Komunikasi Politik Nasdem-Demokrat-PKS Kian Intens
Relasi antara Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera masih dalam taraf membangun kesepahaman atau satu tingkat sebelum membuat kesepakatan. Namun, ketiganya akan tingkatkan intensitasnya bahas capres.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
JAKARTA, KOMPAS — Partai Keadilan Sejahtera membenarkan, pihaknya akan segera membentuk tim kecil untuk meningkatkan intensitas komunikasi politik dengan Partai Nasdem dan Partai Demokrat dalam menghadapi Pemilu 2024. Adapun Demokrat, mengakui bahwa komunikasi semakin intens dilakukan dengan Nasdem.
Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Habib Aboe Bakar Al Habsyi mengatakan, untuk menindaklanjuti komunikasi politik yang belakangan dibangun oleh PKS, Partai Nasdem, dan Partai Demokrat, akan dibentuk tim kecil. Pembentukan tim dinilai penting untuk membahas lebih jauh rencana kerja sama, karena sejauh ini pembicaraan belum menghasilkan pokok yang bisa mengikat ketiganya.
”Harus dibuat tim-tim kecil itu, penting supaya bisa berbicara lebih jauh tentang apa pun, (karena) belum ada yang mengikat,” kata Aboe ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (6/7/2022).
Baca juga: Tim Kecil Nasdem-Demokrat-PKS Dalami Usulan Capres
Ia menambahkan, tim yang dimaksud tidak berfokus untuk membahas persoalan calon presiden (capres) yang akan diusung saja. Lebih dari itu, tim nantinya akan membicarakan banyak hal untuk mencari kesepahaman hingga bisa mencapai titik temu antarparpol dalam mengambil keputusan. Selain itu, waktu pendaftaran capres masih panjang. Tidak ada alasan untuk terburu-buru dalam menentukan sosok capres.
Harus dibuat tim-tim kecil itu, penting supaya bisa berbicara lebih jauh tentang apa pun, (karena) belum ada yang mengikat.
Sebelumnya, Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya mengatakan, hubungan kerja sama antara Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) masih dalam taraf membangun kesepahaman atau satu tingkat sebelum membuat kesepakatan. Namun, ketiga parpol akan meningkatkan intensitas komunikasi. Dalam waktu dekat, Nasdem, Demokrat, dan PKS, disebut akan mengadakan pertemuan untuk membahas capres yang akan diusung pada 2024.
”Menurut rencana, akan ada pertemuan lagi dalam waktu dekat, tetapi tidak sebesar seperti kemarin itu, kan, rombongan besar-besaran. Mungkin lebih tim kecil untuk mendalami itu (soal capres),” ujar Willy.
Menurut rencana, akan ada pertemuan lagi dalam waktu dekat, tetapi tidak sebesar seperti kemarin itu, kan, rombongan besar-besaran. Mungkin lebih tim kecil untuk mendalami itu (soal capres).
Berdasarkan hasil Rakernas 2022, Nasdem telah memilih tiga bakal capres yang akan didukung pada 2024. Mereka adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Di internal PKS, lanjut Aboe, penentuan capres yang akan diusung akan diputuskan oleh majelis syuro. Sebelumnya, partai terlebih dulu harus menghimpun suara dari seluruh pengurus wilayah untuk dipertimbangkan. Namun, ia belum bisa memastikan kapan majelis syuro akan digelar. Sebab, sepanjang 2022 ini, masih ada dua hingga tiga pertemuan lagi sebelum majelis syuro digelar.
”PKS sangat cermat dalam memutuskan, karena kami tahu ini parpol kecil. Tidak seperti orang-orang yang sudah gagah dan sudah punya segala macam, kami belum, kami sederhana saja. Semua orang butuh kami juga, kok,” kata Aboe.
Penjajakan untuk berkoalisi tidak hanya dibangun dengan Nasdem dan Demokrat. PKS juga berkomunikasi dengan parpol lain, termasuk yang sudah tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). KIB dibentuk oleh Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), untuk menghadapi Pilpres 2024.
PKS sangat cermat dalam memutuskan, karena kami tahu ini parpol kecil. Tidak seperti orang-orang yang sudah gagah dan sudah punya segala macam, kami belum, kami sederhana saja. Semua orang butuh kami juga, kok.
Menurut Aboe, ini memang masa bagi parpol untuk melakukan penjajakan. Oleh karena itu, pihaknya juga tidak ambil pusing jika komunikasi dengan parpol lainnya juga tidak berakhir sesuai harapan. Dengan PKB, misalnya, meski sebelumnya sempat mewacanakan pembentukan Koalisi Semut Merah, belakangan PKB justru sepakat untuk bekerja sama dengan Partai Gerindra. ”Santai saja, kami biasa, ada yang bertepuk sebelah tangan, ada yang bersama. Tunggu saja keputusan nanti,” ujarnya.
Aktif buka komunikasi
Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menyampaikan, di Partai Demokrat, Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY memimpin sendiri proses pembentukan koalisi. Sebab, kewenangan untuk memutuskan koalisi berada di Majelis Tinggi Partai (MTP) di mana AHY secara ex officio juga merupakan wakil ketua MTP Demokrat.
Saat ini, lanjut Herzaky, Demokrat terus aktif membuka komunikasi dengan seluruh partai politik. Ia mengakui, dengan beberapa partai politik, komunikasi tersebut berjalan dengan sangat intens. ”Sudah ada perwakilan dari kami yang mengemban amanah bertemu secara intens dengan perwakilan beberapa partai politik itu, untuk mengarah kepada mutual trust dan kesepakatan koalisi,” ujarnya.
Anggota MTP Demokrat Syarief Hasan mengungkapkan, salah satu komunikasi yang sangat intens itu dilakukan dengan Partai Nasdem. Meski demikian, ia menyebut, pembicaraan tersebut belum sampai pada penentuan sosok calon presiden dan calon wakil presiden yang akan diusung pada Pilpres 2024.
Kami belum sampai bicara soal mungkin atau tidak mungkin sosok capres tertentu, tetapi bicara bagaimana agar kesamaan platform dalam membangun bangsa ini semakin dipertemukan. Hal itu kita persamakan dulu.
”Kami belum sampai bicara soal mungkin atau tidak mungkin sosok capres tertentu, tetapi bicara bagaimana agar kesamaan platform dalam membangun bangsa ini semakin dipertemukan. Hal itu kita samakan dulu,” tutur Syarief.
Baca juga: Nasdem dan Demokrat Jajaki Ruang Koalisi
Terlepas dari hal itu, Syarief meyakini, parpol lain akan memperhitungkan Demokrat dalam membangun suatu koalisi karena mengacu pada elektabilitas Demokrat dan sosok AHY yang semakin meningkat. Namun, ia menegaskan, dalam penentuan koalisi, itu bukan persoalan siapa pasangan capres-cawapresnya, melainkan koalisi itu harus mampu membuat pasangan yang diusung dan juga partai pengusungnya menjadi menang.
”Jadi bukan hanya berpasangan. Namun intinya, berpasangan tetapi menang,” ucap Syarief.