Pemerintah Targetkan Penurunan Kasus di Kalangan Tenaga Kesehatan
Untuk mengurangi tingginya infeksi Covid-19 di kalangan tenaga kesehatan, pemerintah mengambil sikap dengan beberapa pembenahan, di antaranya pengaturan jadwal klinik dan penyediaan vitamin dosis tinggi.
Oleh
Nina Susilo
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tingginya infeksi Covid-19 di kalangan tenaga kesehatan disikapi dengan beberapa pembenahan, di antaranya pengaturan jadwal klinik dan penyediaan vitamin dosis tinggi. Diharapkan, penularan dan tingkat kematian di kalangan tenaga kesehatan bisa dikurangi setidaknya setengahnya.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyebutkan para tenaga kesehatan adalah kelompok prioritas untuk dilindungi. ”Kami ingin menurunkan angka penularan di kalangan tenaga kesehatan yang sebesar 10,02 persen menjadi 5 persen,” ujarnya dalam keterangan pers yang disampaikan secara virtual dari Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta, Rabu (2/9/2020).
Untuk menurunkan angka penularan dan kematian tenaga kesehatan akibat Covid-19, beberapa hal yang dibenahi adalah pengaturan jadwal klinik, pengurangan paparan setiap tenaga kesehatan pada kemungkinan penularan, pengaturan jam kerja dan waktu istirahat yang memadai, penyediaan alat pelindung diri yang memadai, penyediaan vitamin, serta insentif.
Kami ingin menurunkan angka penularan di kalangan tenaga kesehatan yang sebesar 10,02 persen menjadi 5 persen.
Di sisi lain, penempatan pasien juga akan diatur kembali. Pasien Covid-19 dengan kondisi tidak terlalu parah diarahkan ke Wisma Atlet. Adapun rumah sakit disiapkan untuk pasien dengan kondisi bawaan yang memerlukan penanganan khusus.
Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia sejauh ini mencatat, setidaknya 102 dokter meninggal dalam penanganan Covid-19. Selain itu, masih ada 9 dokter gigi dan 68 perawat gugur akibat penyakit yang disebabkan virus korona baru ini.
Penularan Covid-19 di kalangan tenaga medis juga tinggi. Harian Kompas mencatat, di Batam, Kepulauan Riau, misalnya, sepanjang 22-30 Agustus 2020, sedikitnya 70 tenaga kesehatan dan pekerja di enam puskesmas dan dua rumah sakit tertular Covid-19. Diduga, penularan di kalangan tenaga medis ini akibat penanganan orang dengan Covid-19 tanpa gejala.
Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih menyebutkan, tingginya penularan Covid-19 di kalangan dokter dan tenaga kesehatan akibat beban kerja yang meningkat. Kelelahan berdampak pada kondisi tubuh yang rentan tertular berbagai penyakit.
Karena itu, Daeng menilai isolasi kasus harus dilakukan lebih ketat supaya pasien tidak menularkan ke orang lain. Selain itu, pemeriksaan (testing) dan pelacakan (tracing) harus ditingkatkan. Pencegahan melalui penerapan protokol kesehatan yang lebih disiplin juga harus dilakukan.
Dalam keterangan pers, Wiku mengatakan, tracing yang masif dan terus meningkatkan kapasitas laboratorium akan dilakukan. Sejauh ini Indonesia masih jauh dari rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 1 tes per 1.000 populasi atau untuk Indonesia 267.000 tes per minggu. Saat ini, tes yang dilakukan di Indonesia sekitar 90.000 tes per minggu.
Selain mendorong jumlah pemeriksaan, dilakukan pula intensifikasi program di puskesmas dan fasilitas kesehatan tingkat pertama lain serta menaikkan kinerja laboratorium, termasuk dengan melibatkan swasta.
Semua ini dilakukan untuk menurunkan tingkat penularan (positivity rate). Dalam rekomendasi WHO, standar aman positivity rate tak lebih dari 5 persen.
