IMF: Sinkronisasi Moneter Fiskal BI dan Pemerintah Kunci Jaga Pemulihan Ekonomi
IMF nilai ekonomi RI dalam kondisi baik dari beberapa sisi seperti kinerja ekonomi, pertumbuhan, neraca pembayaran yang surplus, dan inflasi di bawah 5 persen. Perlu sinkronisasi pemerintah dan BI untuk terus menjaga.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Dana Moneter Internasional atau IMF menyatakan perekonomian Indonesia dalam kondisi baik dari beberapa sisi seperti kinerja ekonomi, dan sisi pertumbuhan. Demikian pula dan sisi neraca pembayaran yang mengalami surplus perdagangan selama 26 bulan berturut-turut. Selain itu, sisi inflasi juga berada di bawah 5 persen.
Hal itu diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati seusai mendampingi Presiden Joko Widodo menerima kunjungan delegasi IMF di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu (17/7/2022). Presiden Jokowi juga didampingi Menteri Koodirnator Bidang Ekonomi Airlangga Hartarto. Sementara, delegasi IMF dipimpin oleh Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan, dan Representatif Senior IMF untuk Indonesia James Walsh.
”Paling penting, yaitu sinkronisasi dan kerja sama kebijakan moneter fiskal dari Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan untuk bisa menjaga untuk tetap bekerja secara harmonis karena ini akan membantu menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia,” ucap Sri Mulyani.
Menurut Sri Mulyani, IMF juga menyatakan apresiasi terhadap penyelenggaraan Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (Finance Ministers & Central Bank Governors’ Meeting /FMCBG) Negara G20 ke tiga di Nusa Dua, Bali, pada Jumat (15/7) lalu. Indonesia dinilai telah sukses menjadi tuan rumah untuk G20 finance track menteri-menteri keuangan dan gubernur bank sentral di tengah situasi dunia yang sedang tidak mudah dan makin menantang.
"Paling penting yaitu sinkronisasi dan kerja sama kebijakan moneter fiskal dari Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan untuk bisa menjaga untuk tetap bekerja secara harmonis karena ini akan membantu menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia"
Tantangan yang disampaikan tersebut, tambah Sri Mulyani, antara lain berupa perang yang masih berjalan antara Rusia dan Ukraina. Perang menimbulkan harga komoditas seperti pangan dan energi menjadi naik. Kenaikan harga di dua komoditas tersebut yang kemudian memacu inflasi di berbagai negara.
”Kenaikan harga komoditas seperti pangan dan energi dan ini menyebabkan inflasi di banyak negara meningkat secara tinggi, sehingga ini menjadi ancaman yang sangat nyata bagi banyak-banyak negara yang sekarang menghadapi krisis pangan dan krisis energi,” ujar Sri Mulyani.
”Kenaikan harga komoditas seperti pangan dan energi dan ini menyebabkan inflasi di banyak negara meningkat secara tinggi sehingga ini menjadi ancaman yang sangat nyata bagi banyak-banyak negara yang sekarang menghadapi krisis pangan dan krisis energi. ”
Peranan Indonesia sebagai pemegang presidensi G20 dalam Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dinilai juga menjadi sangat penting. Hal tersebut karena dalam pertemuan dibahas mengenai bagaimana menyinkronkan kebijakan fiskal dan moneter. ”Dalam menangani seperti krisis pangan, langkah-langkah apa yang bisa dilakukan agar bisa menurunkan risiko dari perekonomian global yang sekarang ini meningkat sangat tinggi,” lanjutnya.
Berbagai hasil dari pembahasan dalam berbagai pertemuan akan menjadi bahan untuk nanti disampaikan pada KTT G20 November mendatang. Hasil pertemuan itu antara lain terkait masalah kesehatan, yaitu adanya pembentukan dana kesehatan multilateral untuk penanganan pandemi di masa depan, terutama dalam hal memperkuat kolaborasi antara keuangan dan kesehatan.
”Itu merupakan satu capaian yang bagus. Kita bicara tentang crypto currency dan regulasi mengenai digital coin ini menjadi salah satu yang bagus. Financial inclusion dan digital technology juga menjadi salah satu capaian yang sangat baik, kita bicara tentang global taxtation juga menjadi sangat impresif dalam situasi saat ini, juga mengenai sustainable finance serta pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, itu merupakan hasil-hasil yang dilakukan di G20,” kata Sri Mulyani.
Hal senada juga diungkapkan oleh Airlangga Hartarto. Inflasi Indonesia adalah sekitar 4,2 persen sedangkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01 persen. ”Kemudian juga dalam situasi lain Indonesia, ekonomi dibanding negara lain kita punya debt to GDP ratio sekitar 42 persen, beberapa negara itu mencapai 100 persen. Kemudian defisit masih sekitar 4 persen dan current account 0,5 persen dan balance of trade kita selama 26 bulan positif terus, dan Indonesia punya foreign reserve sebesar 135 miliar dollar AS,” ujar Airlangga.
