NU-Muhammadiyah terjun langsung menyosialisasikan pembatasan sosial, membantu warga membuat hand sanitizer, dan merekrut relawan perangi Covid-19. RS milik Muhammadiyah dikerahkan untuk menangani pasien Covid-19.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah mulai menggalang solidaritas untuk bersama-sama dengan warga memerangi pandemi global virus korona baru. Mulai dari sosialiasi dan edukasi ke masyarakat, sukarelawan Covid-19, hingga pelayanan di rumah sakit milik ormas keagamaan diintensifkan untuk membantu pemerintah memerangi Covid-19.
Ketua NU Care-LAZISNU Achmat Sudrajat, Kamis (19/3/2020), mengatakan, sejak awal pemerintah mengumumkan ada pasien positif Covid-19, NU mulai membentuk gugus tugas yang mencakup dari tenaga ahli dan sukarelawan. Kini, sudah ada sekitar 1.000 sukarelawan Covid-19 yang berasal dari seluruh cabang PBNU bertugas menyosialisasikan kepada warga tentang pembatasan sosial (social distancing) ataupun karantina mandiri.
Selain itu, sukarelawan juga melaksanakan kegiatan amal, seperti penyemprotan masjid dengan disinfektan. Sukarelawan juga mengajari warga bagaimana membuat cairan basuh antiseptik (hand sanitizer) dengan menggunakan bahan-bahan alami yang ada di rumah seperti daun sirih dan lidah buaya. Hal itu untuk merespons kesulitan warga mendapatkan cairan antiseptik di pasaran. Kalaupun ada, warga harus merogoh kocek lebih dalam untuk membelinya.
”Kami memiliki ahli dokter virus yang membuatkan protokol virus korona selama masa darurat ini. Protokol itu diturunkan kepada sukarelawan untuk disosialisasikan kepada masyarakat sehingga masyarakat tidak panik tetapi tetap waspada dan tertib melaksanakan imbauan dari pemerintah,” kata Ajat.
Selain itu, kata Ajat, PBNU juga terus membuka bursa sukarelawan Covid-19 mulai dari tingkat kecamatan. Sukarelawan tersebut akan bertugas mendampingi masyarakat selama masa isolasi mandiri (self isolation). Sebab, menurut Ajat, masih banyak masyarakat yang menyepelekan bahaya penyebaran virus korona baru tersebut. Selain itu, dalam aspek keagamaan, sering kali masyarakat juga membenturkan keyakinan spiritual dengan kajian ilmiah tentang virus korona. Edukasi terus-menerus diharapkan dapat menyadarkan masyarakat sehingga penyebaran virus tersebut dapat diminimalisasi.
”Misalnya saat shalat, itu kan boleh saja shalat di masjid. Tapi jaraknya minimal harus 1 meter. Setelah shalat tidak bersalam-salaman seperti dulu lagi. Kalau semua masyarakat sadar akan hal ini, saya yakin virus korona akan cepat tertangani,” kata Ajat.
Rumah sakit
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan, 20 rumah sakit utama milik PP Muhammadiyah siap menerima pasien suspect ataupun positif Covid-19. Dokter dan perawat yang bertugas di rumah sakit tersebut juga sudah dilengkapi dengan peralatan yang memadai untuk merawat pasien Covid-19. Tim khusus tersebut dipimpin oleh dokter Corona Rintawan.
”Selain 20 rumah sakit utama tersebut, beberapa rumah sakit lain juga sudah diterapkan standar pelayanan pasien yang terdampak virus korona,” ujar Mu’ti.
Sama dengan PBNU, Muhammadiyah juga menerbitkan maklumat terkait dengan kegiatan dan ibadah dalam mencegah penyebaran virus korona. Protokol korona tersebut diharapkan membuat masyarakat semakin waspada dan tidak abai menghadapi ancaman Covid-19.
Selain itu, beberapa universitas Muhammadiyah juga melakukan inovasi, seperti pembuatan hand sanitizer dengan bahan alami dan murah yang dapat dipraktikkan masyarakat di rumah. Universitas Muhammadiyah juga berperan dalam pemeriksaan kesehatan sebagai deteksi dini Covid-19. Tak kalah penting, para mahasiswa ini juga memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dalam rangka pembatasan sosial (social distancing) selama masa darurat Covid-19.
Saat ini, solidaritas dan kepedulian terhadap masyarakat itulah yang diperlukan untuk bersama-sama mengatasi pandemi global Covid-19. Seluruh pihak diharapkan saling berkontribusi dalam memerangi ancaman kesehatan global ini.