Mengintip ”Dapur” Media Sosial TNI AD
Akun media sosial militer, seperti akun-akun TNI AD, berkembang pesat dalam tiga tahun terakhir. Dinamika ini juga bisa menunjukkan dinamika hubungan rakyat dengan TNI AD.
![Jenderal (TNI) Andika Perkasa saat masih menjabat Kepala Staf TNI AD bersama semua Komandan Korem dan Komandan Kodim di Mabes TNI AD, Desember 2020.](https://cdn-assetd.kompas.id/s76HMjAxNtJEdJocMQARgUwgL_g=/1024x473/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F04%2FScreen-Shot-2021-11-04-at-12.09.25_1636002590_png.jpg)
Jenderal (TNI) Andika Perkasa saat masih menjabat Kepala Staf TNI AD bersama semua Komandan Korem dan Komandan Kodim di Mabes TNI AD, Desember 2020.
Pertengahan Januari 2022, gedung tua di bagian belakang Markas Besar TNI AD di Jakarta Pusat terlihat lengang. Tembok tebal yang dicat putih dengan tangga kayu jati yang kokoh menegaskan kalau gedung itu cagar budaya.
Di pojok di bawah tangga ada ruangan sempit yang dulu menjadi kantor Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono saat ia masih menjadi perwira penulisan strategis. Di pojok atas ada ruangan dengan jendela berbingkai kayu, tempat Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa pertama kali mendapat pangkat bintang di bahunya.
Rupanya, para penghuni gedung itu sedang rapat. Mereka adalah tim Dinas Penerangan TNI AD yang bertugas di garis depan TNI AD dalam perang informasi di dunia maya. Rapat tim diadakan dengan santai tanpa banyak protokol.
Kepala Dinas Penerangan Brigjen (TNI) Tatang Subarna duduk di tengah, dikelilingi oleh para anggotanya. Sesekali mereka bercanda, termasuk ketika ”Sang Ketua”, fotografer yang usianya paling tua, didaulat untuk bercerita tentang akhir pekannya.
Baca juga: Akrobat Tentara di Dunia Maya
![Prajurit TNI Angkatan Darat mengikuti apel gelar pasukan di Monumen Nasional, Jakarta, Selasa (25/1/2022).](https://cdn-assetd.kompas.id/ktqiV3mqdXO8rJTz1mw1mg31d0I=/1024x614/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F01%2F25%2F4d0dffd4-82f2-4d03-b2e1-757b68fad3cf_jpg.jpg)
Prajurit TNI Angkatan Darat mengikuti apel gelar pasukan di Monumen Nasional, Jakarta, Selasa (25/1/2022).
Ada beberapa ruangan tempat pengolahan konten-konten digital. Yang mengelola adalah prajurit TNI AD, mulai dari yang sangat muda hingga sangat senior. Muhammad Taufik, berpangkat serda, baru dua tahun masuk TNI AD setelah lulus dari SMK. Masuk 2020, ia langsung bergabung dengan tim video TNI AD. Tugasnya mengedit video. Maklum, ia masuk lewat jalur khusus ketika TNI AD merekrut anak-anak muda unggulan dengan kemampuan khusus multimedia.
”Ada juga yang soal listrik atau olahraga,” kata Taufik.
Taufik masuk ke TNI awalnya iseng saja. Lulusan SMK Teknik Mesin itu kini bisa mengedit empat video yang durasinya masing-masing 3-4 menit setiap hari. Kalau mau melihat karya Taufik bisa disimak di kanal Youtube atau Instagram TNI AD.
Bagi Taufik, video yang paling berkesan adalah saat ia ikut mengedit video tentang Letkol Junisar Hutasoit. Junisar yang setahun lagi pensiun itu sudah 15 tahun bermimpi untuk menjadi kolonel. Namun, ia selalu gagal masuk Seskoad. Dalam video berdurasi 11 menit 35 detik di September 2021 itu terlihat Jenderal Andika Perkasa yang saat itu menjadi Kepala Staf TNI AD menyuruh asisten personalia merealisasikan mimpi Junisar. ”Terharu lihatnya,” cerita Taufik.