”Kita sangat mengkhawatirkan dengan kondisi inflasi yang naik di berbagai negara. Tingkat suku bunga akan masuk rezim baru, yaitu kenaikan tingkat suku bunga global dan tentu sangat memengaruhi terhadap investasi yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia. ”
Airlangga menjelaskan bahwa situasi perekonomian domestik di Indonesia relatif baik dengan potensi resesi relatif lebih kecil jika dibandingkan negara lain, yaitu sekitar 3 persen. Meski demikian, pemerintah berharap IMF akan terus mendukung kepemimpinan Indonesia di dalam G20. Indonesia berharap narasi positif IMF terhadap perekonomian Indonesia terutama dalam menghadapi krisis global.
"Kita sangat mengkhawatirkan dengan kondisi inflasi yang naik di berbagai negara. Tingkat suku bunga akan masuk rezim baru yaitu kenaikan tingkat suku bunga global dan tentu sangat memengaruhi terhadap investasi yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia,” ucap Airlangga.
Kepemimpinan Indonesia
Lebih jauh, IMF juga menyatakan harapan pada kepemimpinan Indonesia dalam presidensi G20 mampu mendorong para pemimpin negara G20 mendukung langkah institusi-institusi yang memiliki kemampuan untuk membantu negara-negara dilanda krisis ekonomi.
”Presiden yang akan menjadi tuan rumah G20 nanti menjadi sangat-sangat penting untuk bisa memobilisasi dukungan semua leaders G20 untuk bisa membantu terutama negara miskin,” tandas Sri Mulyani.
”Presiden yang akan menjadi tuan rumah G20 nanti menjadi sangat-sangat penting untuk bisa memobilisasi dukungan semua leaders G20 untuk bisa membantu terutama negara miskin"
Untuk itu, kata Sri Mulyani, ”IMF akan melakukan langkah untuk bisa membantu negara-negara miskin tersebut yang akan menghadapi kondisi yang luar biasa berat.”
”Presiden yang akan menjadi tuan rumah G20 nanti menjadi sangat-sangat penting untuk bisa memobilisasi dukungan semua leaders G20 untuk bisa membantu terutama negara miskin. ”
IMF menyampaikan kepada Presiden Jokowi bahwa situasi inflasi yang melanda berbagai negara telah menyebabkan bank-bank sentral mengeluarkan kebijakan menaikan suku bunga. Maka, kemungkinan berbagai negara miskin yang sekarang sudah dalam kondisi sangat rawan akan berada dalam kondisi yang semakin sulit, terkena krisis pangan, dan kemungkinan krisis keuangan.
”Seperti sekarang ini terjadi di berbagai negara Afrika dan juga bahkan negara seperti Sri Lanka, ini akan menjadi sangat penting karena jangan sampai kemudian kemampuan dunia internasional untuk mencegah krisis menjadi makin lemah dan menyebabkan risiko makin tinggi,” ucap Sri Mulyani.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi juga menyampaikan harapan agar negara-negara African Union bisa diundang di G20. Selama ini, G20 tidak pernah memasukkan negara-negara tersebut di dalam pembahasannya secara permanen. Pada presidensi Indonesia kali ini, Presiden Jokowi berinisiatif untuk mengundang African Union dan diharapkan bisa menjadi keputusan permanen G20.
”Ini juga menyebabkan kita bisa membahas masalah dunia secara lebih lengkap karena suara dari negara-negara terutama dari Afrika yang sekarang sedang menghadapi banyak sekali kesulitan pangan, kesulitan dari sisi ekonomi, dan juga keuangan menjadi sangat penting,” ujar Sri Mulyani.
”Direktur Pelaksana IMF Kristalina juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Indonesia atas penanganan pandemi Covid-19. ”
Dalam pertemuan tersebut, Direktur Pelaksana IMF Kristalina juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Indonesia atas penanganan pandemi Covid-19. ”Selanjutnya kita tentu berharap kondisi Indonesia yang membaik ini tetap dijaga karena nanti Bapak Presiden akan menjadi tuan rumah (KTT G20) pada bulan November,” ujar Sri Mulyani.
Terkait dengan penanganan Covid-19, Airlangga menambahkan bahwa Presiden Jokowi menyampaikan bahwa vaksinasi di Indonesia berjalan lancar dengan cakupan lebih 90 persen vaksinasi dosis pertama dan lebih 80 persen dosis ke dua. “Ini membuat Indonesia resilience terhadap pandemi Covid. Indonesia menjadi salah satu dari negara yang penanganan Covid dan pemulihan ekonomi berjalan sejalan,” tambah Airlangga.