Lika-liku 69 Jam Proses Evakuasi WNI dari Afghanistan
Sabtu (21/8/2021) subuh, pesawat TNI AU yang mengevakuasi WNI di Afghanistan tiba di Tanah Air. Proses evakuasi yang memakan waktu sekitar 69 jam, sejak keberangkatan hingga kembali, menghadapi rintangan yang tak ringan.
Sekitar pukul 03.00, Sabtu (21/8/2021), pesawat TNI Angkatan Udara jenis Boeing 737-400 yang mengevakuasi warga negara Indonesia di Afghanistan tiba di Tanah Air. Proses evakuasi yang memakan waktu sekitar 69 jam, sejak keberangkatan hingga kembali, berjalan lancar sekalipun tak ringan rintangan yang dihadapi personel Skadron Udara 17 yang mengawaki pesawat tersebut.
Total sebanyak 26 warga negara Indonesia (WNI) yang diangkut dalam pesawat. Sebanyak 16 di antaranya staf Kedutaan Besar RI (KBRI) di Kabul dan 10 non-staf KBRI di Kabul. Bersama mereka, turut dievakuasi 5 warga negara Filipina dan 2 warga negara Afghanistan. Kedua warga Afghanistan ini masing-masing suami dari WNI dan staf lokal KBRI di Kabul.
Ketibaan mereka di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, disaksikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Kepala Staf TNI AU Marsekal Fadjar Prasetyo. Tepuk tangan dari pejabat yang hadir menyambut warga yang tiba sekaligus bentuk apresiasi atas kerja keras tim yang bertugas melaksanakan operasi evakuasi tersebut.
”Merupakan kebanggaan bagi kami, seluruh awak pesawat Skadron Udara 17 yang dipercaya untuk mengemban tugas negara di tengah situasi Afghanistan yang memanas, untuk menyelamatkan saudara-saudara kita di Afghanistan,” kata Mayor Penerbang Mulyo Hadi, salah seorang penerbang Skadron Udara 17 yang mengawaki pesawat TNI AU jenis Boeing 737-400, sesaat setelah tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, seperti dikutip dari keterangan tertulis dari TNI AU, Sabtu.
Baca juga : 26 WNI Berhasil Dievakuasi dari Afghanistan dengan Pesawat TNI AU
Bersama Mulyo Hadi, ada pilot Letnan Kolonel Penerbang Ludwig Bayu beserta awak pesawat lainnya dari Skadron Udara 17 yang melaksanakan operasi evakuasi itu. Total ada 20 prajurit TNI AU yang terlibat dengan dipimpin oleh Asisten Intelijen Komando Operasi Khusus TNI Kolonel Pas Dili Setiawan. Operasi ini berlangsung rahasia dan telah direncanakan beberapa hari dengan simulasi yang matang dan terus-menerus oleh Pemerintah RI dengan memperhatikan perkembangan dari waktu ke waktu.
Perintah untuk melaksanakan operasi evakuasi dengan pesawat Boeing 737-400 Skadron Udara 17, menurut Mulyo Hadi, sudah muncul, sekitar pukul 21.00 WIB, Senin (16/8/2021). Malam hari itu juga, rencana pergerakan diselesaikan dan tuntas pukul 02.00 WIB, Selasa (17/8/2021). Siang harinya, personel yang telah ditunjuk melaksanakan rapat bersama dengan satuan tugas dan tim evakuasi lainnya. Dalam rapat itu diputuskan pesawat yang akan melaksanakan evakuasi akan terlebih dulu berangkat ke Islamabad, Pakistan, sebelum ke Kabul, Afghanistan, pada pukul 06.00 WIB, Rabu (18/8/2021).
Islamabad dipilih dengan pertimbangan jaraknya yang relatif dekat dengan Kabul. Dengan pesawat, waktu perjalanan hanya sekitar satu jam. Dengan demikian, dari Islamabad, tim bisa memantau terlebih dulu kondisi di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, sebelum terbang ke sana.
”Dengan waktu yang sangat terbatas, penyiapan tersebut dilaksanakan kurang dari satu malam. Karena itu, dengan data yang ada, kami menyiapkan penerbangan semaksimal mungkin agar misi terlaksana dengan aman dan selamat,” tutur alumnus Akademi Angkatan Udara tahun 2008 tersebut.
