Hanafi Rais Mundur, Keretakan Internal PAN Kian Jelas
Putra sulung pendiri PAN, Amien Rais, Hanafi Rais menyatakan mundur lewat surat dari pengurus PAN serta ketua fraksi dan anggota DPR. Meski belum bisa dikonfirmasi, surat pengunduran diri itu indikasikan PAN pecah.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional M Eddy Dwiyanto Soeparno belum dapat berkomentar atas surat pengunduran diri putra sulung pendiri PAN Amien Rais, Ahmad Hanafi Rais, dari kepengurusan DPP PAN periode 2020-2025, juga Ketua Fraksi PAN DPR dan anggota DPR periode 2019-2024.
”Saya belum bisa komentar banyak karena Hanafi tak bisa dihubungi. Apa pun, itu keputusan dan pilihan beliau yang akan dihormati,” kata Eddy saat dikonfirmsi, Selasa (5/5/2020) di Jakara.
Sebelumnya, surat pengunduran diri Hanafi tersebar di kalangan pers. Surat bermeterai yang ditandatangani Hanafi di antaranya menyatakan PAN dinilai selain melewatkan momentum perbaikan organisasi dengan menunjukkan kekerasan sehingga mencoreng wajah partai, juga berkecenderungan PAN yang dinilai melakukan konformitas pada kekuasaan. Karena itu, pascakongres, Hanafi semula berharap PAN bisa menegakkan prinsip keadilan untuk menjaga keutuhan dan kebersamaan kader, kenyataannya tidak.
Hingga Selasa malam, Hanafi masih belum bisa dikontak oleh Kompas. Namun, Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PAN Sulawesi Barat Muhammad Asri Anas membenarkan surat Hanafi tersebut. Hal itu didasarkan pada sumber dan substansi yang ditulis dalam surat Hanafi. Anas mengatakan bahwa surat itu adalah bentuk kekecewaan yang dirasakan setelah Kongres V PAN. Selain itu, pada saat pembentukan kepengurusan partai periode 2020-2025, pendiri PAN, Amien Rais, juga tidak dilibatkan.
Iya benar, Mas Hanafi mundur dari kader PAN dan anggota DPR dari Fraksi PAN. (Muhammad Asri Anas)
”Iya benar, Mas Hanafi mundur dari kader PAN dan anggota DPR dari Fraksi PAN,” kata Asri.
Indikasi keretakan partai
Menyusul surat pengunduran diri Hanafi—yang masih harus menunggu kepastian dari Hanafi sendiri—sejumlah pengamat politik memberikan pandangan. Jika surat itu benar, langkah Hanafi untuk mundur menunjukkan indikasi keretakan di tubuh partai berlambang Matahari yang semakin kental. Ada yang menilai konflik internal ini akan berdampak negatif. Namun, ada juga yang berpendapat, jika dimanfaatkan dengan benar, momentum ini justru akan menjadi peluang PAN memperoleh basis suara yang baru.
Pengamat politik Universitas Airlangga Surabaya, Airlangga Pribadi Kusman, mengatakan, mundurnya Hanafi sebagai kader PAN mengindikasikan secara jelas keretakan di tubuh PAN. Hal itu merupakan buntut dari proses politik dan suksesi kepemimpinan PAN yang berjalan tidak mulus. Akhirnya muncul pembelahan dan sikap penolakan terhadap kepemimpinan baru.
”Keluarnya Hanafi Rais ini membenarkan dugaan selama ini ada pembelahan politik di tubuh PAN,” kata Airlangga.
Menurut dia, keluarnya Hanafi dari PAN justru akan membawa kerugian besar bagi PAN karena Amien Rais dinilai sebagai figur yang memiliki basis sosial signifikan di PAN. Apalagi, jika benar PAN akan pecah dan membuat PAN Reformasi, PAN di bawah kepemimpinan Zulkifli Hasan akan dirugikan. Suara PAN dari basis Muhammadiyah pun diperkirakan akan tergerus karena pecahnya kekuatan internal partai.
”PAN sebagai partai nasionalis-religius modern menjadi modal utama dari PAN. Dibandingkan dengan memperluas konstituen lainnya, lebih baik memperkuat basis sosial dan mempertahankan posisi sekarang,” kata Airlangga.
PAN sebagai partai nasionalis-religius modern menjadi modal utama dari PAN. Dibandingkan dengan memperluas konstituen lainnya, lebih baik memperkuat basis sosial dan mempertahankan posisi sekarang. (Airlangga Pribadi Kusman)
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menambahkan, dengan keluarnya Hanafi, sebenarnya sudah tidak mengejutkan lagi dibandingkan dengan lepasnya nama Amien Rais dari pengurus PAN tempo hari. Ini hanya menegaskan bahwa Hanafi adalah bagian dari representasi Amien Rais yang menolak hasil kongres PAN.
”Ini menegaskan bahwa perpecahan betul-betul terjadi. Yang menjadi pertanyaan bagaimana Mumtaz Rais karena selain anak Amien Rais, dia juga menantunya Zulkifli Hasan,” kata Yunarto.
Menurut Yunarto, keberanian PAN untuk melepaskan diri dari Amien Rais justru akan berpeluang menaikkan stagnasi elektoral PAN. Selama ini, PAN dinilai sebagai parpol yang stagnan suaranya selama pemilu. Hal ini karena PAN dinilai sebagai parpol yang merepresentasikan manuver Amien Rais. Kondisi ini akan menguntungkan PAN di Pemilu 2024. Sebab, pada Pemilu 2024 yang akan bertarung adalah calon-calon muda. Figur sosok tidak akan banyak dilirik oleh pemilih. Sebaliknya, pemilih justru akan menggunakan alasan rasional program serta faktor psikologis emosional dalam memilih.
”Ini menjadi pengingat juga untuk Zulkifli Hasan dan Hatta Rajasa agar benar-benar melakukan perubahan di tubuh PAN. Bukan justru membuat PAN sebagai partainya Zulhas atau Hatta Rajasa,” papar Yunarto menegaskan.