Tingkat penularan di tingkat nasional terus naik. Pada Juni, angkanya masih 11,71 persen, bulan berikutnya menjadi 14,29 persen. Pada Agustus, tingkat penularan mencapai 15,43 persen, bahkan sempat mencapai 25,25 persen pada 30 Agustus.
Sampai Rabu (2/9/2020), jumlah kasus Covid-19 yang terkonfirmasi di Indonesia bertambah 3.075 menjadi 180.646 kasus. Dari jumlah ini, 129.971 orang sembuh dan 7.616 orang meninggal.
Masih tinggi
Dari tingkat kesembuhan, Indonesia berada di posisi ke-20 dari 215 negara dengan rata-rata kesembuhan sedikit lebih baik, 72,1 persen dari rata-rata global 70 persen. Namun, tingkat kematian pasien Covid-19 di Indonesia sebesar 4,2 persen juga masih lebih tinggi dari rata-rata global 3,32 persen.
Untuk itu, kata Wiku, kerja keras masih harus dilakukan untuk menekan angka kematian.
Kerja keras masih harus dilakukan untuk menekan angka kematian.
Kendati demikian, di sisi kasus aktif, Indonesia terus menurun. Per 1 September tercatat 42.009 kasus atau 23,7 persen, sedangkan angka rata-rata dunia 26,67 persen.
”Dari Maret ke Agustus berangsur menurun. Pada Maret, rata-rata kasus aktif di angka 91,26 persen, berlanjut menurun pada April menjadi 81,57 persen, Mei 71,53 persen, Juni 57,25 persen, Juli 44,02 persen, sampai Agustus kasus aktif di Indonesia menurun jadi 23,64 persen,” tambahnya.
Kondisi yang berangsur membaik ini harus tetap dipertahankan sampai pandemi Covid-19 betul-betul teratasi.
Delapan prioritas
Dalam pemetaan zona risiko, Wiku juga menegaskan tidak ada wilayah yang aman di Indonesia, termasuk zona hijau. Karena itu, kewaspadaan dan kepatuhan pada protokol kesehatan tetap harus diterapkan. Memakai masker saat keluar rumah, menjaga jarak, serta sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir harus terus dilakukan.
Sampai awal September, masih ada 65 kabupaten/kota berada di zona merah atau berisiko tinggi. Adapun 230 kabupaten/kota berada di zona risiko sedang dan 151 kabupaten/kota di zona risiko rendah. Sebanyak 42 kabupaten/kota tanpa kasus baru dalam empat minggu terakhir, sedangkan kabupaten/kota yang belum ada kasus tersisa 26 daerah saja.
Adapun setelah evaluasi enam bulan penanganan Covid-19, ditegaskan kembali delapan prioritas aksi. Pertama, melindungi kelompok rentan seperti orang tua dan orang dengan penyakit bawaan (komorbid), termasuk tenaga kesehatan.
Masih ada 65 kabupaten/kota berada di zona merah atau berisiko tinggi. Adapun 230 kabupaten/kota di zona risiko sedang dan 151 kabupaten/kota di zona risiko rendah. Sebanyak 42 kabupaten/kota tanpa kasus baru dalam empat minggu terakhir, sedangkan kabupaten/kota yang belum ada kasus tersisa 26 daerah.
Kedua, mengendalikan kasus, terutama kasus-kasus aktif, meningkatkan kesembuhan, dan menurunkan tingkat kematian. Ketiga, memperbaiki perawatan, pemeriksaan, dan pelacakan (treatment, testing, and tracing).
Keempat, meneruskan pengujian vaksin. Kelima, pemerintah akan meningkatkan ketersediaan reagen, PCR, dan alat pelindung diri untuk tenaga kesehatan di seluruh Indonesia. Keenam, sosialisasi masif akan diteruskan. Perubahan perilaku melalui promosi protokol kesehatan dengan mengadopsi kebudayaan dan kearifan lokal juga akan didorong sebagai langkah ketujuh.
Terakhir, diperlukan interoperabilitas data untuk meningkatkan data kesehatan dan ekonomi bersama.