Investasi Pertahanan Terencana Kunci Menangi Perang Modern
TNI perlu bertransformasi secara organisasi, personel, dan teknologi. Hal ini penting untuk mengantisipasi berbagai ancaman yang dinamis, termasuk pertempuran besar yang punya daya rusak besar dan berlangsung cepat.
Oleh
Nina Susilo
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tentara Nasional Indonesia yang genap berusia 75 tahun telah bertransformasi secara organisasi. Hal ini perlu diikuti transformasi teknologi dan personel untuk menghadapi dinamika perubahan dunia. Karena itu, kebijakan belanja pertahanan semestinya berubah menjadi investasi pertahanan.
Presiden Joko Widodo sebagai Panglima Tertinggi TNI dalam sambutannya pada peringatan Hari Jadi Ke-75 TNI yang diselenggarakan secara virtual menyatakan selalu mendukung transformasi untuk penguatan TNI. Apalagi, pada saat perubahan dunia terjadi dengan sangat cepat, transformasi organisasi TNI harus dilakukan sesuai dinamika tersebut, sesuai dinamika ancaman, sesuai perkembangan teknologi militer.
Pada saat perubahan dunia terjadi dengan sangat cepat, transformasi organisasi TNI harus dilakukan sesuai dinamika tersebut, sesuai dinamika ancaman, sesuai perkembangan teknologi militer.
Perubahan di tubuh TNI sejak masa reformasi banyak dilakukan untuk mendukung kebutuhan konsolidasi demokrasi serta beradaptasi dengan ancaman sesuai konteks zaman. Dalam lima tahun terakhir, menurut Presiden Joko Widodo, perubahan organisasi dilakukan dengan membentuk satuan baru, seperti Divisi Infanteri 3 Kostrad, Komando Operasi TNI AU III, Komando Armada III TNI AL, dan Pasukan Marinir 3. Selain itu, dibentuk juga tiga komando gabungan wilayah pertahanan, tiga skuadron TNI AU di wilayah timur Indonesia, dan satuan siber TNI.
”Pembentukan satuan-satuan organisasi baru TNI ini bentuk komitmen pemerintah untuk terus melakukan transformasi TNI agar TNI semakin kokoh dalam menjalankan perannya,” ujar Presiden Joko Widodo.
Namun, hal ini harus didukung transformasi teknologi dan transformasi personel. Sebab, lompatan teknologi militer di masa revolusi industri keempat saat ini akan memengaruhi taktik dan strategi perang masa depan.
TNI perlu mempersiapkan diri mengantisipasi pertempuran masa depan yang punya daya hancur lebih besar, berjalan lebih singkat, bahkan menggabungkan berbagai taktik, baik konvensional, nonkonvensional, maupun taktik lintas dimensi, baik sosial politik maupun ekonomi. TNI harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi, baik yang berbasis teknologi informasi, teknologi nano, maupun otomatisasi.
”Untuk menguasai lompatan teknologi militer terkini, kita harus sungguh-sungguh mengubah kebijakan kita dari kebijakan belanja pertahanan menjadi investasi pertahanan,” tutur Presiden Jokowi.
Kebijakan investasi pertahanan itu berpikir jangka panjang, dirancang sistematis, serta dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan. Hanya melalui investasi pertahanan yang terencana, kata Presiden, TNI akan mampu menjadi kekuatan perang modern yang mengikuti perkembangan teknologi termaju.
Kebijakan investasi pertahanan itu berpikir jangka panjang, dirancang sistematis, serta dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan.
Hanya saja, Presiden tak menjelaskan lebih lanjut praktik konkret dari investasi pertahanan yang disebut itu. Sebab, saat ini terungkap kabar dari Kementerian Pertahanan Austria, Juli lalu, bahwa Indonesia akan membeli 15 pesawat tempur bekas jenis Eurofighter Typhoon.
Pembelian alutsista bekas bukan hanya tak sesuai dengan komitmen Presiden Jokowi untuk tak membeli alutsista bekas. Namun, hal ini dikhawatirkan menimbulkan persoalan biaya tinggi dari sisi pengoperasian dan pemeliharaan serta masalah sisa masa pakai dan suku cadang yang terbatas (Kompas, 5/10/2020).
Selain transformasi organisasi dan teknologi, Presiden juga mengingatkan supaya ada tranformasi personel yang kokoh dalam menghadapi operasi militer perang ataupun tugas-tugas operasi militer selain perang. Karakter pejuang yang telah tertanam kuat dalam diri TNI harus terus melekat dan melembaga. Selain itu, semua harus selalu bersinergi, bekerja sama, dan bahu-membahu dengan semua elemen bangsa, termasuk dengan Polri.