Kemudian pukul 06.00 WIB, Rabu, pesawat TNI AU dengan callsign ”Kencana Zero Four” pun lepas landas dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, dengan membawa satgas dan tim evakuasi. Perjalanan ke Islamabad tidak langsung. Pesawat harus melalui Banda Aceh, Colombo (Sri Lanka), Karachi (Pakistan), sebelum akhirnya mendarat di Islamabad. Waktu penerbangan total selama 17 jam dan pesawat mendarat di Islamabad pada pukul 15.13 UTC atau pukul 20.13 waktu Islamabad atau pukul 22.13 WIB.
Di Islamabad, diputuskan untuk menginap sambil memantau perkembangan situasi di Bandara Internasional Hamid Karzai, terutama eskalasi kerumunan massa di bandara itu, yang dapat mengganggu jalannya pendaratan di sana.
”Hambatan yang dihadapi terutama adalah data terkini dari landasan Bandara Internasional Hamid Karzai serta kondisi sekitar landasan yang tidak menentu. Eskalasi kerumunan massa terjadi ketika awak pesawat sudah sampai di Islamabad sehingga pihak Kemenlu memutuskan menunda penjemputan selama 1-2 hari,” ungkap Mulyo Hadi.
Setelah mendapatkan data lengkap tentang kondisi Bandara Hamid Karzai dan memperoleh izin mendarat, pesawat terbang dari Islamabad pada Jumat (20/8/2021) subuh atau pukul 04.33 waktu setempat atau pukul 06.33 WIB. Keputusan ini diambil dengan harapan kondisi bandara sepi dan tidak ada eskalasi massa. Namun, tantangan lain kembali dihadapkan pada Skadron Udara 17.
Tantangan dimaksud, kondisi Bandara Internasional Hamid Karzai yang dikelilingi pegunungan dan banyak fasilitas bandara tidak berfungsi secara optimal.
”Saat pelaksanaan evakuasi, medan Afghanistan yang merupakan kota yang dikelilingi pegunungan dengan elevasi runway 5.877 feet di atas permukaan laut, ditambah fasilitas nav aid bandara (ILS, VOR), night facilities dan air traffic service yang tidak berfungsi maksimal, mengakibatkan awak pesawat menghadapi tantangan yang sangat berat saat approach ke Bandara Internasional Hamid Karzai,” tutur Mulyo Hadi.
Terlebih saat itu matahari belum terbit dan lampu landasan pacu tidak menyala seluruhnya sehingga sulit untuk mengidentifikasi landasan pacu. ”Prosedur approach yang secara visual dan menghindari pegunungan membuat landing di Kabul menjadi tantangan yang paling utama bagi seluruh awak pesawat A-7305,” tambahnya.
Namun, akhirnya pesawat berhasil mendarat setelah menempuh perjalanan selama sekitar satu jam. Dalam waktu dibatasi dua jam, seluruh proses boarding warga yang hendak dievakuasi selesai dilaksanakan. Mengingat keterbatasan kapasitas pesawat, tidak semua barang bawaan WNI dapat diangkut ke dalam pesawat.
”Demi keselamatan bersama, kami membatasi barang bawaan hanya hand luggage saja. Karena itu, kami memohon maaf kepada WNI dan WNA yang kami evakuasi karena tidak semua kopernya bisa dibawa ke dalam pesawat,” kata Mulyo Hadi.
Baca juga : Berebut Keluar dari Afghanistan
Proses tuntas, pesawat TNI AU kembali lepas landas pukul 02.19 UTC atau pukul 09.19 WIB menuju Islamabad. Kemudian dengan rute yang sama saat keberangkatan, pesawat tiba di Lanud Halim Perdanakusuma pukul 03.05 WIB, Sabtu. Total sekitar 69 jam proses evakuasi berlangsung sejak keberangkatan hingga tiba di Tanah Air.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto saat jumpa pers seusai ketibaan pesawat evakuasi TNI AU di Tanah Air membenarkan tidak mudahnya proses evakuasi dari Afghanistan.
