Pameran Foto ”Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh”, Perlawanan Pandemi secara Visual
Sebuah foto dapat menceritakan berbagai kisah dan peristiwa, termasuk upaya pemerintah serta masyarakat berjibaku melawan Covid-19 beserta dampak yang ditimbulkan.
Oleh
Mawar Kusuma Wulan
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menyambut hari ulang tahun atau HUT ke-76 Kemerdekaan RI, Istana Kepresidenan menggelar pameran foto bertajuk ”Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh”. Dari karya foto yang ditampilkan itu, masyarakat bisa melihat upaya pemerintah berjibaku mengendalikan Covid-19 dan dampaknya sekaligus melanjutkan pembangunan di tengah pandemi.
Pameran foto yang merupakan rangkaian peringatan Bulan Kemerdekaan itu sekaligus menjadi simbol perlawanan terhadap pandemi secara visual. Dalam pameran foto yang digelar di Mal Central Park, Jakarta, itu dihadirkan 165 karya jurnalistik dari 90 pewarta foto di Indonesia.
”Bapak Presiden mengapresiasi dan menyampaikan ini beberapa bukti kerja pemerintah yang disampaikan pewarta foto. Bukti nyata di lapangan, di wisma atlet, pembagian bansos. Sebaiknya dilaksanakan setiap tahun,” ujar Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono saat membuka pameran foto, Rabu (11/8/2021). Dalam kesempatan itu, Heru didampingi Deputi Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey T Machmudin.
Pameran foto yang merupakan rangkaian peringatan Bulan Kemerdekaan itu sekaligus menjadi simbol perlawanan terhadap pandemi secara visual.
Tahun ini merupakan tahun ketiga sejak tahun 2019, pewarta foto di Indonesia menampilkan hasil karya foto jurnalistik terbaik pada Bulan Kemerdekaan. Pada pameran foto kali ini ditampilkan berbagai foto yang menunjukkan upaya pemerintah serta peran masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Sejak awal pandemi pada Maret 2020, para pewarta foto turun di garis depan dan hadir sebagai ”mata dunia”. Mereka menyampaikan kesaksian atas peristiwa yang terjadi di lapangan dan menyelipkan harapan kepada masyarakat.
Heru menjelaskan, 165 karya yang ditampilkan dipilih dari 1.500 foto yang masuk. Sebanyak 115 foto di antaranya akan dipilih dan disajikan dalam bentuk buku.
Heru menilai tantangan yang dihadapi oleh para pewarta foto semakin hari cenderung semakin berat. Tantangan itu bisa berupa teknologi kamera telepon seluler yang berkembang cepat sehingga semua orang bisa memotret dengan hasil relatif memuaskan.
”Dari pameran ini kelihatan yang mana pakai hati, mana yang asal foto, kelihatan berbicaralah. Di situ kelebihan foto yang dihasilkan jurnalis, gambar berbicara. Masyarakat bisa lihat datang ke sini dengan protokol kesehatan atau virtual,” tambah Heru.
Saat meninjau pameran, Heru sempat mengomentari beberapa karya foto. Salah satunya foto hasil jepretan fotografer Miftahulhayat dari Jawa Pos, yang memperlihatkan seorang petugas berjalan melintasi deretan makam Covid-19 di TPU Bambu Apus, Jakarta, pada Senin (25/1/2021). ”Harus cepat diambil fotonya, momen hujan dengan cahaya terbatas,” tambah Heru.
Perlawanan visual
Heru juga tertarik dengan foto seorang warga yang menggendong anaknya ketika melintasi banjir di kawasan Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta, Senin (8/2/2021). Foto bapak yang menggendong bayinya ini merupakan hasil jepretan M Ali Wafa dari Viva.co.id.
Ketua Pelaksana Pameran Foto ”Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh” Randi Tri Kurniawan juga menyebut beberapa karya foto yang cukup menarik. Karya foto itu, antara lain, tentang petugas medis yang sedang menyuntikkan vaksin di Stasiun Bogor. Foto lainnya adalah yang memperlihatkan seorang anak dalam perjalanan mudik di masa pembatasan mobilitas masyarakat di Stasiun Surabaya.
