Tiga Prinsip yang Paling Dikedepankan Warga Saat ini
Survei nasional menunjukkan warga Indonesia punya sejumlah sikap yang menjadi modal sosial dalam mendukung kemajuan bangsa. Hal ini juga turut mendukung kekuatan komunitas di tengah pandemi Covid-19.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian warga mengedepankan prinsip-prinsip bertanggung jawab, berkeadilan, dan berintegritas. Tiga hal itu merupakan nilai-nilai yang paling dipegang warga Indonesia saat ini. Adapun secara komunitas, mayoritas warga Indonesia memegang sikap bergotong royong, demokrasi, dan menjunjung hak asasi manusia.
Sikap tersebut tecermin dalam survei nasional bersama lembaga Nenilai bekerja sama dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) pada 1 Agustus-15 September 2020. Survei yang melibatkan 31.104 responden ini mengkaji tentang nilai apa yang dipegang teguh warga Indonesia pada level individu, komunitas, dan nilai budaya dalam konteks berkebangsaan. Adapun penggalian data dari responden dilakukan secara daring.
Staf Ahli Kementerian PPN/Bappenas Bidang Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan, Vivi Yulaswati, menuturkan, prinsip tersebut tampak berjalan seiring dengan apa yang dilakukan orang-orang selama pandemi Covid-19.
”Berbagai aksi bahu-membahu warga muncul seiring pandemi, bahkan beberapa komunitas warga bisa mengendalikan penularan virus dengan relatif baik. Modal sosial yang telah ada harus diperkuat demi kemajuan bangsa,” ucapnya dalam diskusi virtual bertajuk ”Cetak Biru Pahlawan Baru”, Selasa (10/11/2020).
Meski begitu, ada pula potensi friksi dan konflik di kalangan warga, salah satunya karena kebutuhan sehari-hari yang tidak terpenuhi. Vivi merinci, penyebab konflik di setiap daerah berbeda-beda, dan ini turut menghambat kemajuan suatu negara kendati memiliki kekuatan modal sosial.
Vivi menyebut konflik dan friksi tersebut dengan istilah entropi budaya atau energi yang muncul dalam suatu komunitas, tetapi kontraproduktif untuk kemajuan bangsa. Potensi entropi budaya dalam warga Indonesia masih ada sekitar 43 persen menurut survei.
Potensi entropi budaya yang mengurangi kekuatan modal sosial harus segera diidentifikasi. Vivi menyebut di Jawa, misalnya, sebagian konflik antarwarga turut dipicu rendahnya literasi atau pemahaman akan masalah yang terjadi. Dalam situasi itu, butuh lebih banyak ruang dialog bagi mereka yang berkonflik.
”Saya meyakini Indonesia masih memiliki banyak ruang untuk perbaikan. Artinya, modal sosial yang telah ada perlu terus kita kembangkan dan terapkan kepada publik. Perlu langkah penyadaran publik dan kepekaan pemerintah untuk hal itu,” kata Vivi.
Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia Komarudin Hidayat menuturkan, sejumlah modal sosial yang ada kini adalah hasil warisan tradisi yang tidak pernah lekang. Untuk melestarikan modal sosial, nilai-nilai tersebut mesti diinternalisasi melalui kurikulum pendidikan resmi.
”Semestinya, pemerintah membangun silabus kurikulum pendidikan yang menghargai keragaman. Namun, hal yang menjadi tantangan pula adalah identitas keagamaan yang kerap bersifat eksklusif. Tantangan tersebut mungkin mesti diselesaikan dalam jangka panjang,” ucapnya.
Kekuatan modal sosial menjadi keyakinan banyak orang lantaran selama pandemi, muncul berbagai inisiatif gerakan sosial dari warga secara natural. Kompas mencatat banyak gerakan sosial yang diinisiasi warga, mulai dari donasi alat pelindung diri (APD) untuk tenaga kesehatan, bantuan tunai, bantuan bahan pokok, hingga bantuan ponsel untuk pembelajaran jarak jauh.
Tingginya kepedulian publik juga terlihat dari jajak pendapat Kompas yang melibatkan 510 responden, Mei silam. Sekitar 40 persen responden berencana secara rutin memberikan donasi satu hingga dua kali dalam sebulan selama pandemi. Bahkan, ada 16 persen yang mengaku berdonasi dengan frekuensi lebih banyak, yakni lebih dari tiga kali dalam sebulan.
CEO Campaign.com William Gondokusumo menyatakan, sejumlah kegiatan sosial mendapat lebih banyak dukungan dari warga di tengah pandemi Covid-19. Terutama yang berkaitan langsung dengan situasi pandemi, paling banyak mendapat dukungan dibandingkan kegiatan sosial lainnya (Kompas.id, 30/6/2020).