Suara ledakan bom berasap merah mengiringi proses penyematan Brevet Komando untuk warga kehormatan Kopassus, yakni KSAD Jenderal Dudung Abdurachman. Ajang satuan elite TNI ini pun menarik perhatian publik.
Oleh
Kurnia Yunita Rahayu
·4 menit baca
Prosesi penyematan Brevet Komando untuk para warga kehormatan Komando Pasukan Khusus tak hanya menjadi ajang bagi satuan elite TNI itu menampilkan kemampuan profesionalnya, tetapi juga sisi kreatif yang menarik perhatian. Kali ini, para prajurit membawa Brevet Komando, Antitetor, dan Para Utama yang akan disematkan kepada Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Dudung Abdurachman dalam aksi terjun bebas dari ketinggian 4.000 kaki.
Dentuman demi dentuman bom terdengar menggelegar dan menggetarkan kompleks Markas Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat, Cijantung, Jakarta Timur, Selasa (21/12/2021) siang. Bersamaan dengan suara ledakan, bom asap merah dan jingga juga meletus mewarnai kawasan tersebut. Sejumlah warga yang melintas di Jalan RA Fadillah, tempat markas Kopassus berada, menghentikan perjalanannya untuk menyaksikan apa yang terjadi dari pagar markas yang berbatasan dengan jalan itu.
Tak lama berselang, sebuah helikopter tempur bolak-balik melintas lalu menerjunkan lima prajurit secara bergantian. Di bawah payung udara masing-masing, para peterjun membawa bendera yang berbeda, mulai dari bendera Kopassus, Kartika Eka Paksi, hingga bendera Merah Putih. Satu per satu mendarat di Lapangan Utama Markas Kopassus disambut tepuk tangan meriah para warga.
Namun, aksi itu belum selesai. Sersan Dua (K) Safira menutup atraksi terjun bebas dari ketinggian 4.000 kaki dengan membawa Brevet Komando, Antiteror, dan Para Utama serta baret merah dan pisau komando emas yang akan diberikan kepada Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman sebagai warga kehormatan Kopassus.
Oleh Komandan Jenderal Kopassus Mayor Jenderal Teguh Muji Angkasa, brevet dan baret dari ”langit” itu kemudian disematkan kepada Dudung dalam upacara yang dipimpin Kolonel (Inf) Anwar yang juga menjabat Wakil Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan Khusus (Pusdiklatpassus).
Oleh Komandan Jenderal Kopassus Mayor Jenderal Teguh Muji Angkasa, brevet dan baret dari ”langit” itu kemudian disematkan kepada Dudung.
Brevet berkualifikasi Komando, Antiteror, dan Para Utama itu tidak didapatkan jenderal yang dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai KSAD pada 17 November lalu itu begitu saja. ”Sepanjang pagi, Bapak KSAD mengikuti rangkaian latihan di Satuan 81 Kopassus,” kata Kepala Penerangan Kopassus Letnan Kolonel (Inf) Achmad Munir.
Latihan tersebut terdiri atas 10 kegiatan, antara lain latihan serbuan gedung, menembak rundukdari atas gedung, patroli, dan serbuan ruangan di pesawat latihan. Dudung juga harus menaiki gedung menggunakan tali, mengatasi rintangan bahaya ular di lapangan delta, berlatih melempar pisau, serta menyerang regu komando unit 81. Setelah semuanya tuntas, ia mesti menyimulasikan eksfiltrasi atau keluar dari daerah musuh menggunakan helikopter.
Dalam buku berjudul Kopassus untuk Indonesia, Profesionalisme Prajurit Kopassus yang ditulis Iwan Santosa dan EA Natanegara pada 2021 dijelaskan, Brevet Komando merupakan lambang bahwa prajurit yang mengenakannya telah ditempa dalam pendidikan atau latihan yang membara seperti api. Oleh karena itu, mereka dianggap telah memiliki keberanian, kecekatan, dan keterampilan sebagai prajurit Komando yang mencakup kemampuan di darat, laut, dan udara.
Pada akhir tahun 1952, tanda kualifikasi ”Komando” didapatkan ketika calon-calon prajurit Kesko TT-III/Siliwangi (cikal bakal Kopassus) menyelesaikan pelatihan Komando-I. Mereka berhak mengenakan tanda kualifikasi dari kain hijau yang dibordir tulisan ”KOMANDO” berwarna merah dalam bingkai warna yang berbentuk melengkung untuk dipasang pada bahu kanan dan bahu kiri seragamnya. Adapun Brevet Komando yang terbuat dari logam baru dikenakan beberapa tahun setelah para prajurit satuan khusus ini lebih dulu mengenakan tanda kualifikasi Para atau Brevet Para.
”Sekarang brevet kualifikasi Komando ini hanya didapat oleh para prajurit yang telah menyelesaikan pendidikan Komando lebih kurang tujuh bulan,” tulis Iwan dan Natanegara dalam bukunya.
Proses penyematan Brevet Komando pun dilakukan dengan cara berbeda-beda yang memadukan kreasi dan kemampuan profesional prajurit. Saat menyematkan brevet untuk KSAD Jenderal Mulyono pada 2015, misalnya, para prajurit Kopassus menampilkan demonstrasi penembak jitu melumpuhkan target yang tersembunyi dari jarak 300 meter. Kemudian dilanjutkan atraksi terjun payung dengan membawa bendera Kopassus, TNI AD, dan Merah Putih.
Seusai penyematan tiga brevet, baret merah, dan pisau komando emas, Dudung mengakui tak mudah untuk mendapatkannya. Meski sudah menduduki jabatan sebagai KSAD, ia perlu melewati sejumlah latihan yang dilaksanakan Pusdiklatpassus.
Tak mudah
Seusai penyematan tiga brevet, baret merah, dan pisau komando emas, Dudung mengakui tak mudah untuk mendapatkannya. Meski sudah menduduki jabatan sebagai KSAD, ia perlu melewati sejumlah latihan yang dilaksanakan Pusdiklatpassus. ”Ini sudah sebagian saya lewati dan memang latihan ini sangat berat. Ini menunjukkan tidak mudah menjadi prajurit Kopassus,” katanya.
Bagi dia, ini merupakan kehormatan sekaligus kebanggaan karena tidak semua prajurit bisa mendapatkannya. Penghargaan ini juga menjadi motivasi untuk terus melaksanakan tugas dan tanggung jawab pembinaan profesionalitas, baik untuk Kopassus maupun seluruh TNI AD, dengan lebih baik.
Selain itu, Dudung juga mengajak Korps Baret Merah untuk membulatkan tekad menjadi prajurit yang andal, tangguh, dan profesional. Kemampuan dan kesiapan tempur harus selalu ditingkatkan agar siap menerima tugas apa pun yang diberikan negara. Namun, selain meningkatkan kemampuan taktis dan teknis, para prajurit juga perlu senantiasa bersikap ramah dan rendah hati. Kelebihan dan kompetensi yang dimiliki harus bisa dimanfaatkan untuk membantu mengatasi kesulitan masyarakat.
”Janganlah kita menimbulkan ketakutan dan kebencian kepada masyarakat akibat penyalahgunaan kemampuan yang kita miliki untuk berbuat hal-hal negatif. Ibarat padi yang semakin berisi semakin merunduk, prajurit yang semakin tinggi kemampuan dan profesionalitasnya harus semakin rendah hati dan siap melakukan pengabdian terbaik kepada masyarakat,” tegas Dudung.