Kurator Fotografi Independen Oscar Motuloh menyebut bahwa karya foto yang ditampilkan sangat beragam, mulai dari budaya, ritual keagamaan, hingga kegiatan olahraga. Ia, antara lain, tertarik dengan foto-foto yang memperlihatkan bahwa kegiatan pembangunan harus tetap berjalan di masa pandemi. Foto lain yang menarik perhatiannya adalah ketika para tenaga kesehatan berolahraga di antara pasien yang sedang melakukan isolasi mandiri.
Foto yang menumbuhkan rasa nasionalisme, antara lain, adalah momentum ketika pasangan pebulu tangkis ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2020 yang dijepret pewarta foto Sigid Kurniawan. ”Semua dimasukkan, kriteria kita bahwa pandemi musuh bersama harus dilawan dengan kebersamaan. Salah satu cara untuk perlawanan pandemi dengan visual,” tambah Oscar.
Ramuan optimisme
Seluruh pewarta foto, menurut Oscar, satu suara untuk memberikan pendapat sosial mereka melalui gambar. ”Suara fotografi jurnalistik Indonesia untuk menanggapi bagaimana memberi penghargaan bersama melawan pandemi, nakes, pahlawan olahraga.... Semua bisa dilakukan dengan persatuan,” tambah Oscar.
Dalam tulisan kuratorialnya, Oscar menyebut Indonesia tengah menyongsong tahun perdana babakan kuarter terakhirnya menuju: seabad Republik Indonesia. ”Saat-saat yang menentukan. Meskipun kita sekarang masih terjebak dalam keadaan darurat perang zaman milenium. Pertempuran yang absurd. Melawan musuh yang tak kasatmata,” ucapnya.
Data per 25 Juli 2021, mengungkap 1.511 tenaga kesehatan Indonesia telah gugur atas nama korsa kemanusiaan. Lalu 3,3 juta rakyat dunia wafat akibat keganasan virus berukuran milimikron itu. ”Saat statistik menjadi stigma yang menghantui keseharian warga dan kawula. Para pewarta foto di Tanah Air memublikasikan ikhtiar jurnalistik mereka. Sebentuk capita selecta fotografi yang menyorot pembangunan dalam progres penanggulangan Covid-19, sejak dimaklumatkan WHO sebagai pandemi,” tambah Oscar.
Dalam pemberitaan di era pers bebas seperti sekarang, pewarta foto disebut semakin matang dan kritis dalam memberitakan perihal visual yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Termasuk kala merilis foto berita yang berhubungan dengan pandemi yang menyebar dalam masyarakat.
Liputan fotografi jurnalistik dalam kepungan pandemi bukanlah pekerjaan yang mudah. Selain prokes yang amat ketat, mereka juga harus mampu menampilkan petikan atmosfer dari lapangan dengan simbol dan perlambang. Sebab pesan dari gerombolan virus ini tak tertangkap dalam lensa konvensional sebagai perangkat utama profesi ini.
Optimisme adalah ramuan yang menjadi harapan dalam cuplikan lensa penerbitan ini. ”Rangkaian imaji yang tengah kita saksamai ini adalah sebentuk asa. Secarik peta jalan melintasi bukit terjal menuju kebangkitan. Dari periode new normal, vaksinasi, pembangunan, dan beragam terobosan untuk menghidupkan ekonomi dan pasar,” ujar Oscar.
Masyarakat dapat hadir langsung secara fisik untuk menikmati hasil karya para pewarta foto dengan tetap menerapkan protokol kesehatan ketat serta memenuhi syarat untuk dapat masuk ke pusat perbelanjaan. Selain itu, masyarakat juga bisa mengunjungi situs resmi www.indonesiamembangun.id untuk berkeliling secara virtual.