Al Araf, dari Pertanahan ke Pertahanan

Kemarahan Al Araf terhadap ketidakadilan menggerakkan dia untuk menulis buku pertamanya, ”Perebutan Kuasa Tanah” (2001), dengan pengantar oleh aktivis HAM almarhum Munir Said Thalib.

DIAN DEWI PURNAMASARI

Aktivis reformasi sektor pertahanan dan keamanan Al Araf saat ditemui di Jakarta, Rabu (19/1/2022).

Aktivis reformasi pertahanan dan keamanan, Al Araf punya cerita spesial terkait dengan perjalanan advokasinya. Saat mahasiswa semester VI-VII, Araf sudah akrab dengan advokasi konflik tanah di Malang, Jawa Timur. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Brawijaya itu kerap mendampingi petani saat berkonflik tanah dengan perusahaan ataupun pemerintah.

Dia geregetan karena petani memiliki bukti dan data yang kuat, tetapi selalu kalah di pengadilan. Kemarahannya terhadap ketidakadilan itulah yang menggerakkan dia untuk menulis buku pertamanya, Perebutan Kuasa Tanah (2001), dengan pengantar oleh aktivis HAM almarhum Munir Said Thalib.

Araf kemudian masuk ke lembaga nirlaba Imparsial dan banting setir meneliti isu terorisme, reformasi sektor keamanan, dan kasus pelanggaran HAM. Dia kemudian melanjutkan studi di Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Manajemen Pertahanan, lalu mendapat beasiswa kuliah dan riset doktoral di Jerman. Kini, pria yang akrab disapa Aal itu menjadi Ketua Badan Pengurus Centra Initiative.

”Studi fellow research di Jerman itu yang semakin mematangkan saya pada isu terorisme, pertahanan, dan keamanan. Dari situ saya juga sempat mengajar di Universitas Pertahanan (Unhan), walau kemudian dipecat karena dua tulisan opini saya yang dianggap terlalu kritis oleh rektorat, ha-ha-ha,” kata Al Araf saat ditemui, Rabu (19/1/2022).