”Sinergi adalah kunci untuk membangun pertahanan yang semakin kokoh dan efektif,” tambah Presiden.
Sinergi adalah kunci untuk membangun pertahanan yang semakin kokoh dan efektif. (Joko Widodo)
Di hari jadi TNI, Presiden Jokowi juga menyampaikan selamat ulang tahun serta berterima kasih kepada semua prajurit TNI yang bertugas, baik di markas, di wilayah perbatasan, di wilayah pulau terluar, maupun sebagai pasukan perdamaian PBB di luar negeri.
”Dalam sejarah panjang kontribusi TNI bukan hanya melalui operasi militer perang, melainkan juga operasi militer selain perang, yang sigap membantu rakyat yang sedang menghadapi bencana alam, termasuk pandemi Covid-19 sekarang ini. Atas nama rakyat Indonesia, saya menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada keluarga besar TNI, kepada para prajurit yang bertugas di mana pun, juga kepada purnawirawan yang mewariskan institusi dan prajurit TNI yang selalu berbakti untuk kemajuan negeri dalam dunia yang selalu berubah,” tutur Presiden Jokowi.
Presiden juga berpesan supaya TNI terus meningkatkan profesionalisme, memegang teguh amanat Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, menjaga terus kemanunggalan TNI dengan rakyat, serta bersinergi untuk membangun negeri.
Dialog
Pada akhir peringatan HUT TNI tersebut dari Istana Negara, Jakarta, Presiden Jokowi berdialog dengan perwakilan TNI yang bertugas di wilayah terluar, perbatasan, dan sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo. Dalam dialog ini, Presiden didampingi Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Kepala Staf Presiden Moeldoko, dan Kepala Polri Jenderal (Pol) Idham Azis.
Kepada para prajurit di wilayah terluar seperti di perbatasan RI-Papua Niugini di Skouw, di wilayah Natuna, dan Saumlaki Kepulauan Tanimbar, Presiden menanyakan apakah gaji dan tunjangan lancar diterima.
Mayor Inf Anggun Wuryanto, Komandan Pengamanan Perbatasan RI-PNG Yonif MR 413, menjelaskan, saat ini terdapat 450 personel yang menjaga 18 pos perbatasan dalam kondisi sehat. Wilayah tanggung jawab mereka yang meliputi Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom juga aman. Sinergi antara TNI, Polri, instansi terkait, dan masyarakat juga baik. Selain itu, pintu gerbang PLBN Skouw masih ditutup sejak Februari untuk mencegah penyebaran virus korona baru.
Laksamana Pertama Dato Rusman, Komandan Gugus Tempur Laut (Guspurla) Komando Armada I TNI AL, juga melaporkan perairan Natuna aman dan kondusif. Saat ini, Guspurla Armada I sedang melaksanakan operasi tempur laut dengan empat KRI dan satu pesawat udara.
”Seluruh kekuatan operasi dipusatkan di perairan Natuna dan sekitarnya. Semua prajurit sehat dan dalam kondisi moril tinggi untuk melaksanakan operasi,” ujarnya.
Sebanyak 20 personel melaksanakan tugas mengamankan wilayah terluar di Pulau Sekatung yang tak berpenghuni dan berbatasan langsung dengan Laut China Selatan.
Dari Pulau Sekatung, Kabupaten Natuna, Serma Mar Hendro Wijaya yang merupakan Wakil Komandan Pos Satgas Pengamanan Pulau Terluar Pulau Sekatung menyampaikan, sebanyak 20 personel melaksanakan tugas mengamankan wilayah terluar ini. Pulau Sekatung tak berpenghuni dan berbatasan langsung dengan Laut China Selatan.
Di Saumlaki, Komandan Satuan Radar 245 Letkol (Lek) Fusi Arizona melaporkan 54 personel Satrad dan sepuluh personel BKO Paskhas untuk pengamanan alutsista dari Detasemen Pertahanan Udara 472 dalam kondisi sehat. Kondisi radar pun baik. Wilayah udara sejauh 240 mil laut juga aman. Sinergi TNI, Polri, dan masyarakat juga baik.
Adapun Kolonel Dr dr Chairul Ikhsan, SpBS, Kepala RS Khusus Infeksi Covid-19 di Pulau Galang, melaporkan, sebanyak 3.265 orang telah dirawat dengan 1.206 di antaranya pasien positif Covid-19. Saat ini masih ada 210 pasien dari 360 tempat tidur yang ada. Adapun okupansi rata-rata 80 persen. Sejauh ini, dengan 104 prajurit yang bertugas, tak ada pasien meninggal dalam perawatan.
Presiden sempat menanyakan masalah sarana prasarana di RS Pulau Galang. Chairul menjawab semua lancar tanpa kendala.