![Sisi humanis jadi penekanan akun-akun media sosial TNI AD, 7 Februari 2022.](https://cdn-assetd.kompas.id/FrDOKcjrKRhW9CWZ9vs_Mpn3CPw=/1024x781/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F02%2F08%2Fda24f783-6330-46d5-ab18-eae35f64fd3d_png.png)
Sisi humanis jadi penekanan akun-akun media sosial TNI AD, 7 Februari 2022.
Dulu Betacam
Lain lagi cerita Teguh Kuswanto, yang masuk Dispen TNI AD sejak 1994. Ia mulai sebagai juru kamera dengan kamera dan film analog. ”Dulu dari kaset ke kaset, kalau bikin dokumentasi A sampai Z. Videonya untuk kebutuhan internal, paling kita share ke TVRI, kirim pake Betacam,” ujar Teguh.
Tahun 2005 ia ingat Dispenad mulai menggunakan sistem komputerisasi. Saat itulah Teguh mulai belajar menggunakan perangkat lunak untuk mengedit video dan foto. Ia bercerita, sebagai editor, tantangan paling berat itu kalau bahan-bahan dari lapangan kurang. Kebingungan menerpa karena harus ditayangkan.
Ia mengatakan, tim di Dispenad saling belajar karena banyak yang otodidak. Belakangan, walau keterampilan teknis meningkat, ada satu hal yang perlu jam terbang tinggi, yaitu soal rasa. ”Di TNI, kan, banyak pakemnya. Sering kali kita juga harus berani bilang ke atasan kalau perlu ada pendekatan yang baru. Tapi, yang harus dijaga itu soal rasa,” kata Teguh.
Menangani media sosial TNI AD bukan hal yang mudah. Ada banyak batasan dan tuntutan, alias tidak sebebas atau sama suasananya dengan akun komersial atau bahkan pemerintah. Akibatnya, kerap dibutuhkan waktu yang relatif lama. ”Kami ada tim kreatif yang merancang dan kemudian review. Ada enam kolonel, lalu dikirim ke Kadispenad, lalu abis itu ke pimpinan,” kata Kolonel Maskun, Kasubdis Media Elektronik.
![Situs Analisis Socialblade menunjukkan pertambahan jumlah pengikut akun youtube TNI AD dan jumlah penonton kanal youtube TNI AD, dalam tiga tahun terakhir, Selasa (8/12).](https://cdn-assetd.kompas.id/mMxySUaaYlbhMfNYuMrUcdYPcnY=/1024x620/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F02%2F08%2F3fd9f212-6931-4304-a1c1-f3f65b16c54e_png.png)
Situs Analisis Socialblade menunjukkan pertambahan jumlah pengikut akun youtube TNI AD dan jumlah penonton kanal youtube TNI AD, dalam tiga tahun terakhir, Selasa (8/12).
Kalau semua peninjauan itu mulus, konten bisa dimuat. Kalau ada penambahan atau pengurangan, terpaksa butuh waktu lebih lama. Maskun mengatakan, secara teknis tim Dispenad sudah lebih dari mampu. Apalagi, sejak awal sudah ada konsep dari tim kreatif, sampai skrip dan rancangan voice over. Biasanya juga ada tim awal yang mengambil cuplikan-cuplikan untuk ilustrasi video.
”Walau memang kondisi di lapangan biasanya berbeda,” kata Maskun.
Menurut Tatang Subarna, salah satu tantangan Dispenad adalah bagaimana terus berkembang. Hal ini bisa diisi dengan kerja sama dengan pihak luar, termasuk sipil. Ia ingin timnya lebih terbuka, saling ngobrol dengan pihak luar, dan saling memberi masukan. Apalagi, ia sadar kalau tentara biasanya memegang senjata. Namun, di era teknologi ini, informasi kian penting dalam peperangan.
