TGPF Intan Jaya Yakin Tenggat Dua Pekan Investigasi Tercapai
Sekalipun sempat diserang di Intan Jaya, Papua, TGPF Kekerasan di Intan Jaya yakin tetap bisa menyelesaikan penyelidikan sesuai tenggat pemerintah. Tim telah tuntas menyelidiki di Papua dan kembali ke Jakarta.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI/Edna C Pattisina
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meskipun sempat diserang oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata, Tim Gabungan Pencari Fakta Kekerasan di Intan Jaya, Papua, optimistis bahwa tenggat investigasi selama dua pekan tetap bisa terpenuhi. Pada Senin (12/10/2020), tim telah kembali ke Jakarta setelah mengumpulkan informasi terkait kekerasan di Intan Jaya dan Jayapura.
Ketua Tim Investigasi Lapangan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Benny Mamoto mengatakan, tim kembali ke Jakarta karena sudah cukup mengumpulkan data dan informasi dari lapangan.
Menurut dia, di Kabupaten Intan Jaya, tim sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), bertemu saksi-saksi di TKP, serta mewawancarai sekitar 25 saksi.
”Meski dalam kondisi ancaman gangguan keamanan di sana, kami bekerja secara maksimal dan optimistis target tercapai,” ujar Benny melalui keterangan tertulis, Senin.
Seperti diberitakan sebelumnya, awal Oktober lalu, pemerintah membentuk TGPF dan memberikan waktu dua pekan untuk mengusut kasus kekerasan dan penembakan yang menimbulkan korban jiwa di Intan Jaya, Papua.
Dalam rentang waktu 16-20 September, ada seorang warga sipil, seorang pendeta, dan dua prajurit TNI tewas di Intan Jaya. Korban tewas itu adalah warga sipil bernama Badawi, dua prajurit TNI Serka Sahlan dan Pratu Dwi Akbar, serta Pendeta Yeremias Zanambani.
Kasus terakhir yang ramai disoroti publik adalah penembakan Yeremias di Kampung Hitadipa, Intan Jaya, Papua, Sabtu (19/9/2020). Terjadi saling tuding terkait pelaku penembakan. Pihak KKSB menuding TNI sebagai pelakunya. Sebaliknya, TNI menuding KKB sebagai pelakunya.
Kemudian, dalam proses penyelidikan di Intan Jaya, TGPF sempat diserang oleh KKSB. Akibatnya, dua orang terluka, yaitu sosiolog Universitas Gadjah Mada Bambang Purwoko dan seorang prajurit TNI. Serangan terjadi ketika tim dalam perjalanan dari Hitadipa ke Kampung Mamba, Sugapa, Intan Jaya, Jumat (9/10/2020) sore.
Benny menjelaskan, setelah diserang oleh KKSB, tim tetap melanjutkan investigasi lapangan. Caranya dengan menghadirkan saksi-saksi di suatu tempat untuk diwawancarai. Menurut dia, tim bekerja dengan cara yang lebih fleksibel dibandingkan dengan penyelidikan yang diatur di Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Untuk memperoleh informasi, tim dibantu oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat. Dengan bantuan tokoh lokal, tim akhirnya juga diizinkan untuk melakukan otopsi terhadap jenazah Yeremias.
Bahkan, keluarga korban mau menandatangani berita acara pemeriksaan (BAP). Kepolisian yang selama ini terkendala penolakan keluarga pun bisa melanjutkan penyelidikannya.
Selain tim yang ke Intan Jaya, sebagian personel TGPF menggali informasi di Jayapura. Mereka mengumpulkan informasi dari tokoh setempat seperti mantan Bupati Paniai Naftali Yogim, Pendeta Petrus Bonyandone, beberapa LSM dan pegiat hak asasi manusia (HAM) di Jayapura, serta jajaran tiga pilar Papua. Tim II yang berada di Jayapura dipimpin oleh Wakil Ketua TGPF Sugeng Purnomo.
Secara terpisah, dalam kontak tembak antara TNI dan KKSB, di Intan Jaya, Senin, pasukan TNI berhasil merebut senjata api milik KKSB.
Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III (Kapen Kogabwilhan III) Kolonel Czi IGN Suriastawa mengatakan, kontak tembak itu terjadi pukul 17.45 WIT. Kontak tembak berlangsung sekitar satu jam di dekat Bandara Bilorai, Kampung Bilogai, Distrik Sugapa, Intan Jaya. Satuan TNI yang kontak tembak dengan KKSB adalah personel dari Yonif 400 Raider yang sedang melaksanakan pengamanan di Bandara Bilorai.
”Satuan Yonif 400 Raider bertugas melaksanakan pengamanan bandara untuk menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan sipil dari ancaman KKSB yang sering membuat kekacauan di wilayah Intan Jaya,” kata Suriastawa.
TNI menyita satu pucuk senjata api laras panjang rakitan yang dilengkapi dengan teleskop dan 19 butir amunisi kaliber campuran (5,56 mm dan 7,62 mm). Selain itu, seorang anggota KKSB tertembak. Namun, saat TNI menyisir lokasi, korban belum ditemukan. Diperkirakan korban KKSB yang mengalami luka tembak dibantu melarikan diri oleh kelompok KKSB ke dalam hutan.
Suriastawa mengatakan, KKSB selama ini sering menyerang warga sipil. Dimulai dari penembakan terhadap dua tenaga kesehatan penanganan Covid-19, yaitu Almanek Bagau (luka tembak) dan Heniko Somau (tewas di tempat), pada Jumat (22/5/2020), di Distrik Wandai, Intan Jaya. Kemudian, penembakan petani bernama Yunus Sani (tewas) pada Jumat (29/5/2020) di Kampung Magataga, Distrik Wandai, Intan Jaya.
Selain itu, penembakan warga bernama Laode Zainudin (luka tembak) pada Sabtu (15/8/2020) di Kampung Bilogai, Distrik Sugapa, Intan Jaya. Selanjutnya, penembakan dua warga sipil berprofesi tukang ojek bernama Laode Anas (kemudian meninggal) dan Fatur Rahman (luka tembak) pada Senin (14/9/2020) di Distrik Sugapa, Intan Jaya.