109 Rumah Sakit TNI Kekurangan Alat untuk Tangani Covid-19
RS TNI mengalami kekurangan alat untuk penanganan pasien Covid-19. TNI mengajukan anggaran untuk penambahan ruang observasi 1.077 tempat tidur, HCU 56 tempat tidur, ICU 250 tempat tidur, dan sarana penunjang diagnosis.
Oleh
Edna C Pattisina
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 109 rumah sakit TNI mengalami kekurangan peralatan dan fasilitas yang sesuai untuk kebutuhan penangan wabah Covid-19. Sebagian anggaran yang diminta, yaitu Rp 1,81 triliun, akan digunakan untuk peningkatan kapasitas dan peralatan di rumah sakit tersebut.
”Kami sudah ajukan 1,81 triliun ke Kementerian Pertahanan dan (pengajuan) sudah ada di Kementerian Keuangan,” kata Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto saat melaksanakan rapat kerja virtual dengan Komisi I DPR, dari Subden Mabes TNI, Jakarta Pusat, Rabu (15/4/2020).
Rapat Kerja Komisi I DPR secara virtual tersebut dipimpin Ketua Komisi I DPR Meutya Viada Hafidz, sedangkan Panglima TNI didampingi secara virtual oleh Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa dari ruang Puskodal Mabesad, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Siwi Sukma Adji, dari ruang kerja Mabesal, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Yuyu Sutisna, dari ruang kerja Mabesau, dan Kepala Pusat Kesehatan TNI Mayor Jenderal Bambang Dwi Hasto dari Wisma Atlet Kemayoran.
Hadi mengatakan, pihaknya mengajukan anggaran untuk penambahan ruang observasi sebanyak 1.077 tempat tidur, high care unit (HCU) 56 tempat tidur, intensive care unit (ICU) 250 tempat tidur, dan sarana penunjang diagnosis, seperti alat-alat dan medium tes.
Hadi mengatakan, agar bisa menangani pasien Covid-19, ruangan harus dilengkapi dengan pendingin ruangan standar high-efficiency particulate air (HEPA) dan ruang tekanan negatif. Dengan demikian, dijamin udara yang keluar dari ruang isolasi itu tidak lagi mengandung virus.
Kepala Staf TNI AD Jenderal Andika Perkasa mengatakan, dari 69 rumah sakit TNI AD di seluruh Indonesia, yang baru bisa dibantu saat ini adalah RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Dalam kondisi itu pun, kata dia, RSPAD sangat mengkhawatirkan. Padahal, sejak awal RSPAD telah ditunjuk sebagai satu dari tujuh rumah sakit rujukan di Jakarta.
”Untuk operasi harian saja susah tertatih-tatih,” kata Andika.
Selama ini, tes dengan polymerase chain reaction PCR hanya mengandalkan Litbang Kementerian Kesehatan. Hasil tes butuh waktu mingguan sehingga bila ada pasien yang masuk akan menimbulkan kebingungan penanganan, apakah akan diisolasi atau tidak. Begitu pula dengan penanganan medisnya. Ketika akhirnya mendapat bantuan laboratorium PCR dari Kementerian Kesehatan ternyata test kit-nya kurang.
”Saya rapat hari Senin lalu, test kit hanya cukup sampai hari ini. Sementara APD (alat perlindungan diri) hanya tinggal 4-5 hari,” kata Andika.
Kepala Staf TNI AL Laksamana Siwi Sukma Aji mengatakan, dari 22 rumah sakit TNI AL, yang digunakan, di antaranya di Sorong (Papua), Kalimantan Timur, Jakarta, dan Surabaya, kekurangan ruang isolasi. Oleh karena itu, direncanakan penambahan ruang isolasi untuk rumah sakit TNI AL yang ada di Sidoarjo (Jatim) dan Jonggol (Jabar).
Sementara itu, Kepala Staf TNI AU Marsekal Yuyu Sutisna mengatakan, ada 21 rumah sakit yang dimiliki TNI AU. Namun, rumah sakit yang benar-benar memiliki fasilitas untuk penanganan Covid-19 hanya tiga rumah sakit, yaitu RSPAU Hardjolukito, Yogyakarta, RSAU Esnawan Jakarta, dan RSAU Salamun Bandung.
”Yang ada tekanan negatif cuman RSAU Salamun, itu juga hanya dua kamar,” kata Yuyu.
Menurut Yuyu, di rumah sakit TNI AU, alat-alat juga belum ada, terutama untuk tes PCR. Saat ini, TNI AU sedang menanti agar tiga RSAU itu bisa melakukan tes PCR. Ia mengatakan, anggaran yang dimintakan itu di antaranya untuk kebutuhan-kebutuhan mendesak, seperti alat PCR dan untuk menjaga kebugaran tenaga kesehatan.