Mereka Memilih Berjuang untuk Indonesia, Makam Prajurit Asal Jepang di TMP Kalibata
Duta Besar Jepang untuk Republik Indonesia Kenji Kanasugi berziarah ke TMP Kalibata, Sabtu (20/3/2021). Mereka menziarahi 28 makam prajurit Indonesia asal Jepang yang ikut berjuang dalam Perang Kemerdekaan (1945-1949).
Oleh
Iwan Santosa
·4 menit baca
Duta Besar Kerajaan Jepang untuk Indonesia Kenji Kanasugi berziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata di Jakarta Timur, Sabtu (20/3/2021). Dubes Jepang bersama pengurus Yayasan Warga Persahabatan menaburkan bunga di 28 makam prajurit yang berasal dari Jepang dan berjuang untuk kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945-1949.
Mereka adalah sebagian dari seribuan prajurit Jepang yang bergabung dengan perjuangan bangsa Indonesia pascaproklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Chairman Yayasan Warga Persahabatan Heru Santoso Eto yang dihubungi mengatakan, Dubes Kenji Kanasugi mengawali masa tugas di Indonesia dengan menghormati para pendahulu, termasuk berziarah ke TMP Kalibata. Keberadaan 28 prajurit TNI asal Jepang itu bisa menjadi jembatan persahabatan bagi Indonesia dan Jepang untuk membangun hubungan yang lebih erat.
Heru Santoso Eto yang aktif di Yayasan Warga Persahabatan yang mengurus warga keturunan Jepang di Indonesia mengatakan, keberadaan warga Indonesia-Jepang saat ini sudah mencapai keturunan kelima atau go sei.
Istilah untuk keturunan pertama peranakan Jepang adalah ni sei. Warga keturunan Jepang ini tinggal tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah anggota Yayasan Warga Persahabatan 5.000 orang.
Sejarawan Didi Kwartanada dalam satu kesempatan mengatakan, keberadaan para mantan prajurit Jepang yang bergabung dengan Tentara Republik Indonesia dilandasi berbagai motivasi, yakni solidaritas dengan Indonesia, menghindari pengadilan militer Sekutu, hingga enggan pulang ke negerinya yang hancur akibat Perang Dunia II.
Para prajurit Jepang tersebut ada yang berasal dari Jepang sendiri, Semenanjung Korea, ataupun Formosa (Taiwan), yang hingga tahun 1945 menjadi koloni Jepang. Sebagian prajurit asal Korea di Jawa Tengah sempat membentuk Partai Joseon di Ambarawa, Jawa Tengah. Upaya mereka melawan Jepang ketahuan dan para prajurit asal Korea tersebut ditangkap pihak militer Jepang di Jawa Tengah.
Duta Besar Kenji Kanasugi memimpin 40 peziarah yang sebagian besar anggota Yayasan Warga Persahabatan dan keluarga besar untuk menaburkan bunga di 26 makam di TMP Kalibata.
Adapun nama-nama prajurit Jepang yang berjuang untuk Republik Indonesia dan dimakamkan di TMP Kalibata adalah Mitsunaga Masatoshi alias Abdul Rochim, Nishimura Sueo alias Mohammad Toha, Yamano Goroo alias Abdul Madjid, Ishii Yosinami alias Satria, Eto Shichio alias Jacob, Suzuki Goshiro alias Anwar, Yamamoto Fumio alias Atmosaroso, Kawahari Isamu alias Abdul Kadir, Koizimui Toshio alias Baharudin, Deguchi Yoshio alias Memed, dan Nanri Isamu alias Sumardi.
Selanjutnya ada nama Ueda Kaneo alias Abidin, Karakawa Kuniji alias Wira, Shimizu Hiroshi alias Moehammad, Kikiuchi Gengo alias Rahmat, Tutsumi Kiyokatsu alias Ridwan, Matsutake Shigeru alias Atmopramono, Ishimine Hideo, Onodera Tadao alias Sudarmo, Higuchi Osamu alias Rusli, Fukunishi Hajime alias Sulaiman, Aizawa Kaichiro alias Usman Lubis, Otsudo Noboru alias Kumpul, Nakagawa Giro alias Asnur, Itami Hideo alias Bustami, Fujiyama Hideo alias Husein, dan Miyahara Eiji alias Umar Hartono.
Pejuang kemerdekaan Indonesia asal Jepang yang terakhir meninggal di Indonesia adalah Rahmat Shigeru Ono asal Hokkaido, Jepang, yang menjadi petani di Batu, Malang, Jawa Timur. Kompas sempat mengunjungi Rahmat Shigeru Ono pada 2013 seusai menghadiri pemakaman militer di TMP Kalibata untuk Eiji Miyahara alias Letnan Muda Umar Hartono, anggota Resimen Tirtayasa Divisi Siliwangi yang wafat pada 15 Oktober 2013. Eiji Miyahara adalah prajurit asal Jepang terakhir yang dimakamkan di TMP Kalibata.
Rahmat Shigeru Ono meninggal tahun 2014 dalam usia 95 tahun. Rahmat Shigeru Ono, anggota Pasukan Gerilya Istimewa (PGI) di selatan Wlingi, Blitar, Jawa Timur, kehilangan lengan kiri dalam masa perjuangan.
Karena pemberitaan Kompas tahun 2013 tersebut, Rahmat Shigeru Ono mendapat penghargaan dari Kementerian Pertahanan Republik Indonesia dan Kementerian Pertahanan Kerajaan Jepang.
Rahmat Shigeru Ono adalah anggota pasukan yang dipimpin Tomegoro Yozhisumi alias Bung Arif dan Tatsuo Ichiki alias Abdul Rachman yang gugur dalam pertempuran melawan Belanda. Tatsuo Ichiki adalah seorang wartawan sebelum dan semasa Perang Dunia II.
Penulis Wenri Wanhar dalam buku Jejak Intel Jepang, Kisah Pembelotan Tomegoro Yozhisumi dan buku Pasukan M Menang Tak Dibilang, Gugur Tak Dikenang, Kemenangan Pertempuran Laut Pertama Indonesia, menceritakan tentang perjuangan melawan Belanda di Front Jawa Timur tahun 1946-1949.
Keberadaan para prajurit asal Jepang ini memberi warna dalam perjuangan melawan Belanda sesuai dengan keahlian yang mereka miliki sebelumnya dalam perang melawan Sekutu di masa Perang Pasifik tahun 1941-1945.
Presiden Soekarno meninggalkan pesan di sebuah monumen di Biara Buddha di Minatoku Tokyo, Jepang, untuk mengenang Tomegoro Yozhisumi dan Tatsuo Ichiki yang dibangun tahun 1958. Presiden Soekarno menulis, ”Kepada Saudara Ichiki Tatsuo dan Saudara Yoshizumi Tomegoro. Kemerdekaan bukanlah milik suatu bangsa saja, tapi milik semua manusia. Tokyo 15 Februari 1958–Soekarno”.
Adapun Rahmat Shigeru Ono ketika ditemui Kompas memberi pesan, ”Tolong hargai perjuangan kami dengan tidak korupsi. Indonesia seharusnya bisa menjadi negara kaya.”