat melihat koleksi mobil-mobil yang pada masanya menjadi wahana para presiden RI bermobilitas dalam menjalankan tugas memimpin negeri.
Warga dapat menyaksikan jajaran mobil dengan pelat REP-1 atau Indonesia 1 itu pada pergelaran Pameran Arsip dan Mobil Kepresidenan di Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, yang dibuka Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Sabtu (13/8/2022). Pameran yang merupakan rangkaian Hari Ulang Tahun Ke-77 RI ini menurut rencana berlangsung hingga 22 Agustus 2022.
Tujuh mobil kepresidenan dari masa ke masa dipajang di halaman Sarinah. Adapun beragam arsip bersejarah berupa dokumentasi foto, video, dan dokumen lain ditampilkan di gedung yang merupakan pusat perbelanjaan sekaligus pencakar langit pertama di Jakarta, bahkan Indonesia, itu.
Menurut Pratikno, pameran tersebut tidak hanya membawa kita secara fisik melihat arsip dan mobil kepresidenan. ”Dulu, founding fathers, para pejuang, telah bekerja keras mempertaruhkan jiwa raga untuk membentuk negara yang kita cintai ini. Dan, ini tanggung jawab kita bersama untuk melanjutkan perjuangan beliau-beliau,” katanya.
Kehadiran mobil-mobil presiden RI lintas zaman kali ini tak pelak menarik warga yang tengah berada di sekitar lokasi pameran. Ditemui saat menyaksikan pameran, Hansen, warga Jakarta, mengatakan jadi lebih tahu tipe-tipe kendaraan yang pernah dipakai para presiden di negeri ini. Sama seperti Hansen, banyak pengunjung yang bersama keluarga atau teman berfoto dengan latar belakang mobil presiden.
Baca juga: Pameran Mobil Kepresidenan di Bulan Kemerdekaan
Dulu, para founding fathers, para pejuang, telah bekerja keras mempertaruhkan jiwa raga untuk membentuk negara yang kita cintai ini. Dan, ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk melanjutkan perjuangan dari beliau-beliau.
Di sisi depan dipamerkan mobil Buick hitam keluaran tahun 1939 yang pernah digunakan Presiden pertama RI Soekarno atau Bung Karno.
Sekelumit kisah terkait mobil Buick ini tercatat dalam buku Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams. Singkat cerita, pada hari-hari pertama saat Bung Karno dipilih menjadi Presiden Republik Indonesia, para pengikut setia menganggap sudah seharusnya seorang presiden memiliki sebuah sedan mewah.
Oleh karena itu, mereka mengusahakannya. ”Sudiro mengetahui ada sebuah Buick besar muat tujuh orang yang merupakan ’mobil paling besar dan paling bagus di Jakarta, dengan gorden di jendela belakang’. Sayang, mobil kepresidenan ini milik Kepala Jawatan Kereta Api, seorang Jepang,” kata Bung Karno.
Ringkas kata, mobil bagus besar berwarna hitam itu pun beralih tangan ke Sudiro dan temannya. Mobil yang sedang diparkir di sebuah garasi itu selanjutnya tiba di halaman belakang rumah Bung Karno.
Baca juga: Pameran Kendaraan Kepresidenan Era Presiden Soekarno
Pelat nomor REP-1 yang terpasang di mobil Buick Bung Karno juga menyimpan kisah menggelitik. Mangil Martowidjojo dalam buku Kesaksian tentang Bung Karno 1945-1967 menulis, dirinya pernah diperintah Presiden Soekarno untuk minta nomor pelat mobil kepada polisi Yogyakarta. Bung Karno minta agar mobil Buick yang dibawanya dari Jakarta itu diberi nomor polisi REP-1.
Namun, Kepala Polisi Lalu Lintas Soenarjo waktu itu tidak dapat mengabulkan permintaan tersebut. Penjelasannya, tidak ada di undang-undang dan peraturan lalu lintas. Mangil kembali ke Istana dan melaporkan penjelasan Soenarjo itu kepada Bung Karno.
Setelah mendengar laporan tersebut, Bung Karno berkata, ”Ya sudah, tidak apa-apa. Saya akan bikin sendiri nomor pelat mobil itu.” Bung Karno pun kemudian memerintahkan sopirnya, Arif, untuk membikin nomor pelat REP-1.
Tak hanya Buick, lewat buku berjudul Bung Karno & Kesayangannya, Guntur Soekarnoputra menuturkan, dalam melaksanakan tugas sebagai kepala negara, Presiden Soekarno juga menggunakan bermacam jenis dan merek kendaraan lain dari beberapa negara. Ketika menginspeksi pasukan pada upacara Hari Angkatan Perang 5 Oktober, misalnya, Bung Karno menggunakan kendaraan jip terbuka merek Land Rover dari Inggris.
