Taj Yasin Maimoen mendapatkan dukungan dari mantan Ketua Umum PPP Hamzah Haz dan politisi senior PPP. Adapun Suharso menuai dukungan dari sejumlah pengurus PPP di tingkat provinsi.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perebutan kursi ketua umum Partai Persatuan Pembangunan kian ketat. Sejumlah dewan pimpinan wilayah PPP telah menyatakan dukungan kepada Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa. Di sisi lain, dukungan kepada kader PPP yang kini menjabat Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, juga mulai bermunculan.
Sejauh ini, kandidasi menuju kursi ketua umum PPP mengerucut pada dua nama, Suharso Monoarfa dan Taj Yasin Maimoen. Proses pemilihan dan penetapan ketua umum PPP akan berlangsung di dalam Muktamar IX PPP, 18-21 Desember 2020, di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Politisi senior PPP, Akhmad Muqowam, saat dihubungi di Jakarta, Jumat (18/12/2020), memutuskan tidak maju dalam bursa pencalonan ketua umum PPP. Ia lebih memilih mendukung Yasin atau kerap dikenal Gus Yasin.
”Jadi, ada secercah harapan. Artinya, beban moral, beban psikis, beban ideologis, beban religiusitas terbantu kalau Gus Yasin menjadi ketua umum. Tetapi, apakah akan dikalahkan dengan pragmatisme, ya bisa jadi,” ujar Muqowam.
Muqowam meyakini, jika Yasin terpilih sebagai ketua umum, elektabilitas PPP akan meningkat di Pemilu 2024. Alasannya, Yasin merupakan sosok yang kental dengan Nahdlatul Ulama (NU). Apalagi, Yasin adalah anak dari tokoh PPP, KH Maimoen Zubair.
”Dia tak terpisah dari bagian Islam wasathiyah dan ulama di Indonesia. Akseptabilitas di kalangan umat itu tinggi,” ujarnya.
Lebih dari itu, Yasin dianggap bisa membawa perubahan bagi partai karena berasal dari kalangan anak muda dengan pemikiran yang sangat terbuka. Dengan begitu, PPP diharapkan dapat terselamatkan dari posisi kritis saat ini, yang terlihat dari perolehan suara di Pemilu 2019. Dalam Pemilu 2019, PPP hanya meraih 19 kursi atau 4,52 persen atau menduduki posisi kunci dari sembilan partai politik yang lolos ambang batas parlemen.
Adapun mengenai kabar akan adanya figur dari luar PPP ikut berkontestasi dalam Muktamar IX PPP, Muqowam menepisnya. Menurut dia, masih banyak kader mumpuni di PPP yang bisa menjabat ketua umum PPP. ”Jangan memberi ruang-ruang yang ragu-ragu kepada orang lain. PPP tidak berada dalam keraguan. PPP, kan, banyak sekali kadernya, ngapain (ambil dari luar)?” ujarnya.
Dukungan dari Hamzah Haz
Sementara itu, Ketua Umum DPP PPP periode 1998-2007 Hamzah Haz, melalui video yang diterima Kompas, memiliki kegelisahan yang sama dengan Muqowam. Ia merasa khawatir dengan perolehan kursi PPP di parlemen yang terus tergerus.
Raihan kursi ini semakin berkurang setelah Suharso menjabat Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP. Kursi di parlemen hanya 19 kursi. Padahal, pada dua kali pemilu pada 1999 dan 2004, perolehan suara PPP pernah mencapai 58 kursi.
”Jadi, saya khawatir. Ini saya khawatir, kalau PPP hilang di dalam kepartaian, yang mampu membuat keseimbangan antara partai nasionalis dan partai agama,” kata Hamzah yang juga Wakil Presiden ke-9 RI.
Karena itu, ia meminta kepada seluruh pemilik suara dalam Muktamar IX PPP agar mempertimbangkan Yasin untuk menjadi ketua umum PPP. Menurut Hamzah, Yasin memiliki modal kuat sebagai putra Maimoen Zubair.
”Dulu, saya memimpin PPP dibimbing, didampingi oleh Maimoen Zubair. Maka itu, kebetulan Gus Yasin ini putranya. Jadi, kalau saya boleh katakan, cobalah karismatik, Mbah Maimoen Zubair itu dapat turun ke sini. Jadi, bukan hanya dari segi populernya, tetapi votegetter-nya. Jadi, itu untuk dapat dipertimbangkan,” ucap Hamzah.
Untuk diketahui, Suharso menjabat Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP sejak pertengahan Maret 2019 atau setelah Ketua Umum PPP Romahurmuziy ditangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Ia juga kini menjabat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas.
Pendukung Suharso
Di sisi lain, sejumlah DPW telah mendeklarasikan dukungan kepada Suharso, di antaranya DPW Jawa Barat, DPW Sulawesi Selatan, dan DPW Maluku.
Ketua DPW PPP Sulawesi Selatan Muhammad Aras mengatakan, sebanyak 24 DPC kabupaten/kota sepakat mendukung Suharso menjadi ketua umum. Alasannya, Suharso telah dianggap meloloskan PPP di atas ambang batas parlemen pada Pemilu 2019. Alasan lain, Suharso dianggap paling banyak berkontribusi dalam mengelola partai.
”Karena itu, sangat wajar, kader terbaik diharapkan bisa menakhodai untuk membesarkan partai untuk 2024,” ujar Aras.
Menurut Aras, tidak ada sedikit pun suara mengarah pada Yasin. Ia bahkan menyebut seluruh pengurus mengaku tidak terlalu kenal sosok Yasin.
”Mereka tidak kenal. Kalau tidak pernah kelihatan dan tidak kenal, kan susah untuk menilainya. Kami juga tidak tahu sepak terjang beliau. Kalau Mbah Maimoen jelas, sudah kami rekam. Kalau beliau (Taj Yasin), belum,” katanya.
Aras menilai, kecilnya raihan suara PPP di Pemilu 2019 tidak bisa sepenuhnya disalahkan kepada Suharso. Sebab, Suharso baru mulai memimpin PPP sebulan sebelum pemilu digelar. ”Jadi, tentu tidak bisa kita menilai bahwa beliau betul-betul penuh persiapan untuk membesarkan partai. Tetapi, yang pasti, kami bersyukur, dia berhasil meloloskan partai dari ujung tanduk,” ucapnya.