Teroris di Makassar Diduga Akan Bergabung dengan Kelompok MIT
Operasi penangkapan 20 teroris kelompok JAD di Makassar patut diapresiasi. Kelompok itu diduga tengah mempersiapkan diri bergabung dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur. Untuk bergabung, mereka berlatih naik gunung.
Oleh
Norbertus Arya Dwiangga Martiar
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Operasi penangkapan 20 teroris dari kelompok Jamaah Ansharut Daulah atau JAD di Makassar patut diapresiasi. Pasalnya, kelompok tersebut diduga sedang mempersiapkan diri untuk bergabung dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Ali Kalora.
Chief Advisor International Association for Counterterrorism and Security Professionals Indonesia Haryoko R Wirjosoetomo ketika dihubungi, Rabu (6/1/2021), di Jakarta, mengatakan, operasi penangkapan 20 anggota JAD oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror patut diapresiasi.
”Boleh jadi kelompok JAD di Makassar itu satu sel yang terdiri dari beberapa orang saja yang kemudian berkembang menjadi besar. Saya menduga pelatihan yang mereka lakukan itu dipersiapkan untuk melakukan aksi sendiri atau dugaan saya yang lebin kuat adalah mereka akan bergabung dengan kelompok MIT pimpinan Ali Kalora,” tutur Haryoko.
Boleh jadi kelompok JAD di Makassar itu satu sel yang terdiri dari beberapa orang saja yang kemudian berkembang menjadi besar. Saya menduga, pelatihan yang mereka lakukan itu dipersiapkan untuk melakukan aksi sendiri atau dugaan saya yang lebin kuat adalah mereka akan bergabung dengan kelompok MIT pimpinan Ali Kalora.
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Komisaris Besar Ahmad Ramadhan menegaskan, 20 orang yang ditangkap di Makassar tersebut bukanlah terduga teroris, melainkan adalah teroris. Dari 20 orang, 17 orang berhasil ditangkap, seorang mengalami luka, dan dua orang lagi tewas.
”Sementara dua orang meninggal karena pada saat penangkapan keduanya melakukan perlawanan dengan masing-masing menggunakan senjata tajam jenis parang dan senapan angin jenis PCP atas nama MRS, 46 tahun, dan SA, 23 tahun,” kata Ahmad.
Kelompok tersebut, lanjut Ahmad, menamakan diri sebagai kelompok Anshor Daulah. Kemudian mereka menyatakan baiat kepada kilafah atau Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) pada 2015 di Ponpes Aridho Pimpinan Ustad Basri. Adapun Ustad Basri telah meninggal di Nusakambangan dalam kasus teror.
Dua orang yang tewas dalam operasi penangkapan tersebut tercatat bersama keluarganya pernah akan bergabung dengan NIIS di Suriah pada 2016. Namun, rencana itu dapat dibatalkan ketika mereka masih berada di Bandara Soekarno-Hatta.
Selain itu, mereka turut mengirim dana kepada pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Jolo di Filipina. Sejak Oktober 2020, kelompok itu mulai melakukan latihan menembak dan naik gunung secara rutin.
Berlatih naik gunung
Dugaan bahwa mereka bisa jadi akan bergabung dengan kelompok MIT adalah karena mereka berlatih naik gunung. Sementara selama ini aksi teror dari kelompok JAD biasanya dilakukan di kota dengan pola langsung menyerang.
Lebih jauh, menurut Haryoko, dugaan bahwa mereka bisa jadi akan bergabung dengan kelompok MIT adalah karena mereka berlatih naik gunung. Sementara selama ini aksi teror dari kelompok JAD biasanya dilakukan di kota dengan pola langsung menyerang.
Kedekatan Makassar dengan Poso turut mempermudah orang atau pihak yang selama ini mendukung MIT untuk bergabung. Sementara, lanjut Haryoko, selama ini kelompok MIT mendapatkan suplai atau bantuan dari luar Poso, termasuk dari Makassar.
”Kecakapan kelompok JAD ini tidak setinggi kelompok Jamaah Islamiyah, tetapi mereka memiliki pendukung yang relatif luas,” ujar Haryoko.