Antara Bantuan Tunai dan Harga Komoditas dalam Setiap Kunjungan Presiden
Kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Kabupaten Muara Enim dan Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, diselingi pemberian bantuan tunai. Bantuan diberikan karena banyaknya PKL yang terpuruk akibat pandemi Covid-19 di Tanah Air.
Kunjungan kerja Presiden Joko Widodo, Senin (24/1/2022), menyambangi dua kabupaten/kota di Sumatera Selatan, yaitu Kabupaten Muara Enim dan Kota Pagar Alam.
Di Muara Enim, selain meresmikan dimulainya pembangunan fasilitas pengolahan batubara menjadi dimetil eter, Presiden juga mengunjungi Pasar Baru Tanjung Enim. Sorenya, seusai meninjau penggunaan energi baru terbarukan di Kota Pagar Alam, Presiden juga ke pasar, Pasar Dempo Permai, Pagar Alam.
Di kedua pasar tersebut, Presiden membagikan amplop. Ini bantuan tunai senilai Rp 1,2 juta yang disiapkan untuk pelaku usaha mikro yang kebanyakan berada di sektor informal. Pedagang pasar, pengusaha warung, dan pedagang kaki lima (PKL) yang terguncang usahanya akibat pandemi Covid-19 mendapat bantuan.
Kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke daerah di masa pandemi memang selalu diselingi pemberian bantuan tunai. Harapannya, modal bertambah, pelaku usaha mikro bertahan dan lebih baik lagi bisa meningkatkan usahanya.
Santi, salah satu pedagang di Pasar Tanjung Enim, mengatakan sangat terbantu dengan adanya suntikan modal tersebut. ”Ini digunakan buat modal lagi sebab di tengah pandemi Covid ini, modal kami sudah tidak ada. Untung ada Pak Jokowi,” ujarnya.
Baca juga : Pandemi dan Ekonomi
Sembari membagikan bantuan, Presiden Jokowi tak lupa menanyakan harga sembako di Pasar Baru Tanjung Enim. Presiden pun menyempatkan membeli cabai merah sebanyak 2 kilogram. Santi pun gembira sebab Presiden membayar dengan dua lembar uang seratus ribuan. Tentu saja, tak perlu kembalian untuk transaksi ini.
Sembari membagikan bantuan, Presiden Jokowi tak lupa menanyakan harga sembako di Pasar Baru Tanjung Enim. Presiden pun menyempatkan membeli cabai merah sebanyak 2 kilogram. Santi pun gembira sebab Presiden membayar dengan dua lembar uang seratus ribuan. Tentu saja, tak perlu kembalian untuk transaksi ini.
Fitri, pedagang tempe di Pasar Tanjung Enim, juga gembira. Bantuan tersebut sangat berharga untuk menambah modal. ”Terima kasih Bapak, sudah turun langsung ke sini,” ujarnya.
Dalam pembagian bantuan ini, Presiden Jokowi pun sekaligus mengecek harga berbagai komoditas di lapangan secara langsung. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru, dan Penjabat Bupati Muara Enim Nasrun Umar yang mendampingi pun ikut memantau dialog Presiden dengan para pedagang.
Dari Pagar Alam, Presiden Joko Widodo melanjutkan kunjungan kerja ke Kepulauan Riau. Dengan pesawat kepresidenan-1, Presiden dan rombongan terbatas tiba di Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II, Kota Palembang, Senin jam 18.00 dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Bintan, kemudian menginap.
Dalam catatan Kompas, sejak pandemi Covid-19 menerpa, banyak usaha kecil, seperti warung dan usaha kaki lima, terimbas dan tutup. Untuk mencegah semakin banyaknya usaha kecil yang terpuruk, Presiden Jokowi memberikan bantuan kepada PKL dan pemilik warung di setiap daerah yang dikunjungi. Daerah pertama yang didatangi adalah kawasan wisata Malioboro, Kota Yogyakarta, pada awal Oktober lalu. Dalam kunjungan tersebut, Presiden meresmikan pemberian bantuan kepada para PKL dan pemilik warung kecil. Total ada 1 juta PKL dan pemilik warung di Indonesia yang akan menerima bantuan tunai sebesar Rp 1,2 juta.