Saat menghadiri upacara resmi, semisal resepsi di kedutaan besar, rapat umum hari ulang tahun organisasi massa dan partai politik, serta penyambutan kepala negara asing, Bung Karno biasa menggunakan mobil jenis mentereng seperti Cadillac atau Mercedes-Benz 600.
Berbagai tipe
Kembali ke halaman Sarinah, di belakang Buick Bung Karno terpajang mobil Mercedes-Benz S280 tahun 1980 berwarna putih yang pernah digunakan Presiden Soeharto, Presiden BJ Habibie, dan Presiden Abdurrahman Wahid. Mobil bermerek sama tetapi bertipe lain yang digunakan ketiga presiden itu, yakni Mercedes-Benz S-Class W126 tahun 1982, juga tampil anggun di panggung pameran kali ini.
Demikian pula dipajang sedan Cadillac Fleetwood Brougham tahun 1980 yang pernah dipakai Presiden BJ Habibie serta tamu negara dan duta besar. Sementara itu, dalam artikel ”Mobil Kepresidenan Republik Indonesia” yang terbit di Kompas, 1 Juni 2001, terabadikan bahwa mobil kepresidenan Presiden Soeharto yang digunakan sebelum kejatuhannya, bahkan menjelang dan sesudah pengunduran dirinya, adalah Mercedes-Benz S600. Presiden Soeharto bahkan juga memiliki versi limosinnya.
Baca juga: Ketika Mobil dari Indonesia Melesat ke Empat Benua
Mercedes-Benz S600 yang bersilinder 12 dan berkapasitas mesin 5.786 cc itu dibeli langsung dari Jerman, tidak melalui perwakilan Mercedes-Benz di Indonesia. Mobil kepresidenan itu selanjutnya juga digunakan Presiden BJ Habibie dan Presiden Abdurrahman Wahid.
Berikutnya, mewakili kendaraan presiden di era yang semakin anyar, dipajang Mercedes-Benz S-Class W140 tahun 1998. Mobil itu pernah digunakan tiga presiden, yakni Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tampil pula sedan Mercedes-Benz S600 Guard tahun 2008 yang digunakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Joko Widodo.
Inspirasi arsip bersejarah
Seusai meninjau pameran arsip, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengaku terinspirasi dengan foto Bung Karno yang mendorong pemberantasan buta huruf. Pada pameran itu dipajang pula foto Presiden Soekarno yang pada awal 1950-an berada di kelas, turun ke bawah, mengajar rakyat dalam program Pemberantasan Buta Huruf yang dicanangkan sejak tahun 1948.
”Dan, konteks itu saya rasa masih valid sampai hari ini, (yakni) ketika kita sedang menghadapi era digital, di mana kita harus bermigrasi ke dunia baru, yaitu dunia digital. Kalau dulu buta huruf, hari ini (ada) dunia digital yang bisa nanti—kalau kita tidak beradaptasi—membutakan kita,” tutur Erick.
Erick juga terkesan melihat foto-foto bersejarah terkait upaya para pendiri bangsa menjelaskan arti Pancasila di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Peristiwa ini memberi kebanggaan. Sebuah kebanggaan sebagai bangsa yang memberikan inspirasi kepada dunia bahwa kehebatan bangsa ini ialah menjadikan segala perbedaan sebagai kekuatan.
Pada pameran arsip dan mobil kepresidenan yang mengusung tema ”Indonesia Menjawab” tersebut, ada pula tempelan narasi dari kurator pameran, Erwien Kusuma, terkait upaya para presiden RI menjawab tantangan pada zamannya. Presiden Soekarno menjawab tantangan membawa bangsa Indonesia yang baru saja merdeka menjadi negara bangsa yang berdaulat, berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Presiden Soeharto menjawab tantangan mewujudkan pembangunan nasional yang menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia.
Presiden BJ Habibie membawa Indonesia melalui transisi demokrasi. Presiden Abdurrahman Wahid berupaya menjaga keutuhan negara dan bangsa yang berbineka. Sementara Presiden Megawati Soekarnoputri meneguhkan konstitusi dan menjaga Indonesia dari perpecahan. Adapun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membawa pemulihan negeri dari bencana tsunami. Pada masa kini, Presiden Jokowi membawa Indonesia selamat dari pandemi Covid-19. Dan, di tengah tantangan global, mengajak negara-negara dunia hidup berkolaborasi untuk pulih dan bangkit dari pandemi.
Tantangan datang silih berganti di negeri ini. Dan, usia yang menginjak 77 tahun pada 17 Agustus 2022 membuktikan ketangguhan Indonesia selama ini untuk bertahan melintasi segenap tantangan. Sebentuk daya tahan yang menjadi bekal dalam menyongsong masa depan, lengkap dengan segenap tantangannya. Dirgahayu, semoga panjang umur, Indonesia.