Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengapresiasi Pengurus Besar NU dan PP Muhammadiyah yang berperan aktif mencegah pandemi Covid-19. Peran kedua ormas Islam itu ibarat cahaya di tengah kabut kesesakan Covid-19.
Oleh
Edna C Pattisina
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengapresiasi Nahdlatul Ulama yang berperan aktif mencegah penyebaran pandemi Covid-19. Pekan lalu, Hadi juga memberikan apresiasinya kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang berpartisipasi secara aktif dalam upaya penanganan pandemi Covid-19 lewat puluhan ribu sukarelawan yang diterjunkan untuk menyosialisasikan dan mendorong kegiatan-kegiatan preventif dan promotif serta membangun kesadaran masyarakat.
”NU sangat peduli, misalnya mengedukasi bahaya Covid-19 lewat pesantren-pesantren, masjid, dan majelis taklim,” kata Hadi saat silaturahmi dan halalbihalal TNI dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) serta warga Nahdliyin di seluruh Indonesia secara virtual melalui konferensi video di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, kemarin.
Dari NU hadir Ketua Umum PBNU KH Aqil Siroj, Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini, serta warga Nahdliyin. Adapun dari TNI tampak Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, Kapolri Jenderal (Pol) Idham Azis, Wakapolri, para Asisten Panglima TNI, Asisten Kepala Staf Angkatan.
NU sangat peduli, misalnya mengedukasi bahaya Covid-19 lewat pesantren-pesantren, masjid, dan majelis taklim. (Hadi Tjahjanto)
Hadi mengapresiasi semangat langkah NU yang telah sangat aktif membantu upaya pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19, seperti peran Asosiasi Rumah Sakit NU, Persatuan Dokter NU, serta Satuan Tugas NU Peduli Covid-19.
Menurut Hadi, PBNU juga telah menunjukkan semangat kebangsaan yang tinggi melampaui batas-batas negara dengan komitmen untuk membangun solidaritas global di tengah pandemi Covid-19. Selain itu, NU telah bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri memberi bantuan kepada warga negara Indonesia di luar negeri.
Terkait dengan pandemi Covid-19, Hadi menjelaskan, saat ini TNI bersama Polri melakukan berbagai upaya agar masyarakat tetap produktif dan aman dari Covid-19. Upaya ini tentunya juga membutuhkan peran organisasi kemasyarakatan seperti NU, yang memiliki basis umat terbesar di Indonesia.
Di sinilah peran strategis NU dibutuhkan untuk mengampanyekan pola hidup sehat melalui pendekatan dan cara-cara yang baik sesuai tuntunan dan ajaran Islam yang mulia. Langkah NU diharapkan akan menjadi kontribusi positif untuk mendukung upaya penanganan pandemi Covid-19.
”Di tengah pandemi ini berbagai upaya pencegahan untuk menyelamatkan nyawa manusia menjadi prioritas utama sehingga penerapan protokol kesehatan yang ketat harus dipatuhi oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari,” kata Hadi menambahkan.
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki semua potensi untuk menghadapi pandemi ini. Kuncinya ada pada disiplin masyarakat untuk mengubah gaya hidup dan pola interaksinya dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat; tanpa disiplin yang tinggi tidak akan mampu mengendalikan pandemi.
Panglima TNI selanjutnya mengajak kepada warga Nahdliyin di seluruh Indonesia untuk menjadikan diri sebagai teladan bagi masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masing-masing. Edukasi masyarakat dalam berbagai forum keagamaan maupun sosial kemasyarakatan harus dikedepankan untuk meyakinkan bahwa mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
Resolusi jihad
Dalam sambutannya, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menegaskan, nasionalisme di Indonesia lahir dari hati seorang mukmin, yakni Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari melalui ungkapan hubbul wathan minal iman (nasionalisme bagian dari iman). ”Kalau di Indonesia, di kita ini nasionalis religius,” kata Said.
Kalau di Indonesia, di kita ini nasionalis religius. (Said Aqil Siroj)
Menurut Kiai Said, Indonesia merdeka atas kegigihan banyak pihak, termasuk para kiai dan santri. Dari kalangan santri, Fatwa Resolusi Jihad yang dicetuskan KH Hasyim Asy’ari menjadi pelecut semangat santri dalam melawan penjajah.
Dalam pertempuran Surabaya itu, santri berperang melawan penjajah dengan senajata apa adanya. Banyak santri yang meninggal, termasuk santri yang membunuh Brigjen Mallaby, yakni seorang santri dari Pesantren Tebuireng bernama Harun.
Perjuangan santri kemudian diakui pemerintah dengan menetapkan pada 22 Oktober sebagai Hari Santri. Kiai Said menyampaikan terima kasih atas apresiasi pemerintah kepada santri. ”Tanpa pengorbanan santri, tanpa resolusi jihad KH Hasyim Asy’ari, barangkali sejarah Indonesia berbeda dengan yang ada sekarang,” ujar Said mengakhiri sambutannya.
Memupuk jiwa
Saya pesankan kepada semua Angkatan Muda yang menjalin hubungan dengan TNI-Polri untuk memupuk jiwa untuk selalu berdaulat, berakhlak mulia, berjiwa integritas tinggi, dan tidak pelit memberikan sesuatu yang terbaik untuk bangsa. (Haedar Nashir)
Kamis lalu, Hadi juga menyampaikan terima kasih atas kerja maksimal yang dilakukan oleh PP Muhammadiyah dalam penanggulangan wabah Covid-19. ”Letak strategis Muhammadiyah sebagai ormas dapat menjangkau masyarakat luas dan memiliki kedekatan untuk melakukan sosialisasi protokol kesehatan. Inilah saatnya bahu-membahu menguatkan dan mengalahkan Covid,” ujar Hadi.
Haedar Nashir berpesan kepada semua Angkata Muda Muhammadiyah untuk memaksimalkan kerja amal sosialnya. ”Saya pesankan kepada semua Angkatan Muda yang menjalin hubungan dengan TNI-Polri untuk memupuk jiwa untuk selalu berdaulat, berakhlak mulia, berjiwa integritas tinggi, dan tidak pelit memberikan sesuatu yang terbaik untuk bangsa,” tutur Haedar.
Muhamamadiyah kemudian mengajak warga persyarikatan menjalin dan membangun silaturahmi kebangsaan untuk memajukan indonesia. ”Inilah kekuatan kita. saya yakin akan jaya karena itu. Insya Allah, Muhammadiyah akan memimpin jiwa kedaulatan itu,” kata Haedar.