Presiden: Gotong Royong Jadi Strategi Hadapi Krisis
”Tanpa gotong royong, kita akan kesulitan menghadapi kompetisi global. Kita harus ingat, kompetisi saat ini terjadi di hampir semua sektor, dari hulu sampai hilir,” kata Presiden Jokowi di Rakernas PDI-P di Jakarta.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengingatkan beratnya tantangan bangsa saat ini. Berbagai krisis melanda akibat pandemi Covid-19 serta perang antara Rusia dan Ukraina. Untuk menghadapi berbagai krisis tersebut, Presiden mengajak seluruh anak bangsa untuk bergotong royong dan membangun ketahanan pangan nasional.
Presiden Joko Widodo dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II Tahun 2022 di Sekolah Partai, Jakarta, Selasa (21/6/2022), mengatakan, dunia termasuk Indonesia kini diliputi ketidakpastian dan dalam keadaan sangat sulit. Beberapa krisis muncul bertubi-tubi akibat pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina yang tak kunjung berakhir.
Bermula dari krisis pangan, kini telah memasuki krisis energi dan krisis keuangan. Diprediksi, setidaknya perekonomian 60 negara akan ambruk. Untuk itu, seluruh pihak harus tetap waspada.
Presiden meyakini, semangat gotong royong yang dimiliki bangsa Indonesia bisa menjadi modal yang besar bagi bangsa ini melewati berbagai krisis. Masing-masing pihak, menurut dia, harus berperan sesuai keahlian, keunggulan masing-masing, dan saling bekerja sama, berkolaborasi, bersinergi, untuk menghasilkan karya besar.
”Tanpa gotong royong, kita akan kesulitan menghadapi kompetisi global. Kita harus ingat, kompetisi saat ini terjadi di hampir semua sektor, dari hulu sampai hilir, tak hanya di ekonomi, bisnis, tetapi juga sumber daya manusia, sains, teknologi, termasuk kompetisi dalam menghadapi krisis pangan dan krisis global,” tutur Jokowi.
Rakernas II ini dihadiri langsung oleh Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Hadir dalam rakernas, antara lain, Ketua DPP PDI-P Prananda Prabowo, Ketua DPP PDI-P yang juga Ketua DPR Puan Maharani, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, serta seluruh pengurus struktural DPP PDI-P dan pengurus DPD dari seluruh Indonesia.
Presiden menambahkan, di organisai partai politik pun gotong royong juga dibutuhkan. Masing-masing kader pasti mempunyai keunggulan masing-masing. Ada yang brilian di lapangan, ada pula yang brilian dalam merumuskan strategi. Ada yang kuat di eksektuif, ada pula yang kuat di legislatif.
”Masing-masing bertugas sesuai dengan keunggulan masing-masing, saling bersinergi untuk satu target yang sama. Inilah nanti goal-nya, yaitu kesuksesan besar, kemenangan besar. Itulah strategi Indonesia ke depan dalam memenangkan kompetisi. Strateginya, gotong royong,” tutur Jokowi.
Di samping itu, Presiden juga mengajak anak bangsa untuk bergotong royong membangun kemandirian pangan. Dengan begitu, Indonesia dapat berdikari di urusan pangan di tengah tantangan krisis global. ”Kedaulatan pangan, ketahanan pangan betul-betul harus menjadi konsentrasi dan fokus kita ke depan,” katanya.
Ia menyebut, setiap daerah harus memiliki keunggulan pangan masing-masing, sesuai karakteristik tanah, kondisi masyarakat, serta tradisi makan warganya. Daerah tidak boleh dipaksa untuk beralih dari karakteristik daerahnya karena setiap daerah memiliki karakter yang berbeda-beda.
Provinsi Papua, misalnya. Tanah di sana sangat cocok untuk menanam sagu. Tradisi makanan pokok di Papua juga sagu. Karena itu, menurut Presiden, janganlah warga Papua dipaksa untuk menanam padi dan makan nasi.
”Jangan kita paksa untuk keluar dari kekuatannya, dari karakternya, Apalagi, kalau kita tahu, sagu itu makanan yang paling sehat karena tidak mengandung gula. Ini nanti yang akan dikejar oleh negara-negara lain. Hal-hal yang seperti ini yang kita sering lupa,” ucap Jokowi.
Kemudian, di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tanah di sana sangat bagus untuk sorgum dan jagung. Bahkan, tanpa air yang banyak, sorgum di NTT tumbuh sangat subur. Karena itu, jika warga NTT diminta bergeser ke beras, itu merupakan kesalahan yang sangat fatal.
Presiden menegaskan, jika masing-masing daerah bergerak sesuai dengan kekuatan dan karakternya, Indonesia akan mampu membangun kekuatan besar di sektor pangan. Produksi pangan akan melimpah dan diversifikasi pangan juga bisa dipertahankan. ”Inilah kekuatan besar bangsa kita. Rakyat harus terus diajak berproduksi,” ucapnya.
Megawati Soekarnoputri sependapat dengan Presiden bahwa penguatan desa sangat dibutuhkan saat ini. Sebab, desa merupakan sebuah tempat rakyat bergerak dari bawah. Ia mengutip pernyataan Presiden Pertama RI Soekarno yang menyebutkan bahwa sokoguru Indonesia adalah kaum petani.
”Jangan dilupakan itu bahwa apa yang namanya kedaulatan pangan harus benar-benar dilaksanakan karena beliau (Presiden Soekarno) telah memberikan arahan dari keadaan dunia bisa menghadapi krisis ekonomi, termasuk kelaparan yang menurut saya sangat membahayakan sekali,” ujar Megawati.
Megawati pun berharap kedaulatan pangan dapat segera dieksiskan. Ia meyakini, jika bangsa ini mampu berdaulat secara pangan, rakyat akan sejahtera.