”Kita harus banyak teman, banyak ngobrol dengan orang-orang yang memang bidangnya media,” kata Tatang.
Ia juga mengakui bahwa kecepatan masih harus diperbaiki timnya. Saat ini ada ketidakefisienan dari sisi SDM, di mana setiap orang mengerjakan satu hal atau memegang satu alat. Sementara di dunia luar, satu orang bisa memotret, mengambil video, mengedit, bahkan sekaligus menulis.
Saat ini, untuk mengimbangi masalah kecepatan itu, penekanan konten media sosial TNI AD adalah memperbanyak materi feature atau dokumentasi yang banyak menggarap sisi humanis tantara. Isi kontennya, walau ringan, menyentuh, bisa memberi inspirasi dan memotivasi.
”Pesannya, tentara memang keras dan tegas. Tapi, ada sisi-sisi humanisnya. Jadi, jangan dilihat kerasnya saja. Nah, humanis ini banyak keliatan di tugas-tugas teritorial. Teritorial ini bentuk nyata dari jati diri TNI, yaitu tentara rakyat,” kata Maskun.
Untuk menyampaikan pesan itu, selain menggunakan berbagai media sosial, seperti Facebook, Instagram, Twitter dan Youtube, TNI AD juga membuat beberapa kanal. Misalnya ada Kartika Channel atau Bulletin yang menggali hal-hal humanis di sekitar keluarga besar TNI AD. Hal-hal seperti ini sulit direkayasa, tetapi tampilannya bisa diperbaiki. Terkadang ada juga video-video yang diambil prajurit TNI tanpa sengaja ternyata menjadi viral.
![Situs socialblade menunjukkan jumlah penambahan pengikut akun IG TNI AD dalam tiga tahun terakhir, Selasa (8/2).](https://cdn-assetd.kompas.id/olqJgNyZjKDoVvmdpYOoCESzD3s=/1024x384/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F02%2F08%2F6258afc6-9d62-4bb5-8bf6-ee8ac70fbb60_png.png)
Situs socialblade menunjukkan jumlah penambahan pengikut akun IG TNI AD dalam tiga tahun terakhir, Selasa (8/2).
Biasanya video itu lalu diunggah ke media sosial TNI AD tanpa banyak diedit lagi. Paling-paling tim diminta untuk menambah stok gambar suasana agar bisa jadi cerita. Ada juga daerah-daerah yang sulit didatangi, seperti Papua, Dispenad meminta pasukan yang tengah ada di sana untuk membuat konten. Demikian juga ketika ada acara-acara besar, seperti Garuda Shield, pasukan yang ikut latihan diminta untuk bikin konten juga.
”Banyak yang seneng juga, apalagi mereka, kan, banyak yang milenial. Paling kita arahkan biar standarnya gak jomplang,” kata Maskun.
Bukan alat politik
Perkembangan media sosial TNI AD tidaklah mendadak terkenal. Mereka sudah ada sejak 2004. Akan tetapi, perkembangan memang melesat dalam dua tahun terakhir. Selain soal konten, Dinas Penerangan TNI AD sudah bisa membuat strategi konten sesuai dengan segmen pemirsa. Kanal Youtube TNI AD kini telah memiliki sekitar 1,4 juta pelanggan, Instagram 1 juta, dan Twitter yang punya 362.000 pengikut.
Walau tentunya masih mengikuti pakem TNI AD yang relatif konservatif, adanya anak-anak muda dalam tim membuat penampilan media sosial TNI AD lebih segar, seperti Muhamad Taufik yang diceritakan di awal tulisan ini. Ada juga senior-senior yang terus senang belajar, seperti Erich Apriyanto. Pria yang kini berpangkat letnan dua ini bercerita, dirinya sebenarnya tidak punya dasar ilmu grafis ketika masuk Dispen TNI AD tahun 2019. Namun, dia memang suka seni. Oleh karena itu, sejak masuk TNI AD tahun 2002 di Dinas Informasi dan Pengolahan Data, ia banyak belajar tentang website.