Pertama kali dibagikan
Berdasarkan pantauan Kompas, Presiden datang ke kawasan wisata Malioboro dengan berjalan kaki dari Istana Kepresidenan Yogyakarta. Istana yang sering disebut sebagai Gedung Agung itu berlokasi di dekat kawasan wisata Malioboro sehingga Presiden tak perlu berjalan jauh. Setelah keluar dari Istana Kepresidenan Yogyakarta, Presiden berjalan kaki menyusuri trotoar sisi barat Jalan Malioboro. Presiden didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X, dan Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti (Kompas, 20 Oktober 2021).
Dalam kunjungan itu, Presiden tercatat bertemu dan berdialog dengan sejumlah PKL di kawasan wisata Malioboro. Presiden juga menyaksikan pemberian bantuan uang tunai kepada sejumlah PKL Malioboro yang dilakukan oleh Airlangga.
Di seluruh Indonesia nanti sebanyak 1 juta PKL dan (pemilik) warung diberikan bantuan sebesar Rp 1,2 juta. Menurut hitungan kami, bantuan itu cukup,
Presiden menyatakan, total PKL dan pemilik warung kecil yang akan menerima bantuan itu sebanyak 1 juta orang. Para PKL dan pemilik warung kecil itu akan mendapat bantuan berupa uang tunai sebesar Rp 1,2 juta. ”Di seluruh Indonesia nanti sebanyak 1 juta PKL dan (pemilik) warung diberikan bantuan sebesar Rp 1,2 juta. Menurut hitungan kami, bantuan itu cukup,” kata Presiden.
Baca juga : Kebijakan Mitigasi Ekonomi Pandemi Covid-19
Menurut Presiden, bantuan tersebut pertama kali diberikan kepada para PKL dan pemilik warung kecil di kawasan wisata Malioboro. Adapun penyaluran bantuan akan dilakukan oleh TNI dan Polri. ”Dengan mengucap bismillahir-rahmanir-rahim, bantuan tunai untuk pedagang kaki lima dan warung-warung kecil lewat TNI dan Polri saya nyatakan dimulai,” ucap Presiden waktu itu.
Bendera putih dipahami oleh masyarakat sebagai tanda berkabung dan kematian. Secara universal, dipahami sebagai tanda menyerah. Hal itulah yang hari-hari ini dirasakan komunitas dan pengusaha di kawasan Malioboro.
Bantuan itu tentu melegakan para pedagang di mana pun. Berbulan-bulan yang lalu mereka sempat mengibarkan bendera putih karena terpuruk dan menyerah. Di Yogyakarta, misalnya, sejumlah PKL di kawasan wisata Malioboro, memasang bendera putih sebagai tanda berkabung dan menyerah karena kondisi perekonomian mereka terpuruk akibat pandemi Covid-19. Untuk itu, Pemerintah Daerah DI Yogyakarta pun didesak segera memberikan bantuan agar para PKL di Malioboro bisa mempertahankan usahanya. Sejumlah bendera putih itu dipasang di sisi timur kawasan Malioboro. Bendera-bendera putih itu dipasang di pagar pohon di kawasan wisata favorit di Yogyakarta tersebut.
”Bendera putih dipahami oleh masyarakat sebagai tanda berkabung dan kematian. Secara universal, dipahami sebagai tanda menyerah. Hal itulah yang hari-hari ini dirasakan komunitas dan pengusaha di kawasan Malioboro,” ujar Ketua Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro Desio Hartonowati waktu itu.
Pandemi Covid-19 telah menghadirkan dampak ekonomi dan sosial yang sangat besar bagi para PKL di Tanah Air, termasuk di Sumsel. Akibat pandemi, pendapatan para PKL menurun signifikan. Bahkan, selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat pada 3-20 Juli lalu, sejumlah kawasan ditutup sehingga para PKL sama sekali tak bisa berjualan.