Presiden Jokowi: Pandemi ibarat Kawah Candradimuka yang Mengasah Bangsa
Pandemi Covid-19 menguji sekaligus mengasah semua pilar kehidupan bangsa. Ujian berat itu merupakan proses menjadi bangsa yang tahan banting, kokoh, dan mampu memenangi pertandingan.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo menuturkan bahwa pandemi itu seperti kawah candradimuka yang menguji, mengajarkan, dan sekaligus mengasah segenap bangsa Indonesia. Pandemi Covid-19 telah memacu kita untuk berubah, mengembangkan cara-cara baru, meninggalkan kebiasaan lama yang tidak relevan, dan menerobos ketidakmungkinan.
”Krisis, resesi, dan pandemi itu seperti api. Kalau bisa, kita hindari, tetapi jika hal itu tetap terjadi, banyak hal yang bisa kita pelajari,” kata Presiden Joko Widodo saat menyampaikan pidato Kenegaraan pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawatan Rakyat (MPR), Sidang Bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Dewan Perwakilan Daerah (DPD) di Gedung Nusantara MPR, DPR, DPD, Senayan, Jakarta, Senin (16/8/2021).
Presiden Jokowi yang dalam kesempatan tersebut mengenakan baju adat Baduy, Provinsi Banten, mengatakan bahwa api memang membakar, tetapi juga sekaligus menerangi. ”Kalau terkendali, dia menginspirasi dan memotivasi. Dia menyakitkan, tetapi sekaligus juga menguatkan. Kita ingin pandemi ini menerangi kita untuk mawas diri, memperbaiki diri, dan menguatkan diri, dalam menghadapi tantangan masa depan,” katanya.
Kepala negara mengatakan bahwa pandemi memberikan beban berat dan penuh risiko bagi bangsa Indonesia. Seluruh elemen masyarakat dipaksa menghadapi dan mengelolanya. ”Semua pilar kehidupan kita diuji, semua pilar kekuatan kita diasah. Ketabahan, kesabaran, keyahanan, kebersamaan, kepandaian, dan kecepatan kita, semuanya diuji sekaligus diasah,” katanya.
Ujian dan asahan, menurut Presiden, menjadi dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Bukan hanya beban yang diberikan, melainkan kesempatan untuk memperbaiki diri juga diajarkan melalui pandemi Covid-19. Tatkala ujian itu terasa semakin berat, asahannya juga semakin meningkat. ”Itulah proses menjadi bangsa yang tahan banting, yang kokoh, dan yang mampu memenangi gelanggang pertandingan,” kata Presiden di hadapan anggota MPR.
Presiden Jokowi menuturkan, kemerdekaan Republik Indonesia bukan diperoleh dari pemberian ataupun hadiah, tetapi direbut melalui perjuangan di semua medan. Perang rakyat, perang gerilya, dan diplomasi di semua lini dikerahkan dan buahnya membuat Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.
Resesi dan krisis yang datang bertubi-tubi dalam perjalanan setelah Indonesia merdeka juga berhasil dilampaui. Setiap ujian memperkokoh fondasi sosial, fondasi politik, dan fondasi ekonomi bangsa Indonesia. Setiap etape memberikan pembelajaran dan sekaligus juga membawa perbaikan dalam kehidupan bangsa.
”Pandemi Covid-19 telah memacu kita untuk berubah, mengembangkan cara-cara baru, meninggalkan kebiasaan lama yang tidak relevan, dan menerobos ketidakmungkinan. Kita dipaksa membangun normalitas baru dan melakukan hal-hal yang dianggap tabu selama ini,” kata Presiden.
Itulah proses menjadi bangsa yang tahan banting, yang kokoh, dan yang mampu memenangkan gelanggang pertandingan
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan bahwa mengenakan masker, menjaga jarak, tidak bersalaman, dan tidak membuat keramaian adalah kebiasaan baru yang dulu dianggap tabu. Bekerja dari rumah, belanja daring, pendidikan jarak jauh, serta rapat dan sidang secara daring telah menjadi kebiasaan baru yang dahulu dilakukan dengan ragu-ragu.
”Di tengah dunia yang penuh disrupsi sekarang ini, karakter berani untuk berubah, berani untuk mengubah, dan berani untuk mengkreasi hal-hal baru merupakan fondasi untuk membangun Indonesia maju,” katanya.
Presiden mengatakan bahwa bangsa Indonesia telah berusaha bermigrasi ke cara-cara baru di era Revolusi Industri 4.0 ini agar bisa bekerja lebih efektif, efisien, dan produktif. Pandemi Covid-19 ternyata membuat migrasi semakin cepat terjadi.