![Ilustrasi ragam media sosial](https://cdn-assetd.kompas.id/xKxyotsIi3aJuwQH5dfuG5rSosA=/1024x768/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F09%2F11%2F84c226a8-ccd9-4b6f-a1ce-6285d93272fc_jpg.jpg)
Ilustrasi ragam media sosial
Masuk Dispenad, ia belum tahu apa-apa. Akan tetapi, situasi yang egaliter membuatnya cepat belajar dari teman-teman baik yang muda ataupun tua. Ada juga teman-teman di luar TNI yang memberinya referensi sehingga ia punya selera yang relatif luas.
Ia mengatakan, memang kesukaannya pada seni membuatnya senang belajar baik dari teman, Youtube, bahkan buku. Yang penting, katanya, ada kemauan untuk belajar, mau bertanya, dan tidak merasa paling pintar. Bagi Erich, grafis adalah keindahan yang menyentuh perasaan orang lain. Ia mengakui, ada kalanya petinggi di TNI AD seleranya masih seperti dulu. ”Ya kita pelan-pelan bawa perubahan satu dulu. Kalau gak ikutin zaman, generasi sekarang kan jadi males, ditinggal kita,” kata Erich.
Tidak selalu mudah membangun media sosial militer. Sering kali netizen Indonesia bisa nyinyir sampai tak terbatas. Di era demokrasi ini, tidak strategis bagi TNI AD untuk menanggapinya. Namun, jangan dikira mereka tidak melakukan analisis agar konten berikutnya bisa lebih baik lagi.
”Yang kita perhatikan komentar-komentar, kata seorang prajurit tentang dinamika media sosial TNI AD belakangan ini.
Baca juga: TNI AD Kerahkan Pasukan Cegah Radikalisme
![KSAD Jenderal (TNI) Dudung Abdurachman (tengah) dalam apel gelar pasukan TNI AD yang dihadiri lebih dari 2.500 prajurit dan komandan satuan tempur jajaran Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Komando Pasukan Khusus (Kopassus), dan Kodam Jayakarta yang berada di wilayah Jabodetabek di Lapangan Monas, Jakarta, Selasa (25/1/2022).](https://cdn-assetd.kompas.id/5FTCT0pvcINLjSMy9SH--Fss-oU=/1024x768/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F01%2F25%2F26ca2b15-e8c0-4077-b38c-2ef4cb1bc01c_jpg.jpg)
KSAD Jenderal (TNI) Dudung Abdurachman (tengah) dalam apel gelar pasukan TNI AD yang dihadiri lebih dari 2.500 prajurit dan komandan satuan tempur jajaran Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Komando Pasukan Khusus (Kopassus), dan Kodam Jayakarta yang berada di wilayah Jabodetabek di Lapangan Monas, Jakarta, Selasa (25/1/2022).
Belakangan ini, misalnya, konten yang terkait KSAD Jenderal Dudung Abdurachman kerap kali diserang netizen. Kalau sudah begitu, jajaran Dispenad memang kelabakan. Antara memberi klarifikasi atau diam saja pun sudah menjadi pilihan yang sulit.
Realitasnya memang setiap pimpinan tentunya memiliki ciri dan kekhasan masing-masing sehingga dinamika menjadi sangat tinggi. Kreativitas dan inovasi sangat dibutuhkan.
Di atas segalanya, apa pun tantangannya, apa pun teknologinya, tujuannya adalah menjadikan TNI AD sebagai tentara rakyat. Ini berarti TNI AD bukan tentara partai politik, atau dikuasai oleh kepentingan politik segelintir orang karena hal ini akan merusak TNI dan membahayakan seluruh bangsa.