Megawati Instruksikan Kader untuk Membangun Peradaban dari Desa
Megawati menginstruksikan agar kader PDI Perjuangan turun ke lapangan, untuk membangun peradaban dari desa. Instruksi ini menjadi agenda yang harus dilaksanakan kader pada Bulan Bung Karno 2021 yang dimulai 1 Juni besok.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri meminta semua kadernya untuk berkonsolidasi memasuki Bulan Bung Karno 2021 Juni mendatang. Megawati juga menginstruksikan kepada kader untuk lebih peka terhadap permasalahan sekitar dengan rajin turun ke lapangan. Salah satunya adalah dengan membangun peradaban dari desa.
Dalam acara peresmian 25 kantor baru PDI-P di seluruh Indonesia yang diadakan dalam pertemuan daring, Minggu (30/5/2021), Presiden RI kelima itu menyampaikan, bulan Bung Karno 2021 akan dimulai pada 1 Juni mendatang. Tema yang ditetapkan dalam peringatan itu adalah Bhinneka Tunggal Ika, gotong royong untuk rakyat, desa maju, Indonesia kuat dan berdaulat.
Secara khusus, Megawati juga menginstruksikan kepada semua kader PDI-P untuk memberi perhatian khusus pada desa. Terutama adalah pada masalah stunting atau gangguan pertumbuhan pada anak karena kekurangan gizi.
Secara khusus, Megawati yang didampingi Ketua DPP PDI-P Yasonna H Laoly dan Ahmad Basarah juga menginstruksikan kepada semua kader PDI-P untuk memberi perhatian khusus pada desa. Terutama adalah pada masalah stunting atau gangguan pertumbuhan pada anak karena kekurangan gizi.
”Di era Presiden Jokowi, dana desa itu diberikan besar lho. Tetapi, serapannya saya dengar masih kecil. Coba dilihat di kampungmu, kenapa di zaman merdeka masih banyak yang anemia, stunting. Masa ibu-ibu tidak tersentuh?” ujar Megawati dalam pertemuan daring tersebut, yang diikuti sekitar 1.000 kader partai.
Megawati menginstruksikan kepada para kader PDI-P untuk lebih peka terhadap permasalahan di lingkungan sekitarnya. Anggota partai dituntut harus mau masuk ke desa, turun ke lapangan, dan menyelami masalah di akar rumput.
Megawati mencerikan, saat masih menjadi calon anggota DPR, dia masuk ke wilayah perdesaan di Jawa Tengah. Dia menginap di sebuah rumah sederhana milik lurah setempat. Di rumah itu belum ada instalasi listrik seperti sekarang. Bahkan, Megawati harus tidur bersama kutu kasur di ranjang bambu di rumah tersebut.
”Saya saja pernah begitu. Kalian harus lebih, lebih, lebih keras lagi berjuang,” kata Megawati.
Megawati juga meminta secara khusus kepada kadernya untuk memperhatikan isu stunting atau gizi buruk. Dia sangat prihatin dengan kondisi itu, padahal Indonesia sudah merdeka. Menurut dia, sulit untuk membayangkan masa depan generasi muda Indonesia, apabila kebutuhan gizinya saja tidak terpenuhi. Padahal, masa depan anak ditentukan dari kualitas pertumbuhannya dan juga akses terhadap pendidikan.
Saya juga bicara ke Pak Jokowi. Bagaimana sih sebenarnya, kok masih banyak orang cari makan di kota-kota besar, tetapi tinggal di tempat seperti bedeng itu. Di bulan Bung Karno, kita bangun mulai dari desa. Pengurus di daerah harus siap-siap.
Dia juga memberikan contoh bahwa di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, ada tanah seluas 500 meter persegi di mana ada banyak warga tinggal di bedeng. Mereka bekerja dan tidur di gerobak bersama anak-anaknya.
Menurut dia, fenomena itu bisa saja terjadi karena laju urbanisasi yang masih tak terbendung. Padahal, di masa Presiden Jokowi sudah ada kebijakan dana desa yang diharapkan dapat mendongkrak pembangunan dan perekonomian desa. Namun, sayangnya, efektivitas dari dana desa itu belum terlihat. Bahkan, serapannya pun masih rendah.
”Saya juga bicara ke Pak Jokowi. Bagaimana sih sebenarnya, kok masih banyak orang cari makan di kota-kota besar, tetapi tinggal di tempat seperti bedeng itu. Di bulan Bung Karno, kita bangun mulai dari desa. Pengurus di daerah harus siap-siap,” kata Megawati.
Megawati meminta agar kader partainya serius menjalankan penugasan di bulan Bung Karno. Kader harus mau turun ke akar rumput. Hal itu akan dimonitor secara harian olehnya melalui laporan progres kegiatan dari Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto. Menurut dia, meski situasi masih pandemi Covid-19, setiap hari, dia selalu memanggil sekjen untuk melaporkan pergerakan partai. Dia juga akan mengevaluasi kinerja para pengurus DPP. Apabila dianggap tidak memiliki performa baik, bisa digantikan oleh kader yang lain.
”Saya ingatkan terus kalau kalian ini petugas partai lho, berkhianat sama partai ya out! Kalian ini bala tentara saya, kalau kalian melempem, bagaimana mau besar partai kita?” kata Megawati.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menambahkan, di bulan Bung Karno, sesuai arahan Ketua Umum PDI-P, partai akan berkonsentrasi dalam konsolidasi internal secara menyeluruh. Selama satu bulan penuh, semua kader, baik eksekutif, legislatif, maupun di struktural diwajibkan turun ke bawah menyatu dengan masyarakat desa.
Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto menambahkan, di bulan Bung Karno, sesuai arahan Ketua Umum PDI-P, partai akan berkonsentrasi dalam konsolidasi internal secara menyeluruh.
Dengan demikian, kader PDI-P harus mendorong perkembangan masyarakat desa sebagai pusat peradaban desa, dan pusat pengembangan budaya Nusantara. Kader dan masyarakat harus bisa bergerak bersama membawa kemajuan bagi desa. ”Wajib turun ke bawah sebagai komitmen politik PDI-P untuk menyatukan diri dengan seluruh napas kehidupan rakyat,” kata Hasto.
Menurut Hasto, instruksi dari Ketua Umum PDI-P sekaligus bermakna bahwa politik PDI-P itu ibarat politik bumi yang menyatu dengan kehidupan rakyat. Ini sejalan dengan semangat PDI-P yang sejak dulu dikenal sebagai partai wong cilik. Oleh karena itu, Hasto menekankan agar para kader di daerah bisa menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Selain memberikan arahan kepada kader, Megawati juga secara simbolis meresmikan 25 kantor baru PDI-P di sejumlah daerah di Tanah Air. Kantor pengurus yang diresmikan itu di antaranya kantor Dewan Pengurus Daerah (DPD) PDI-P Kalimantan Timur, DPD PDI-P Sulawesi Tengah, dan DPD PDI-P Maluku.
Megawati menegaskan agar kantor itu digunakan sesering mungkin untuk rapat membahas permasalahan rakyat di sekitarnya.