TNI AL Gelar Ekspedisi Bawah Laut di Perairan Halmahera dan Papua
Untuk memperbarui data kedalaman laut dan kekayaan hayati laut Indonesia, KRI Spica-934 diberangkatkan ke Halmahera, Maluku Utara. Diharapkan ekspedisi ini jadi momentum kebangkitan ekspedisi kelautan lingkup nasional.
Oleh
Edna C Pattisina
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — TNI AL menggelar Ekspedisi Hidro-Oseanografi Jala Citra 1 ”Aurora” 2021 bersama sejumlah peneliti dari kementerian, lembaga penelitian, dan universitas. Eksepedisi ini akan mengeksplorasi sumber daya alam serta pembaruan data kedalaman laut.
Hal ini disampaikan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono, saat melepas keberangkatan KRI Spica-934 menuju Halmahera, Provinsi Maluku Utara, dari Dermaga Pondok Dayung, Jakarta, Selasa (3/8/2021). Ekspedisi yang dilaksanakan Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Pushidrosal) menggandeng sejumlah peneliti dari bidang hidrografi, geodesi, geologi, oseanografi, meteorologi, serta kelautan dan perikanan.
Hadir juga dalam acara peluncuran itu, para Asisten KSAL, para Pangkotama TNI AL, Deputi Pusat Teknologi Sumber Daya Alam Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Yudi Anantasena, dan Deputi Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Guswanto, serta Guru Besar IPB University Bogor Prof Hendry M Manik.
Lebih lanjut, Yudo menyampaikan, ekspedisi ini juga untuk memperingati 100 tahun Hari Hidrografi Dunia. ”Ekspedisi ini akan melaksanakan eksplorasi sumber daya alam serta pembaruan data batimetri nasional di perairan Halmahera, khususnya di bagian laut dalam yang belum memiliki pemutakhiran data selama lebih dari 50 tahun, guna mendukung Indonesia sebagai poros maritim dunia,” jelasnya.
Peringatan satu abad hidrografi dunia pada tahun ini merupakan momentum emas yang menegaskan eksistensi dan perjalanan panjang serta transformasi peran hidrografi. Mereka tidak saja menjamin keselamatan navigasi pelayaran, tetapi juga memberikan kontribusi bagi kepentingan strategis lainnya.
Yudo mengatakan, Indonesia sebagai negara kepulauan dengan luas wilayah 5,8 juta kilometer persegi memiliki wilayah perairan dengan mega biodiversitas. Sayangnya, biodiversitas itu belum tereksplorasi secara optimal sehingga masih diperlukan adanya penelitian dan kajian yang mendalam tentang berbagai potensi dan fenomena kelautan.
Ekspedisi ini bertujuan untuk meneliti sumber daya alam perairan Halmahera dan Papua. Selain untuk melaksanakan pengumpulan data, hidrografi untuk kepentingan pemetaan.
Komandan Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL (Danpushidrosal) Laksamana Madya TNI Agung Prasetiawa mengatakan, ekspedisi ini akan dilaksanakan hingga Oktober 2021. Ekspedisi menggunakan KRI Spica-934 sebagai wahana penelitian. Kapal survei TNI AL ini dioperasikan di bawah komando dari Pushidrosal sebagai wahana penelitian utama.
Ekspedisi ini bertujuan untuk meneliti sumber daya alam perairan Halmahera dan Papua. Selain untuk melaksanakan pengumpulan data, hidrografi juga untuk kepentingan pemetaan, keselamatan navigasi, dan pelayaran terkait di lokasi yang merupakan pendekat ke pelabuhan-pelabuhan khusus di Halmahera yang memiliki area perairan dengan kondisi geologi yang kompleks dan memiliki keanekaragaman hayati.
Diharapkan ekspedisi ini menjadi momentum kebangkitan kembali ekspedisi kelautan pada lingkup nasional lainnya, guna meneliti sumber daya kelautan Indonesia. Sebelumnya, ada ekspedisi oleh putra-putri bangsa Indonesia, seperti Ekspedisi Siboga, Snellius I serta Snellius II. Ekspedisi-ekspedisi semacam ini menambah khazanah pengetahuan dan melengkapi inventarisasi potensi sumber daya kelautan serta karakteristik lingkungan laut perairan nasional.
Selain itu, penelitian ini diharapkan juga dapat mengungkap fenomena aliran pergeseran arus dari Samudra Pasifik ke Laut Banda menuju Samudra Hindia, serta koneksitasnya dengan sistem cuaca dan kandungan mineral bawaan pada kolom air laut.
Yudo menekankan kepada para anggota ekspedisi Aurora untuk mengutamakan keselamatan serta mempertahankan kesiapan kondisi teknis alutsista secara optimal melalui purba jaga dan selalu memperhatikan kondisi alam dan cuaca yang sulit diprediksi.
”Utamakan keamanan personel dan keselamatan material, pegang teguh prinsip zero accident, serta laksanakan manajemen risiko di tiap-tiap bagian dengan baik dan terencana,” ujarnya.