Sementara itu, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan dalam dua tahun terakhir ini dunia dan bangsa Indonesia tengah diuji dengan badai pandemi Covid-19 yang berdampak luas terhadap berbagai dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dampak tersebut tidak hanya masalah kesehatan manusia dan kemanusiaan.
”Tetapi lebih luas lagi terasa dampaknya dalam dinamika dan stabilitas kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Bahkan, dalam bidang pertahanan dan keamanan negara,” kata Bambang.
Semua masyarakat Indonesia merasakan dampaknya, baik yang tinggal di perkotaan maupun perdesaan, utamanya semakin melemahnya ketahanan ekonomi masyarakat akibat menurunnya pendapatan karena pemutusan hubungan kerja dan tidak adanya kesempatan atau lapangan kerja. ”Dampak lainnya adalah hilangnya kesempatan berusaha akibat terbatasnya aktivitas ekonomi masyarakat, modal, dan investasi untuk menopang perekonomian masyarakat, pengusaha kecil, ataupun menengah,” kata Bambang.
Adaptasi
Pandemi Covid-19 juga memaksa semua beradaptasi dengan kebiasaan baru. Belajar dan bekerja dari rumah, menjaga jarak, dan membiasakan diri dengan cara-cara baru menjaga kesehatan yang juga berdampak terhadap merenggangnya kohesi sosial. ”Demikian pula di sektor pendidikan, anak didik tidak dapat lagi melakukan pembelajaran dengan tatap muka tetapi dengan pembelajaran jarak jauh yang mempengaruhi efektivitas dan proses belajar mengajar,” ujar Bambang.
Pembelajaran jarak jauh secara daring memang berdampak positif terhadap kemampuan beradaptasi dalam pemanfaatan teknologi dan informasi. Tetapi, keterbatasan infrastruktur penunjang pendidikan jarak jauh akan menurunkan capaian kualitas belajar dan kelulusan siswa yang tidak hanya mengukur tingkat kecerdasan, tetapi pembentukan karakter anak didik.
”Belum lagi apabila pembelajaran jarak jauh itu dihadapkan pada ketimpangan ketersediaan infrastruktur antarwilayah, juga mengakibatkan sistem pendidikan nasional yang ada belum mampu secara efektif menjadi sarana untuk mewujudkan proses pembelajaran. Oleh karena itu, terhadap upaya-upaya pemerintah melalui sejumlah paket kebijakan dalam mengatasi pandemi Covid-19 beserta dampaknya, kami sangat mendukung sepenuhnya,” kata politikus Partai Golkar itu.
Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) La Nyalla Mahmud Mattalitti menuturkan, di setiap musibah dan bencana selalu ada hikmah. Pandemi Covid-19 juga memberikan hikmah. ”Dan, hikmah terbesar adalah kita, sebagai bangsa, mengetahui kelemahan-kelemahan fundamental yang selama ini belum terungkap secara terang benderang. Tentu hikmah ini bukan untuk direnungi saja, tetapi menjadi titik awal pekerjaan besar bangsa ini ke depan,” katanya.
La Nyalla mengatakan, dengan pandemi ini, kita menyaksikan dan melihat bagaimana ketahanan sektor kesehatan. Ketika terjadi ledakan korban Covid-19, rumah sakit nyaris kolaps, tenaga medis berguguran, dan terjadi kekurangan fasilitas kesehatan dan alat medis di sana-sini. Selain itu, kualitas kesehatan masyarakat yang ternyata rentan dengan komorbid.
Pandemi Covid-19 juga membuka fakta bahwa alat kesehatan yang beredar di Tanah Air masih didominasi produk impor. Sementara beberapa anak bangsa yang mencoba memproduksi sejumlah alat pendukung medis di tengah pandemi belum mendapat kepercayaan dari bangsa sendiri.
Pandemi, lanjut La Nyalla, juga memberikan hikmah bagi sektor pendidikan. Demikian pula hikmah terkait ketahanan sektor sosial bangsa ini, terutama bagaimana negara hadir menjangkau masyarakat yang membutuhkan bantuan sosial.
Pandemi juga memberikan hikmah sekaligus pekerjaan besar, memikirkan ulang bagaimana ketahanan ekonomi bangsa ini di sektor produksi dalam negeri, mulai dari skala UKM hingga menengah besar.
”Tentu banyak hikmah dan tugas berat yang masih harus kita kerjakan sebagai negara yang diharapkan tangguh dan tumbuh ini. Tetapi yakinlah bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Selama kita tidak berputus asa terhadap rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa,” kata Lanyalla.