Dua pasien Covid-19, yakni pasien 06 dan 14, dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang dengan kewajiban mengisolasi diri dua pekan. Sementara itu, satu pasien Covid-19, perempuan WNA berusia 53 tahun, meninggal dunia.
Oleh
FX LAKSANA AS
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seorang perempuan warga negara asing (53) yang positif menderita Covid-19 akibat virus korona baru dan disertai sejumlah penyakit bawaan meninggal dunia di salah satu rumah sakit di Jakarta, Rabu (11/3/2020) dini hari. Sementara itu, dua pasien yang sebelumnya terinfeksi virus korona baru sudah dinyatakan sembuh dan diizinkan pulang.
Dua orang itu adalah bagian dari 27 pasien positif korona baru yang dirawat di rumah sakit di Indonesia. Adapun kondisi pasien lainnya, secara umum, dilaporkan membaik.
”Tadi malam sekitar pukul dua lewat sedikit, pasien (kasus) 25 meninggal dunia. Pasien ini memang masuk di rumah sakit sudah dalam keadaan sakit berat karena memang ada faktor penyakit yang mendahuluinya,” kata juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (11/3).
Penyakit bawaan pasien yang dimaksud adalah diabetes, hipertensi, hipertiroid, dan paru obstruktif yang sudah menahun. Virus korona yang masuk belakangan, menurut Yurianto, memperburuk daya tahan tubuh pasien sehingga menyebabkan penyakit bawaan semakin parah.
Mengacu berbagai kasus pasien virus korona yang meninggal dunia di luar negeri, Yurianto melanjutkan, virus korona bukan menjadi penyebab tunggal kematian. Memburuknya daya tahan tubuh akibat berkembangnya virus korona memberi ruang bagi bakteri yang semula tidak menimbulkan penyakit menjadi berkembang tak terkendali.
”Tidak pernah kita dapatkan meninggal dunia karena Covid sendiri. Selalu adalah komplikasi. Beberapa kasus meninggal dunia yang kita pelajari dari beberapa negara, biasanya karena sepsis atau infeksi keseluruhan di pembuluh darah yang disebabkan bakteri, bukan karena virusnya. Jadi, bukan karena Covid sebagai penyebab utama, melainkan itu yang memperburuk kondisinya,” kata Yurianto.
Kedutaan besar terkait, tambah Yurianto, sudah mengetahui kondisi pasien sejak awal. ”Dan, sekarang sedang dalam proses untuk mengirimkan kembali jenazahnya ke negaranya. Selama perawatan, (pasien) didampingi oleh suaminya,” kata Yurianto.
Sementara itu, tim medis telah menyatakan dua pasien sembuh, yakni pasien 06 dan 14. Hal ini didasarkan atas dua kali pemeriksaan laboratorium yang hasilnya konsisten, negatif. Selanjutnya, kedua pasien sudah diizinkan pulang ke rumah mereka masing-masing. Yurianto mengatakan, kedua orang yang telah dinyatakan sembuh diminta mengisolasi diri selama 14 hari ke depan.
”Dalam isolasi diri, mereka harus tetap menggunakan masker dan menghindari kontak dekat dengan anggota keluarganya. Tidak menggunakan alat makan dan minum bersama. Kemudian, mengurangi aktivitas di luar rumah, terutama yang terkait dengan aktivitas untuk bertemu dengan orang lain,” kata Yurianto.
Pihak rumah sakit yang merawatnya selama ini, kata Yurianto, akan memberi surat rujukan kepada dinas kesehatan tempat mereka tinggal. Selanjutnya, dinas kesehatan bertugas memantau. Sementara itu, pasien positif virus korona lainnya, masih menurut Yurianto, kondisinya semakin membaik.
”Mudah-mudahan tidak berapa lagi akan banyak yang menuju ke arah negatif dan kita akan bisa pulangkan,” ujar Yurianto.
Ekonomi terpengaruh
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Rosan Roeslani mengatakan, perekonomian Indonesia mau tidak mau akan terpengaruh pelambatan pertumbuhan ekonomi global yang dipicu merebaknya virus korona. Dengan demikian, pertumbuhan dalam negeri juga akan melambat, di bawah 5 persen.
Namun, pada saat yang sama, Rosan melanjutkan, muncul peluang menarik investasi dari luar negeri. Hal ini terjadi karena sejumlah investor bermaksud memindahkan sebagian kapasitas produksinya dari China demi keberlanjutan usaha mereka. Belajar dari merebaknya virus korona, menanamkan investasi di satu negara saja rawan manakala terjadi gejolak di negara tersebut.
Asia Tenggara, terutama Indonesia, menurut Rosan, akan menjadi salah satu pilihan investasi. Tantangannya adalah pada regulasi dan perizinan yang saat ini tengah dicarikan solusi melalui Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja.
Terkait dengan kemampuan Indonesia menangani merebaknya virus korona di dalam negeri, Rosan menilai, hal itu akan berpengaruh dalam hal kepercayaan investor. ”Semakin baik Indonesia menangani kasus ini, tingkat kepercayaan investor juga akan semakin tinggi,” kata Rosan.