Pasca-kematian Rama, Kesiapan Pasukan Perdamaian Akan Ditingkatkan
Pasca kematian seorang prajurit TNI Angkatan Darat dalam penugasan perdamaian di Kongo, Afrika, TNI AD akan mengevaluasi kembali insiden yang terjadi agar pada masa datang peristiwa tersebut tidak terjadi lagi.
Oleh
Edna C Pattisina
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat sebagai organisasi yang menyiapkan sebagian pasukan yang berangkat dalam misi-misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mengevaluasi insiden yang menewaskan seorang prajurit Indonesia. Dengan demikian, persiapan penugasan akan lebih ditingkatkan lagi agar peristiwa kematian prajurit tidak terulang kembali.
”Untuk operasi, kan, yang tangani Markas Besar TNI. Kami, di TNI AD, menyiapkan pasukannya. Kami ingin mendapatkan semua kronologi dan evaluasi agar kami bisa menyiapkan prajurit lebih siap lagi,” kata Kepala Staf TNI AD Jenderal Andika Perkasa, Rabu (24/6), seusai sarapan pagi dan olah raga bersama pemilik media, pimpinan media, dan wartawan di Mabes TNI AD.
Andika mengatakan, ada dua korban dari pihak TNI dalam serangan tersebut. Satu prajurit, yaitu Serma Rama Wahyudi, tewas, sedangkan satu prajurit lagi luka-luka. Andika mengharapkan, prajurit yang luka bisa segera pulih kembali.
”Untuk operasi, kan, yang tangani Markas Besar TNI. Kami, di TNI AD, menyiapkan pasukannya. Kami ingin mendapatkan semua kronologi dan evaluasi agar kami bisa menyiapkan prajurit lebih siap lagi.”
Sementara ini, TNI AD telah berhubungan dengan keluarga korban di Indonesia. Walaupun untuk pengiriman jenazah akan dilaksanakan oleh Mabes TNI. ”Karena ini memang operasinya Mabes TNI, kita hanya proaktif saja,” tuturnya menambahkan.
Komandan Satuan Tugas Kizi TNI Konga XX-Q/Monusco Letkol Czi MP Sibuea, dalam keterangannya, menyatakan, gugurnya prajurit TNI atas nama Serma Rama Wahyudi dan satu orang prajurit TNI yang terluka diakibatkan oleh serangan kelompok bersenjata di wilayah Makisabo, Kongo, Afrika, pada Senin (22/6/2020) sore waktu setempat.
Sibuea mengatakan, peristiwa tersebut terjadi pada saat tugas pengiriman ulang logistik ke temporary operation base (TOB) bagi prajurit Satgas Kizi TNI Konga XX-Q/Monusco yang sedang membangun Jembatan Halulu untuk masyarakat setempat. Ketika perjalanan kembali ke COB (central operation base), terjadi penghadangan dengan dihujani tembakan ke arah konvoi kendaraan angkut personel yang dikawal oleh dua unit kendaraan tempur APC Malawi Batalyon di wilayah Makisabo.
Serangan mendadak tersebut diduga dilakukan oleh Allied Democratic Forces (ADF), kelompok bersenjata yang berkonflik dengan pemerintah Republik Demokratik Kongo. Seusai kontak senjata, diketahui bahwa Serma Rama Wahyudi meninggal akibat terkena tembakan yang menembus dada atas di sebelah kiri. Sementara itu, satu prajurit TNI lainnya yang terluka saat ini mendapat perawatan di Rumah Sakit Level III Goma Monusco.
Satgas Kizi TNI Konga XX-Q/Monusco merupakan satgas PBB dari Indonesia yang banyak memberikan kontribusi besar dalam pembangunan infrastruktur di daerah misi, dan telah mendapatkan apresiasi besar dari Markas PBB. Salah satunya yang dipuji PBB adalah program pembangunan dan rehabilitasi jalan Kasinga-Kadidiwe, Kongo.
Indonesia punya andil
Sejauh ini, dari siaran pers Perutusan Tetap RI di PBB, New York pada 26 November 2018 disebutkan, Indonesia telah masuk jajaran 10 besar negara pengirim pasukan pemeliharaan PBB. Dan dengan pengiriman Kontingen Garuda XXXIX-A Kongo berjumlah 850 personel, pasukan Indonesia yang saat ini bertugas di pelbagai misi pemeliharaan PBB berjumlah 3.544 personel.
”Indonesia memiliki andil dan sejarah panjang dalam pemeliharaan perdamaian di Afrika. Kontingen Garuda telah berada di Sinai sejak 1957, hanya satu dekade sejak kemerdekaan Indonesia. Sejak tahun 1957, sejalan dengan amanah konstitusi, Indonesia telah mengirimkan lebih dari 38.000 pasukan penjaga perdamaian PBB.”
Pada 25 November 2018, rombongan terakhir dari Satgas RDB (Rapidly Deployable Battalion) Kontingen Garuda XXXIX-A Kongo berjumlah 850 personel telah tiba dengan selamat di Kalemie, Republik Demokratik Kongo. Pengiriman Satgas RDB dibagi dalam 3 (tiga) tahap dengan masing-masing pemberangkatan pada 21 November 2018, 23 November 2018, dan 25 November 2018. Tim Aju sebanyak 91 personel telah tiba lebih dahulu di Kalemie, Republik Demokratik Kongo pada tanggal 2 November 2018. Nantinya, Satgas RDB akan bergabung bersama pasukan negara lainnya dan bertugas di bawah komando United Nations Organization Stabilization Mission in the DR Congo (Monusco).
Indonesia memiliki andil dan sejarah panjang dalam pemeliharaan perdamaian di Afrika. Kontingen Garuda telah berada di Sinai sejak 1957, hanya satu dekade sejak kemerdekaan Indonesia. Sejak tahun 1957, sejalan dengan amanah konstitusi, Indonesia telah mengirimkan lebih dari 38.000 pasukan penjaga perdamaian PBB.
Indonesia sebelumnya berada pada peringkat ke-9 negara kontributor personel militer dan polisi pada misi UNIFIL (Lebanon), UNAMID (Darfur, Sudan), MINUSCA (Republik Afrika Tengah), MINUSMA (Mali), MONUSCO (Republik Demokratik Kongo), MINURSO (Sahara Barat), UNMISS (Sudan Selatan) dan UNISFA (Abyei, Sudan). Dari 3.544 personel TNI dan Polri yang terlibat, lebih dari 100 personel di antaranya merupakan personel perempuan dari TNI maupun Polri.