”Keberhasilan misi evakuasi warga negara Indonesia di Kabul ini tidak ringan karena banyak permasalahan dan dinamika di lapangan yang kita hadapi. Namun, semua bisa dilaksanakan dengan baik berkat kerja sama antarkementerian dan lembaga sehingga operasi ini bisa berjalan dengan aman dan lancar,” ucapnya.
Menlu Retno Marsudi menambahkan, rencana evakuasi dipersiapkan dengan matang dan penuh kehati-hatian. Ini mengingat dinamika di Kabul dan Afghanistan yang sangat tinggi serta demi keselamatan WNI dan tim evakuasi. Proses dan tahapan evakuasi pun dilaporkannya kepada Presiden Joko Widodo, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD beserta otoritas keamanan selain Panglima TNI, juga Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo dan Badan Intelijen Negara.
Semula, menurut Retno, evakuasi direncanakan dengan pesawat sipil, tetapi kemudian harus disesuaikan karena kondisi di Afghanistan dan sesuai koordinasi dengan Panglima TNI, sehingga diputuskan menggunakan pesawat militer.
Adapun terkait proses evakuasi, lanjut Retno, banyak hal harus dilakukan secara paralel. ”Saat pesawat TNI AU take off dari Lanud Halim Perdanakusuma, tim di darat mengupayakan tuntasnya seluruh izin yang dibutuhkan, yakni izin lintas udara dan izin mendarat di Kabul,” ujarnya.
Setelah seluruh izin lintas udara diperoleh dan pesawat TNI AU berhasil mendarat di Islamabad, koordinasi harus terus dilakukan agar bisa memperoleh izin pendaratan di Kabul.
Semula, menurut Retno, slot pendaratan sudah diperoleh untuk pukul 04.10, Kamis (19/8/2021). Namun, yang terjadi kemudian, izin tersebut ditarik dan ditunda karena ada perkembangan lapangan yang tidak kondusif. Dengan situasi baru ini, tim lintas instansi harus mengurus izin baru. Koordinasi terus dilakukan, baik internal maupun eksternal, sejak Kamis malam. Di antaranya, Menlu Retno berkomunikasi langsung dengan Menlu Turki, Menlu Norwegia, pihak Belanda, Amerika Serikat, dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Selama berjalannya proses pengurusan untuk memperoleh izin pendaratan itu, pesawat beserta tim evakuasi menunggu di Islamabad.
Barulah kerja-kerja itu berbuah hasil pada Jumat (20/8/2021) dini hari. Izin mendarat di Kabul diperoleh. Tim evakuasi langsung bergegas melakukan persiapan. Jumat subuh, pesawat TNI AU berangkat dan akhirnya tiba di Kabul. Rencana semula pesawat hanya berhenti selama 30 menit, tetapi kemudian pesawat berada di Kabul selama dua jam.
”Semua warga yang dievakuasi dalam kondisi baik. Satu diplomat dalam kondisi kurang sehat, tetapi non-Covid-19, dan akan dilakukan perawatan. Setibanya di Tanah Air, mereka akan menjalani karantina sesuai protokol kesehatan bagi siapa pun yang tiba dari luar negeri,” ujarnya.
Mengenai lima warga negara Filipina yang turut dievakuasi, Retno mengatakan, Pemerintah Filipina meminta bantuan ke Pemerintah Indonesia untuk mengevakuasi mereka. ”Membantu WNA bukan pertama kali ini saja. Ini kewajiban kemanusiaan yang harus dilakukan,” katanya.
Baca juga : Afghanistan, Neo-Taliban, dan Indonesia
Di pengujung jumpa pers, Retno mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh tim dan instansi pemerintah yang terlibat. Begitu pula kerja sama pemerintah negara lain, yakni India, Sri Lanka, Pakistan, Amerika Serikat, Turki, Norwegia, Belanda, juga NATO.
”You did it guys (Kalian berhasil teman-teman)!” pungkas Retno seraya berharap perdamaian dan stabilitas dapat tercapai di Afghanistan dan menyampaikan komitmen Indonesia untuk membantu terciptanya perdamaian di Afghanistan.