Covid-19 yang disebabkan virus korona baru, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia, sudah menginfeksi warga di lebih dari 100 negara, dengan jumlah korban lebih dari 100.000 orang.
Oleh
RINI KUSTIASIH/Dian Dewi Purnamasari/Nobertus Arya Dwiangga Martiar
·5 menit baca
Covid-19 yang disebabkan virus korona baru, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia, sudah menginfeksi warga di lebih dari 100 negara, dengan jumlah korban lebih dari 100.000 orang. Rabu (11/3/2020) malam, WHO juga menetapkan Covid-19 sebagai pandemi.
Di Indonesia, hingga Kamis (12/3) sudah ditemukan 34 orang positif Covid-19. Di tengah kondisi ini, sejumlah tokoh dari beragam latar belakang menyerukan segenap bangsa Indonesia, baik pemerintah maupun warga masyarakat, untuk bersatu membangun solidaritas guna melawan penyebaran Covid-19 di Tanah Air.
Solidaritas ini bisa berbentuk menghindari saling merundung karena perbedaan pandangan. Dengan begitu, semua pihak bisa fokus berkontribusi dari skala paling kecil untuk melawan Covid-19. Solidaritas kemanusiaan harus dikedepankan dibandingkan kepentingan kelompok dan pribadi. Kerja bersama membersihkan lingkungan menjadi bentuk solidaritas paling jamak.
Komando Presiden yang tegas dalam menghadapi virus korona diharapkan mampu menyolidkan pemerintah ataupun bangsa Indonesia. Transparansi pemerintah menjadi krusial guna meningkatkan kewaspadaan publik.
Hal yang bisa kita lakukan sekarang adalah membangun solidaritas bersama. Salah satu bentuknya dengan mengakhiri perbedaan pendapat, perundungan (bullying), sesama warga bangsa. Mari bersama-sama menyelesaikan masalah kebangsaan yang sedang menjadi pekerjaan rumah bersama.
Kedua, kita perlu melakukan gerakan hidup hemat secara nasional. Sekarang saatnya mengencangkan ikat pinggang untuk bersama-sama menghadapi kemungkinan terberat sekalipun. Sebab, korona juga menjadi kendala bagi perekonomian nasional, serta dunia. Ikatan sosial perlu terus diperkuat dan upaya mencegah penyebaran virus ini harus dilakukan melalui ikatan sosial itu.
Umat beragama, misalnya, membersihkan rumah ibadah masing-masing, seperti mushala, masjid, atau gereja, yang harus dibersihkan secara rutin. Ini karena rumah ibadah juga merupakan pusat keramaian atau tempat umum. Upaya menjaga lingkungan ini memerlukan kerja sama banyak pihak.
Ini waktunya kita bersama-sama dan bersatu mengatasi masalah. Untuk keluar dari masalah besar ini, kita tak bisa hanya membebankannya kepada pemerintah. Tentu harus menggunakan pendekatan yang partisipatoris.
(Helmy Faishal Zaini, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama)
Pemerintah agar lebih mengefektifkan dan mengintensifkan upaya pencegahan penyebaran korona di Indonesia sehingga cepat mendeteksi dan mampu mengeliminasi Covid-19. Kementerian Kesehatan hendaknya memastikan setiap rumah sakit rujukan penanganan pasien terjangkit Covid-19 memiliki alat kesehatan lengkap dan memadai, ketersediaan sumber daya manusia dan tim medis, serta obat-obatan mencukupi sehingga dapat mempercepat penanganan pasien. Perlu terus dilakukan sosialisasi dan informasi kepada masyarakat mengenai langkah yang tepat dalam menjaga kesehatan sesuai dengan yang ditetapkan WHO. Masyarakat diimbau tidak mudah panik atau percaya terhadap informasi yang belum diketahui kebenarannya, serta berani memeriksakan diri ke pusat layanan kesehatan terdekat jika mengalami gejala seperti Covid-19.
(Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI)
Perempuan berperan penting dalam menggalang solidaritas sosial menghadapi virus korona. Peran itu tak terbatas di lingkup domestik karena ruang geraknya lebih dari itu. Perempuan dengan segala kapasitasnya punya peranan lebih besar untuk membangun kesadaran kembali atas kearifan lokal, termasuk dalam penggunaan minuman dan obat-obatan dari alam untuk menjaga daya tahan tubuh.
Dari situ semoga kesadaran dan solidaritas terbangun untuk menjaga diri dan lingkungan. Kesadaran itu bisa ditularkan ke keluarga, sejawat, dan lingkungan yang lebih luas. Harapannya solidaritas sosial terbentuk lewat ajakan dan teladan dalam menjaga lingkungan serta kearifan lokal.
(Dewi Kanti, Anggota Komnas Perempuan dan Masyarakat Adat Sunda Wiwitan)
Virus korona baru sebenarnya tidak terlalu berbahaya, tetapi dampak sosial, ekonomi, dan politik yang ditimbulkan luar biasa. Karena itu, semua pihak perlu memberi perhatian serius. Selama ini masyarakat tidak mendapat informasi dan
edukasi yang benar dari pemerintah, akhirnya membuat penafsiran masing-masing.
Diperlukan transparansi informasi terkait mereka yang dinyatakan positif Covid-19. Diperlukan kerja sama dan solidaritas kuat berbagai elemen masyarakat. Karena mendekati Ramadhan, Muhammadiyah membentuk tim pencegahan dan penanganan Covid-19. Sebab, saat Ramadhan, pemeluk agama Islam akan berkumpul beribadah di masjid. Jangan ada yang menjadikan masalah korona sebagai komoditas politik. Korona adalah masalah dunia, masalah dan tanggung jawab seluruh bangsa.
(Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah)
Kita harus memperkuat sektor ekonomi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebab, dengan pandemi korona baru, neraca ekspor-impor kita turun. Kita semua perlu bersama-sama berupaya meningkatkan ekonomi di tingkat UMKM agar bergerak sehingga tidak bergantung kepada impor, tetapi kepada hasil produksi nasional. Ini mencakup baik raw material (material mentah), yang meliputi juga bahan makanan, baik yang diolah di pabrik maupun disediakan di penyuplai.
Jangan panik menghadapi korona. Kita bisa mengambil langkah-langkah membersihkan tangan dan lingkungan kita supaya tidak ada virus lagi. Langkah ini harus dilakukan bersama-sama masyarakat untuk meredam penyebaran korona.
Untuk mencegah masuknya virus melalui orang yang tertular dari luar negeri (imported cases), pemerintah perlu memperketat penapisan dan pemantauan dengan penerapan protokol dalam menghadapi korona di pintu-pintu masuk negara atau tempat tujuan kunjungan wisatawan, seperti di Bali, Yogyakarta, dan Batam. Petugas di bandara, misalnya, serta wilayah perbatasan, harus aktif menyediakan hand sanitizer di titik-titik tertentu yang memudahkan bagi masyarakat ataupun menyediakan alat pengukur suhu badan.
(Azis Syamsuddin, Wakil Ketua DPR)
Bangsa kita mengalami tantangan berat, seperti perlambatan ekonomi dan epidemi Covid-19. Kita mengharapkan pemerintah solid dengan kepemimpinan Presiden yang tegas. Juga dibutuhkan kelapangan dada semua elemen bangsa, bahu-membahu mengatasi masalah. Solidaritas kemanusiaan dan keutuhan bangsa dikedepankan melebihi kepentingan kelompok.
Dibutuhkan kerja sama yang jujur untuk mendukung pemerintah agar bisa keluar dari tantangan yang ada. Kita punya modal sosial besar, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Oleh nilai-nilai agama dan kepercayaan yang dianut, masyarakat dapat menjalin persaudaraan atas dasar kemanusiaan dan perdamaian.
(Pendeta Gomar Gultom, Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia)